KATA PENGANTAR
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”, QS Al-Ahzāb 33:21.
T
|
ak terasa kita sudah masuk di hari ke-10 bulan
Rabiul Awal. Rabiul Awal (Rabi Al Awwal) ini merupakan bulan ke-3 dalam Kalender
Hijriyah, Kalender atau Almanak yang digunakan umat Islam se dunia dalam
menentukan hari-hari yang berhubungan dengan hari pelaksanaan kewajiban ibadah
dalam Islam. Contohnya kapan di mulai puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri,
Hari Raya Idul Adha pelaksanaan Ibadah Haji, dstnya. Ini berarti setiap orang
Islam (Muslim) mesti akrab dengan Penanggalan Hijriyah ini, disamping tentunya
Penanggalan Gregorian yang umumnya kita sudah tahu semuanya.
Kalender Hijriyah [1] ini
perhitungannya berdasarkan peredaran bulan dari titik awalnya dan kembali ke
awal lagi selama satu bulan, jumlahnya tiap bulan 29 atau 30 hari, disebut juga
perhitungan seperti ini berdasarkan ‘Lunar System’ (Qomariyah). Sedang penanggalan Gregorian perhitungannya berdasarkan
peredaran Matahari (‘Solar System’, Syamsiyah) dari titik awal kembali ke
awal lagi selama satu tahun selama 365 seperempat hari (3651/4).
Oleh sebab itu setiap empat tahun dalam tahun kabisat yang biasanya bulan
Februari berjumlah 28 hari menjadi 29 hari. Dua tahun ke depan tahun 2020 akhir
bulan Februari jatuh tanggal 29.
Kalender Gregorian ini cocok untuk perhitungan dalam
menentukan hari-hari kapan mulai bertani dan kapan mulai memetiknya, kalau
tidak maka kekurangan atau kelaparan akan terjadi terutama manusia di daerah 4
musim.
Sementara penanggalan Hijriyah cocok sekali
untuk penentuan hari-hari ibadah. Seandainya ditentukan atau dipindahkan berdasarkan
Penangalan Gregorian yang dihitungan berdasarkan peredaran Matahari, maka bulan
puasa yang jatuh di musim panas (Summer)
siangnya panjang yaitu selama 8/12 - 16/20 jam perharinya. Sedang, bagi
orang-orang yang berpuasa di belahan bumi bagian selatan musim dingin siang
harinya pendek (2/6 sampai 8/12 jam). Setiap tahunnya akan seperti itu, ini
tidak adil. Kebalikan dari ‘Lunar System’
yang digunakan Kalendar Hijriyah yang harinya setahun lebih pendek sekitar sebelah
hari dari Kalendar Gregorian yang dengan itu - waktu panjang dan pendek dalam
menahan lapar di siang hari dalam berpuasa dapat dipergilirkan - adil antara
penduduk bumi belahan utara dan penduduk bumi belahan selatan dalam melakukan
ibadah puasa.
Begitu pula Ibadah Haji. Tahun 1987 penulis naik
haji yang jatuhnya bulan Juli - musim panas. Panitia Haji Indonesia membekali
jamaah haji dengan handuk kecil yang dibasahkan dengan air untuk mengurangi
kepanasan. Kemudian setiap kelompok disemprotkan air dalam kadar yang keluar seperti
hair spray - bintik-bintik air agar
kelompok jamaah ini tidak kepanasan. Di waktu yang lain, ketika menetap bersama
keluarga di Amerika, melakukan ibadah haji bersama istri pada tahun 2000 yang
jatuh pada bulan Maret, udaranya sejuk.
Dua hari lagi 20 November 2018 kalendar
Gregorian (kG) adalah bertepatan tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau tahun
53 sebelum Hijriyah adalah hari kelahiran atau Milad atau Maulud Nabi Muhammad saw. Perhitungan seperti itu berdasarkan
mulai hijrah Rasulullah saw dari
Makkah ke Madinah yang bertepatan dengan tahun 622 kG. Pada tahun 622 kG waktu
berhijrahnya Rasulullah saw dari
Makkah ke Madinah (menetap di Madinah sampai wafatnya) berumur 53 tahun. Karena
ditetapkannya Kalendar Hijriyah berdasarkan hijrahnya Rasulullah, maka tahun lahirnya
Rasulullah adalah pada tahun 53 sebelum Kalender Hijriyah.
SEJARAH KENAPA DILAKUKAN
PERINGATAN MAULID NABI
PENDAHULUAN
Dan Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan
untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, QS Al-Anbiyā’21:107.
B
|
ulan Rabiul Awwal merupakan bulan di mana Nabi saw lahir pada tanggal 12-nya. Kata
maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Beliau
diutus ke dunia sebagai rahmat [2] bagi alam semesta [3]. Nabi membawa risalah
terakhir bagi umat manusia, salah satu misinya adalah untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti, moral integritas) manusia. [4]
Hampir setiap masalah kegaduhan dunia disebabkan oleh manusia sampai
di era mellennial ini adalah dalam akhlak (moral integritas). Dalam hidup di bumi
ini yang hilang adalah kasih sayang sesama manusia dan melupakan ajaran yang datang
dari Maha Pencipta Sekalian Alam untuk melakukan kemakmuran hidup di bumi
bersama manusia lain dengan cara melakukan keadilan [5] sesama manusia dalam menegakan Peradaban Dunia.
Karena diciptakannya manusia dalam bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk
saling kenal mengenal (ta’aruf) [6].
Hampir sebagian besar umat Islam di dunia, khususnya di
Indonesia merayakan hari lahirnya sang pembawa cahaya, yang mengeluarkan
umatnya dari zaman kegelapan hingga zaman menjadi terang benderang.
Bahkan kekaguman dan pujian bagi
Muhammad saw ini dilakukan juga oleh
para intelektual non muslim sekali pun [7], seperti Sir George Bernard Shaw, Dr.
Gustave Le Bon, George Sale penterjemah Al-Qur'an kedalam bahasa Inggris - The Koran, Thomas
Carlyle, Michael H. Hart - Penulis buku 100
Tokoh Yang Mempengaruhi Dunia.
Kebanyakan umat Islam merayakannya sebagai
ungkapan rasa syukur dan rasa cinta yang begitu besar kepada Nabi saw. Namun yang perlu kita ketahui bahwa
hal ini pada awalnya tidak pernahkah generasi pertama umat Muhammad saw merayakan Maulid Nabi saw. Yang sudah tentu kita tahu, bahwa
generasi awal (salafussholeh) adalah
generasi yang paling dekat dengan Nabi saw.
Dan mereka yang paling tahu apa yang diajarkan (diingini) Nabi saw. Karena meraka selalu hidup
berdampingan dengan Nabi sepanjang hayatnya. Oleh karena itu, kita dituntut
untuk tahu sejarah awal mula dirayakannya Maulid Nabi saw. Karena sesuatu perkerjaan yang tidak didasarkan atas ilmu maka
akan sia sia. Sebagaimana Rasulullah bersabda saw: “Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak ada
perintahnya dari kami, maka perbuatan tersebut tertolak,” (HR. Muslim).
Peringatan Maulid Nabi pertama kali
dilakukan oleh Raja Irbil (wilayah Irak sekarang), bernama Muzhaffaruddin
Al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 Hijriyah. Ibn Katsir dalam kitab Tarikh
berkata yang artinya:
Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan
Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia
adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil - semoga
Allah merahmatinya.
Dijelaskan oleh Sibth (cucu) Ibn
Al-Jauzi bahwa dalam peringatan tersebut, Sultan Al-Muzhaffar mengundang
seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, baik ulama
dalam bidang ilmu Fiqh, ulama Hadits, ulama dalam bidang ilmu kalam, ulama
usul, para ahli tasawuf, dan lainnya. Sejak tiga hari, sebelum hari pelaksanaan
Maulid Nabi, dia telah melakukan berbagai persiapan. Ribuan kambing dan unta
disembelih untuk hidangan para hadirin yang akan hadir dalam perayaan Maulid
Nabi tersebut. Segenap para ulama saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang
dilakukan oleh Sultan Al-Muzhaffar tersebut. Mereka semua berpandangan dan
menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar untuk pertama kalinya itu.
Ibn Khallikan dalam kitab Wafayat Al-A’yan
menceritakan bahwa Al-Imam Al-Hafizh Ibn Dihyah datang dari Maroko menuju Syam
dan seterusnya ke Irak. Ketika melintasi daerah Irbil pada tahun 604 Hijriah,
dia mendapati Sultan Al-Muzhaffar, raja Irbil tersebut sangat besar
perhatiannya terhadap perayaan Maulid Nabi. Oleh karena itu, Al-Hafzih Ibn
Dihyah kemudian menulis sebuah buku tentang Maulid Nabi yang diberi judul ‘Al-Tanwir Fi Maulid Al-Basyir An-Nadzir’.
Karya ini kemudian dia hadiahkan kepada Sultan Al-Muzhaffar.
Para ulama, semenjak zaman Sultan
Al-Muzhaffar dan zaman selepasnya hingga sampai sekarang ini menganggap bahwa
perayaan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik. Para ulama terkemuka dan Huffazh
Al-Hadis telah menyatakan demikian. Di antara mereka seperti Al-Hafizh Ibn
Dihyah (abad 7 H), Al-Hafizh Al-Iraqi (w. 806 H), Al-Hafizh As-Suyuthi (w. 911
H), Al-Hafizh Al-Sakhawi (w. 902 H), SyeIkh Ibn Hajar Al-Haitami (w. 974 H),
Al-Imam Al-Nawawi (w. 676 H), Al-Imam Al-Izz ibn Abd Al-Salam (w. 660 H), mantan
mufti Musir yaitu Syeikh Muhammad Bakhit Al-Muthi’i (w. 1354 H), mantan Mufti
Beirut Lubnan yaitu Syeikh Mushthafa Naja (w. 1351 H), dan terdapat banyak lagi
para ulama besar yang lainnya. Bahkan Al-Imam Al-Suyuthi menulis karya khusus
tentang Maulid yang berjudul “Husn Al-Maqsid Fi Amal Al-Maulid”. Karena itu
perayaan Maulid Nabi, yang biasa dirayakan pada bulan Rabiul Awal menjadi
tradisi umat Islam di seluruh dunia, dari masa ke masa dan dalam setiap
generasi ke generasi.
Para ahli sejarah, seperti Ibn
Khallikan, Sibth Ibn Al-Jauzi, Ibn Kathir, Al-Hafizh Al-Sakhawi, Al-Hafizh
Al-Suyuthi dan lainnya telah sepakat menyatakan bahwa orang yang pertama kali
mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar.
Namun juga terdapat pihak lain yang
mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayubbi adalah orang yang pertama kali
mengadakan Maulid Nabi.
Sultan Salahuddin pada
kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat
islam yang telah padam untuk kembali berjihad dalam membela Islam pada masa
Perang Salib.
Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah
mengatakan yang artinya: “Salahuddin-lah
yang menaklukkan Mesir. Dia menghapus dakwah ‘Ubaidiyyun yang menganut aliran
Qoromithoh Bathiniyyah (aliran yang jelas sesatnya, pen). Salahuddin-lah yang
menghidupkan syari’at Islam di kala itu.”
Dalam perkataan lainnya, Ahmad bin
‘Abdul Halim Al Haroni rahimahullah mengatakan yang artinya: “Negeri Mesir kemudian ditaklukkan oleh raja
yang berpegang teguh dengan Sunnah yaitu Salahuddin. Dia yang menampakkan
ajaran Nabi yang shahih di kala itu, berseberangan dengan ajaran Rafidhah.
Pada masa dia, akhirnya ilmu dan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
semakin tersebar luas.”
Asy Syaikh ‘Ali Mahfuzh dalam kitabnya
Al Ibda’ fi Madhoril Ibtida’ (hal. 251) dan Al Ustaz ‘Ali Fikriy dalam Al
Muhadhorot Al Fikriyah (hal. 84) juga mengatakan bahwa yang mengadakan perayaan
Maulid pertama kali adalah ‘Ubaidiyyun (Fatimiyyun).
Arab Saudi dan Qatar adalah negara
dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari
libur resmi. Partisipasi dalam ritual perayaan hari besar Islam ini umumnya
dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan kebangkitan keberagamaan bagi
para penganutnya.
PENUTUP
A
|
wal setiap bulannya bergantung pada
visibilitas bulan pada akhir bulan sebelumnya. Begitu bulan terlihat, tanggalan bulan baru dimulai.
Oleh karena itu, setiap bulan ditentukan
mulai tanggal satunya dari siklus bulan baru
terlihat. Oleh karena itu, Kalender Muslim hanya memberikan gambaran sementara dari
tanggal Islam yang akan datang sebagai awal setiap bulan tunduk pada penampakan
bulan. Rabiul Awwal adalah bulan ke-3 dalam Kalender Islam.
Dalam bahasa Arab, kata ‘rabi’ berarti musim semi sementara ‘al awwal’ berarti yang pertama.
Oleh karena itu Rabiul Awwal secara keseluruhan diterjemahkan menjadi 'The First Spring'. Karena Rabiul Awwal adalah bulan dari kalender lunar,
itu bisa datang kapan saja. Karena itu namanya, Rabiul Awwal menggambarkan arti
simbolis karena melambangkan munculnya kebahagiaan (musim semi) setelah musim
dingin yang suram atau lebih khusus lagi kesedihan. Sebenarnya bukan musim semi yang
sebenarnya, karena Rabiul Awwal
dalam Kalender Hijriah bisa saja bertepatan dengan musim-musim yang lain.
Rabiul Awwal dinamakan
demikian karena sebelum Nabi Muhammad saw lahir, orang-orang hidup dalam keadaan ketidaktahuan atau
zaman kegelapannya
bangsa Arab. Mereka menyembah patung-patung yang berbeda selain Allah, oleh karena
itulah mereka bukan tidak percaya kepada Tuhan tapi tuhannya banyak yang dalam
bahasa Qur’an (Arab) disebut kaum musyrikin - memperserikatkan Tuhan dengan
tuhan-tuhan yang lain (patung-patung).
Mereka telah
menyimpang dari jalan Allah swt. Ketika Nabi saw lahir, ia membawa bersamanya Pesan Kebenaran, Pesan
Allah swt, Pesan Keesaan-Nya.
Pesan ini menuntun orang-orang menuju jalan pencerahan, membantu mereka
membedakan antara benar dan salah.
Nabi saw adalah lambang kesempurnaan. Dia
adalah panutan yang dipilih untuk kita oleh Allah swt dan kita harus mengikuti Sunnahnya untuk memimpin gaya
hidup ideal yang tidak hanya untuk
kita yang
berkeimanan Islam, tetapi sebenarnya bermanfaat bagi semua umat manusia.
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan yang banyak mengingat Allah”, QS Al-Ahzāb 33:21.
Bulan Rabiul Awwal memegang arti khusus dalam Islam karena orang
Muslim percaya bahwa Nabi Muhammad saw juga lahir di bulan ini, di peringati atau tidak,
dijadikan hari besar atau tidak, hari libur atau tidak, Namun sebagian Umat Muslim memperingati Maulid Nabi di hari 12 Rabiul Awwal,
sering kali disebut sebagai Maulid
atau Kelahiran Nabi saw dirayakan dengan antusiasme yang
tinggi seperti gambar imaje flyer diatas oleh umat
Islam di seluruh dunia. Banyak umat Islam memperingatinya sepanjang bulan Milad Nabi untuk mengenang Nabi saw ini dimulai
pada abad ke-7 Hijriyah.
Demikianlah paparan dari tajuk diatas
yang sempat penulis hadiri Peringatan Maulid Nabi saw di Istana Negara Republik Indonesia tahun 1968. Ketika itu
Presiden RI Bapak Soeharto dan Mentri Agama K. H. Muhammad Dahlan dan pemberi tausiyah-nya ayah penulis, H. Marzoeki
Jatim.
Semoga paparan tajuk dapat menjelaskan
kedudukan dari peringatan Maulid Nabi saw
terutama
oleh keteladanan Sultan Salahuddin di abad ke-7 Hijriyah
pada kala itu membuat peringatan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat
umat Islam yang telah sayub-sayub sampai kalau tidak mau dikatakan gelap untuk
kembali berjuang dalam membela Islam pada masa itu dalam menghadapi serangan Crusader (Tentara Salib).
Tentara Salib menyerang daerah-daerah
tempat tinggal kaum Muslimin yang akhirnya dapat dikuasai kembali oleh
Salahuddin dengan tentara-tentaranya dalam perang salib yang berjalan selama dua ratus tahun
itu. Salahuddin ini sangat dikenal oleh para tentara salib (yang merupakan
gabungan tentara dari negera-negara yang berada di Eropa), disamping ‘tegas
tapi juga bijak’, yaitu setelah menguasai dan mengepung benteng Yerusalem, para
tentara salib tidak dibantai habis, tapi disuruh pulang ke negerinya
masing-masing dengan damai. Pernah juga Salahuddin masuk ke garis belakang
musuh menemui panglima tentara salib Richard the Lionheart - Raja Inggris, Richard
I, dengan julukannya Richard berhati Singa yang sedang sakit, hanya untuk
memberikan bantuan dokter dan obatnya untuk menyembuhkannya. Namanya diabadikan
dalam produksi Tank Baja (Panzer) dengan nama Saladin. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Catatan Kaki:
[1] Kalender
Hijriyah
atau Kalender Islam (الهجري
التقويم;
at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam
seluruh dunia, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan
dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender
Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah dimulai tahunnya
berdasarkan di mana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah, yakni pada
tahun 622 kalendar Gregorian. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas
Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari.
Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan
kalender biasa (kalender Gregorian) yang menggunakan peredaran Matahari.
Penentuan dimulainya sebuah hari dan tanggal
pada Kalender Hijriyah berbeda dengan Kalender Gregorian. Pada sistem Kalender Gregorian,
sebuah hari dan tanggal dimulai pada pukul 00.00 dini hari waktu setempat.
Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari dan tanggal dimulai ketika
terbenamnya matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata
siklus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah),
memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan,
bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708
hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar
11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah
hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi
dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya
bulan baru (new moon) di titik apooge
- yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi
berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari
bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige - jarak terdekat bulan dengan bumi - dengan bumi berada di
titik terjauhnya dari Matahari (aphelion).
Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 atau
30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai
dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal)
setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan
terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di
ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari
pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus
bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari.
Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada zaman
Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender
Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari.
Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala:
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah
dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan
bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah
kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan
ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa, QS At-Taubah
9:36.
Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah
Muhammad saw telah menggunakan
bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini
tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran
Rasulullah saw adalah pada tahun
gajah. Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur pada zaman Khalifah Umar ra menulis surat kepada Amirul Mukminin
yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya
tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan. Khalifah Umar lalu mengumpulkan
beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib ra, Abdurrahman bin Auf ra, Sa’ad bin Abi Waqqas ra, Zubair bin Awwam ra, dan Thalhan bin Ubaidillah ra. Mereka bermusyawarah mengenai
kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan
berdasarkan pengangkatan Muhammad saw
menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib ra yaitu berdasarkan momentum hijrah
Rasulullah saw dari Makkah ke
Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali ra dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah
pada masa hijrahnya Rasulullah saw.
Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama
bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.
[2] Rahmat. Rahmat terdiri dari tiga huruf rā’, hā’,
dan mīm. Menurut Ibnu Faris dalam Maqāyīs al-Lughah setiap kata Arab
yang berakar dari tiga huruf rā’,
hā’, dan mīm
memiliki arti dasar ‘kelembutan, kehalusan dan kasih sayang’. Sedangkan menurut
al-Ashfihani dalam Mufradāt Alfādzh al-Qur’an,
kata rahmat berarti ‘kelembutan yang menuntut berbuat baik kepada yang
disayangi’. Terkadang rahmat hanya khusus berarti ‘kelembutan’. Kadang juga
hanya berarti ‘berbuat baik’.
Pada dasarnya rahmat (kasih sayang) itu berasal
dari Tuhan Maha Pengasih Penyayang (al-Rahmān
al-Rahīm). Allah swt
adalah sumber rahmat (kasih sayang) yang tersebar di alam semesta (a.l. berupa
sumber alam disediakan untuk dikelola manusia bagi keperluan dan kemakmuran
serta kebahagian hidup manusia).
[3] Bagi Seluruh Alam. Dan
Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat
bagi seluruh alam, QS Al-Anbiyā’21:107.
[4] Akhlak.
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Innamā bu’itsty liutamma shālihal
akhlāq” Artinya: “Sesungguhnya aku
diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya (no. 8952), Al-Bukhari
dalam al-Adab al-Mufrad (no.
273), al-Bayhaqi dalam Syu’ab al-Īmān (no.
7609), al-Khara’ith dalam Makārim
al-Akhlāq (no. 1), dan lainnya)
[5] Keadilan. Dalam Al-Qur’an Surat an-Nisā’ ayat 135 juga dijumpal
perintah kepada orang-orang yang beriman untuk menjadi penegak keadilan, yaitu:
Wahai orang-orang yang beriman,
jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena
Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau Ibu, Bapak dan kaum kerabatmu. Jika
ia, kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemasalahatanya. Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dan kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau dengan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui Segalanya apa yang kamu lakukan’
Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan
keadilan dalam menerapkan hukum tidak memandang perbedaan ras, suku, bangsa,
negara, agama sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya yang artinya:
Maka karena itu serulah (mereka
kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah
mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah:“Aku beriman kepada semua kitab yaig
diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Bagi
kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara
kami dan kamu Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali, QS As-Syūra’
42: 15.
Begitu pentingnya berlaku adil atau menegakkan
keadilan, sehingga Tuhan memperingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya
jangan karena kebencian terhadap suatu kaum sehingga memengaruhi dalam berbuat
adil, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Ta’ala yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap suatu kaum, mendorong kamu Untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan takwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”, QS Al-Mā’idah
5:8.
[6] Kenal Mengenal (Ta’aruf). Allah
swt berfirman dalam Kitab Suci Al-Qur’an yang artinya:
Wahai manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling KENAL
MENGENAL (TA’ARUF). [QS Al Hujurāt 49:13].
Kata kunci dalam bersosial
kemasyarakatan dalam ajaran Islam berada pada kata Ta’aruf (kenal mengenal). Maka pemaknaan Ta’aruf ini seterusnya berkelanjutan kepada Tafahum, Ta’awun,
dan Itsar yang makna masing-masing adalah:
1) Ta’aruf,
yaitu saling kenal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata
ringkas belaka, tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar belakang sejarah dan
pendidikan, budaya, keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-cita, serta
problem-problem hidup yang di alami suku dan bangsa tersebut baik dalam
pengertian seorang atau kelompok orang pada umumnya.
2) Tafahum,
yaitu saling memaklumi kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan
masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalahpahaman dapat di hindari.
Kemudian dicari kesamaan-kesamaan titik temu. Kalau ada perbedaan yang tidak
dapat dipersatukan, dimaklumi saja, asalkan tidak menyalahi ajaran pokok Islam
sebenarnya.
3) Ta’awun,
yaitu tolong menolong adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat
dipungkiri sebagai makhluk sosial. Kenyataan membuktikan, bahwa suatu pekerjaan
atau apa saja selalu membutuhkan pihak lain. Pekerjaan tidak akan dapat
dilakukan sendirian oleh seseorang meski dia memiliki kemampuan dan pengetahuan
tentang hal itu. Ini menunjukkan, bahwa tolong-menolong dan saling membantu
(adanya gotong royong dan teamwork) adalah suatu keharusan dalam hidup
manusia yang ada secara naluriah dalam hati yang bersih. Mestinya tidak ada
keraguannya.
Untuk itu perlu Allah Subhana wa
Ta’ala mengingatkan manusia yang mungkin hatinya telah lalai - sehingga
ragu dalam menyadarinya, dengan berfirman-Nya mempertegas sebagai berikut: “Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan permusuhan” [QS Al-Maidah 5:2].
Ta’awun dalam
artian semangat teamwork dalam bekerja, yaitu tolong menolong dimana
yang kuat menolong yang lemah dan yang memiliki kelebihan menolong orang yang
kekurangan. Nah kalau ada saja pandangan atau paradigma yang menjadi ideologi
masing-masing individu seperti tersebut, maka harapan hidup tanpa konflik yang
yang serius akan dapat dihindari.
4) Itsar,
artinya adalah mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan sendiri.
Maknanya diambil dari surat ke-59, Al-Hasyir, ayat 9 yang kisahnya terjadi
dalam menghadapi para pendatang dari Makkah yang berimigrasi ke Madinah (karena
tekanan Musyrikin Makkah terpaksa menyingkir ke Madinah) yang tidak banyak
membawa perbekalan dan tidak mempunyai tempat tinggal. Dengan itu penduduk
Madinah memberi kemudahan dan pertolongannya.
Dalam pengertian praktisnya, yaitu
saling tolong menolong dan saling kerjasama. Tidak bertengkar dan tidak
memusuhi, melainkan peduli (caring each other).
[7] Bahkan kekaguman dan pujian bagi Muhammad saw ini dilakukan juga oleh para intelektual non muslim sekali pun
[7], seperti Sir
George Bernard Shaw, Dr. Gustave Le Bon, George
Sale, penterjemah Qur’an, Thomas Carlyle, Michael H. Hart, Penulis buku 100 Tokoh Yang
Mempengaruhi Dunia.
Sir George Bernard Shaw (1856-1950),
seorang dramawan Irlandia, kritikus dan polemik yang pengaruhnya terhadap
teater, budaya dan politik Barat yang berkembang dari tahun 1880 sampai
kematiannya, mengatakan:
“Saya senantiasa menghormati agama
Muhammad, karena potensi yang dimilikinya. Ini (Islam) adalah satu-satunya
agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Saya
sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang
anti kristus, dia harus dipanggil “sang penyelamat kemanusiaan”.
"Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia." [The Genuine Islam - Islam yang Sebenarnya, Vol. 1, No. 8, 1936]
"Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia." [The Genuine Islam - Islam yang Sebenarnya, Vol. 1, No. 8, 1936]
Seorang ahli pikir Perancis
bernama Dr. Gustave Le Bon (1841-1931) mengatakan: “Dalam satu abad atau tiga keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia
dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30
keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup
Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terke-cuali selain
dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul (maksudnya Muhammad Rasullullah saw)
sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan yang
tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
George Sale, penterjemah The KORAN
(Al-Qur’an) dari bahasa asalinya - Arab, kedalam bahasa Inggris mengatakan: “Nabi
(Muhammad saw) sebagai “pribadi yang
sungguh baik karakternya, punya kecerdasan yang mendalam, perilaku yang
menyenangkan, mengasihi orang miskin, sopan kepada setiap orang, kukuh di
hadapan musuh, dan di atas segalanya, memiliki penghormatan yang sangat tinggi
atas nama Allah”. Baca: Pergelutan
Thomas Jefferson dengan Al Quran
Thomas Carlyle kagum akan hal perubahan dari
masyarakat jahiliyah kepada
masyarakat yang mempunyai peradaban seperti tersebut diatas. Carlyle
bertanya-tanya: “Bagaimanakah satu orang sendirian – tunggal (seperti Muhammad saw), bisa memimpin dan memenangkan
peperangan dengan kaum Musyrikin Makkah yang mapan. Dan bagaimanatah orang Arab
kota dan orang Arab dusun (suku Badui) menjadi bangsa yang kuat dan
beradab dalam waktu kurang dari dua decade.” Lebih lanjut ia berkomentar:
“Dengan tidak menganggap dan mengabaikan saja (walaupun tidak bermaksud buruk
yang telah menumpuk di diri kita - orang Barat) dalam menilai orang ini
(Muhammad), membuat malu diri kita - orang Barat - sendiri saja (terhadap
keberhasilan Muhammad)”, demikian ia berkomentar.
Michael H. Hart, Penulis buku 100 Tokoh
Yang Mempengaruhi Dunia berkomentar: “Pilihan saya Muhammad memimpin daftar
orang-orang paling berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan pembaca dan dapat
dipertanyakan oleh orang lain, tapi dialah satu-satunya manusia dalam sejarah
yang sangat berhasil baik dalam tingkat religious
(agama) maupun seculer (dunia)." Baca: Rasul,
Tokoh Yang Mempengaruhi Dunia.□□
Bahan Penulisan:
http://ganaislamika.com perihal sejarah
permulaan maulid nabi
http://id.wikipedia.org perihal maulid
nabi dan kalender hijriyah
Makna ‘rahmat’. https://www.harakatuna.com/makna-rahmat-dalam-al-quran-al-karim.html
dan sumber-sumber lainnya. □□□