Wednesday, February 27, 2019

Menikmati Pesona Danau Maninjau


MENIKMATI PESONA
DANAU MANINJAU


Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? [QS Ar-Rahmān 55:13]



I
ndonesia negeri zamrud khatulistiwa dengan hamparan keindahan alam yang begitu eksotis dan menawan. Negeri yang menawarkan begitu banyak keindahan. Ia membentang luas di daratan maupun di kedalaman Lautan. Membuat siapapun yang melihat dan mencicipi keindahan alam Indonesia akan berdecak kagum memuji-Mu, karena ciptaan Allah SWT inilah yang sangat menyejukan hati dan menenangkan jiwa.

Khususnya Danau Maninjau yang terdapat di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, memang tiada akan berhenti mengagumi keelokannya. Beratus-ratus tahun lalu hingga sekarang, keindahannya tiada yang berkurang. Danau Maninjau tetap sama seperti dahulu.


Danau Maninjau merupakan danau vulkanik. Danau tersebut berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luasnya sekitar 99,5 km2 dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter.

Untuk mencapai Danau Maninjau ini, Anda bisa melalui dua jalur, dari arah utara dan selatan. Jika dari selatan, melewati Kabupaten Padang Pariaman. Dari Kota Padang ke Maninjau sekitar 140 km. Kalau melewati Kota Bukittinggi, Anda akan melalui jalan berkelok-kelok yang terkenal dengan nama Kelok 44, sepanjang sekitar 10 km jika mengambil jalur utara.

Memang menikmati keindahan alam yang Allah SWT ciptakan ini, pastinya dapat mendamaikan, menenangkan dan mempesonakan pandangan. Hayati satu persatu keindahan alam ciptaan Ilahi ini. Kesempurnaan ciptaan yang tiada bandingan.


Keindahan alam berbagai rupa dan warna sungguh mengagumkan. Memukau pandangan, terpaku dengan ciptaan Ilahi. Kita pun akan bersyukur.

Karena itu, jangan sekali-kali kita tidak bersyukur atas nikmat Allah SWT yang kita nikmati itu seperti pandangan mata yang dapat menikmati keindahan ciptaan Ilahi.

Bersyukurlah, di kala susah dan senang, sedih dan gembira. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita apabila ujian besar menimpa. Jangan buta hati, karena jika hati buta, maka pandangan mata hati kita juga akan buta.



Sungguh indah alam ciptaan ilahi. Hanya dengan memandangnya dapat menenangkan dan mententeramkan hati dan jiwa kita. Nikmat yang tidak ternilai harganya yang Allah SWT berikan kepada kita semua. Semoga kita semua mendapat ketenangan, disaat menikmati dan mengagumi akan kekuasaan Maha Pencipta. Rehat sejenak menenangkan hati dan pikiran agar kesegaran dan ketenangan hati ini datang dari-Nya.

Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Āli ‘Imrān 3:190-191)


Si Penikmat Alam bertanya dalam hatinya: Siapa Pencipta alam ini, gunanya alam, bekerjanya alam, dan apa manfaatnya bagi manusia? Telah terjawab kini. Dan, maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu mau dustakan?

Subhanallāh, Walhamdulillāh, Wa lā ilāha illallāhu, Wallāhu Akbar. Billahit Taufiq Wal Hidayah. □ AFM


Nikmati pula video keindahan bumi (klik --->) SUMATERA BARAT 
Dan Nikmati pula video (klik --->) ALAM BERTASBIH

Monday, February 25, 2019

Belajar Dari Proyek Pruitt-Igoe




BELAJAR DARI PROYEK PRUITT-IGOE
RUMAH BAGI PENDUDUK KURANG MAMPU


PENDAHULUAN

P
royek tempat tinggal Pruitt-Igoe terdiri dari The Wendell O. Pruitt Homes dan William Igoe Apartments. Nama proyek ini diambil dari Wendell O. Pruitt, seorang pilot pesawat tempur Afrika-Amerika dalam Perang Dunia II, dan William L. Igoe, mantan anggota Kongres Amerika. Awalnya, kota ini direncanakan dua partisi - bangunan terpisah. Yaitu Kapten W. O. Pruitt Homes untuk penduduk kulit hitam, dan Apartemen William L. Igoe untuk orang kulit putih. Komplek ini dipisahkan oleh Cass Avenue di utara, Jefferson Street Utara di barat, Carr Street di selatan, dan North 20th Street di timur. Proyek Pruitt-Igoe, merupakan proyek perumahan perkotaan yang pertama kali ditempati pada tahun 1954 di kota Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat.


SEJARAHNYA

S
elama tahun 1940-an dan 1950-an, kota Saint Louis berpenduduk padat, dengan kondisi perumahan di beberapa daerah menyerupai "sesuatu dari novel Charles Dickens" 85 ribu keluarga tinggal di rumah petak abad ke-19. Sebuah survei resmi dari tahun 1947 menemukan hanya 33 ribu rumah memiliki toilet umum. Penduduk kelas menengah, sebagian besar berkulit putih meninggalkan kota. Tempat tinggal mereka sebelumnya dihuni oleh keluarga berpenghasilan rendah. Daerah kumuh yang terpisah antara warga kulit hitam (utara) dan warga kulit putih (selatan) dari kota tua yang yang ada dipinggiran kota yang terpisah dari pusat kota. Keadaan ini sangat kontras. Untuk menyelamatkan harga properti rumah ditengah kota yang sudah kehilangan nilai harga rumahnya, pemerintah kota memutuskan untuk membangun kembali lingkaran dalam di sekitar kawasan pusat bisnis. Karena begitu banyak bangunan yang rusak, kumuh dan sudah tidak terawat lagi.

Pada tahun 1947, para perencana Saint Louis mengusulkan untuk menggantikan daerah yang bernama DeSoto-Carr, sebuah lingkungan kumuh, dengan blok-blok perumahan dua dan tiga lantai yang baru dan sebuah taman umum. Namun rencana itu tidak terwujud. Ketika walikota Joseph Darst terpilih pada tahun 1949, menyatakan pada tahun 1951: Kita harus membangun kembali, membuka dan membersihkan kota-kota kita. Fakta bahwa permukiman kumuh diciptakan dengan segala tindakan kriminal terjadi adalah kesalahan semua orang. Sekarang adalah tanggung jawab semua orang untuk memperbaiki kerusakan.

Pada tahun 1950, Saint Louis telah menerima komitmen pemerintah Federal (Pusat) berdasarkan Undang-Undang Perumahan tahun 1949 untuk membiayai 5.800 unit perumahan umum. Perumahan umum besar pertama di Saint Louis, Cochran Gardens, selesai pada tahun 1953 dan ditujukan untuk orang kulit putih berpenghasilan rendah. Isinya 704 unit di 12 gedung bertingkat tinggi dan diikuti oleh Pruitt-Igoe, Darst-Webbe dan Vaughn. Pruitt-Igoe ditujukan untuk penyewa kulit putih dan hitam kelas menengah muda, dipisahkan ke dalam bangunan yang berbeda, Darst-Webbe untuk penyewa putih berpenghasilan rendah. Perumahan umum di Negara Bagian Missouri tetap dipisahkan secara rasial hingga 1956, termasuk daerah Saint Louis yang berada di Missouri, lihat gambar.



Selesai pada tahun 1955, Pruitt-Igoe, terdiri dari 33 bangunan apartemen 11 lantai di kompleks dengan luas 57 hektar (23 ha), di sisi utara bawah Saint Louis. Kompleks ini berjumlah 2.870 apartemen, salah satu yang terbesar di negara ini. Apartemen-apartemen dari bangunan bertingkat itu sengaja dibuat kecil, dengan peralatan dapur berukuran kecil. Lift berhenti hanya di lantai pertama, keempat, ketujuh, dan kesepuluh, memaksa penduduk untuk menggunakan tangga dalam upaya mengurangi kemacetan.

Sumber berbeda tentang seberapa cepat depopulasi terjadi. Menurut Ramroth, tingkat huniannya sepertiga kapasitas pada tahun 1965.  Menurut Newman, hunian tidak pernah naik di atas 60%. Semua pengamat mengatakan pada akhir tahun 1960-an, Pruitt-Igoe sebagian besar penghuni meninggalkannya dan telah memburuk menjadi lingkungan yang “tidak terurus”, berbahaya, penuh kejahatan. Arsitek bangunannya menyesalkan: "Saya tidak pernah berpikir ada orang yang begitu destruktifnya".

Sementara warga yang menghuninya menyebutkan kurangnya perawatan sejak awal adanya bangunan-bangun ini, termasuk seringnya kerusakan lift pengangkut naik turun dari bangunan yang bertingkat 11 ini. Inilah penyebab utama kerusakan proyek Pruitt-Igoe ini. Otoritas setempat menyebutkan kurangnya dana untuk membayar tenaga kerja yang diperlukan untuk pemeliharaan gedung. Selain itu, sistim ventilasi kurang baik, dan AC pusat tidak ada. Tangga dan koridor menarik bagi para kriminal. Fasilitas parkir dan rekreasi dan taman bermain tidak memadai bagi penghuni beserta keluarganya.

Pada tahun 1971, Pruitt-Igoe menampung hanya enam ratus orang di tujuh belas bangunan; enam belas bangunan lainnya ditutup. Sementara itu, kompleks Desa Carr yang bersebelahan, yang bangunan bertingkat rendah dengan susunan demografis yang serupa, tetap terisi penuh dan sebagian besar bebas masalah baik selama konstruksi sampai dihuni. Lain halnya Pruitt-Igoe yang penghuninya cenderung menurun.


PENGHANCURANNYA

P
royek Pruitt-Igoe, merupakan proyek perumahan perkotaan yang pertama kali ditempati pada tahun 1954 di kota St. Louis, Missouri, Amerika Serikat. Namun pada saat itu kondisi kehidupan ekonomi menurun. Pengaruh ini melanda pula proyek Pruitt-Igoe setelah selesai pada tahun 1956. Pada akhir 1960-an, kompleks ini menjadi terkenal secara internasional karena kemiskinan, kejahatan, dan pemisahan rasial. Semua 33 bangunan dihancurkan dengan bahan peledak pada pertengahan 1970-an, dan proyek telah menjadi ikon kegagalan pembaruan perkotaan dan perencanaan kebijakan publik.

Pada tahun 1968, Departemen Perumahan federal mulai mendorong penduduk yang tersisa untuk meninggalkan Pruitt-Igoe. Pada Desember 1971, otoritas negara bagian dan federal sepakat untuk menghancurkan dua bangunan Pruitt-Igoe dengan bahan peledak. Mereka berharap bahwa pengurangan populasi dan kepadatan bangunan secara bertahap dapat memperbaiki situasi. Pada saat itu, Pruitt-Igoe telah menghabiskan $ 57 juta jumlah yang sangat besar ketika itu.

Setelah berbulan-bulan persiapan, bangunan pertama dihancurkan dengan ledakan eksplosif pada jam 3 sore, pada tanggal 16 Maret 1972. Yang kedua pada tanggal 22 April pada tahun yang sama. Pada 15 Juli, pembongkaran tahap pertama berakhir. Ketika pemerintah membatalkan rencana rehabilitasi, sisa blok Pruitt-Igoe diledakkan selama tiga tahun berikutnya. Pada tahun 1976 dengan pembongkaran blok terakhir. Lengkaplah jalan cerita dari proyek ini telah menjadi ikon kegagalan pembaruan perkotaan dan perencanaan kebijakan publik, lihat gambar.





PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL

M
elihat bangunan proyek “Rumah” dan “Apartemen” ini luar biasa besarnya. Kegagalan dalam pendapatan (income) penduduk yang cenderung menurun, karena tingkat ekonomi yang kurang baik dan menurun terus. Disamping itu dana pemerintah itu sebatas berapa yang dapat diterimanya, tidak sesuai dengan biaya pemeliharaan gedung-gedung bangunan dan fasilitias lainnya. Sehingga perawatan bangunannya berjalan tidak semestinya. Ini  mengakibatkan tidak layak ditinggali. Penyewanya pun tidak nyaman tinggal di bangunan bertingkat 11 yang fasilitasnya tidak memadai.

Dari peristiwa itu dapat menjadi pelajaran bahwa memimpin sebuah negara ini tidak mudah, apalagi yang tidak mengenal sejarah perjuangan dan kelahiran bangsanya. Pengetahuan sebagaimana mestinya sebagai Pemimpin Negara kurang memadai - illateral. Memimpin negara ini tidak mudah. Harus pandai mengukur antara kemampuan yang ada dengan persoalan yang akan dihadapi. Jangan menganggap kalau sudah selesai membangun “proyek” semuanya akan beres dengan sendiri, tidak! Waktu berjalan dan disitulah pembuktian, kegagalan seorang pemimpin seperti kasus proyek Pruitt-Igoe ini. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM



Bahan Bacaan:
https://en.wikipedia.org/wiki/Pruitt%E2%80%93Igoe dan sumber-sumber lainnya. □□