Thursday, March 10, 2016

Gerhana Matahari



Oleh: A. Faisal Marzuki




P
ada tanggal 9 Maret tahun 2016 ada peristiwa besar di Indonesia yaitu Gerhana Matahari Total (Total Solar Eclipse). Artinya pada siang hari tiba-tiba saja gelap total seperti malam hari, pada hal waktu itu waktunya siang hari. Ada suatu penelitian terhadap tingkah laku khewan pada peristiwa Gerhana Matahari yaitu, ayam yang tidak biasanya berlaku seperti itu. Ayam masuk kembali ke kandangnya dari tempat pengkaisannya, mencari makan. Kemudian dalam beberapa menit, Bumi kembali terang. Ayam tersebut mulai mengeluarkan suara kokoknya kembali, seperti biasa ia lakukan menjelang pagi hari, untuk kedua kalinya. Dan setelah itu keluar dari kandang, mencari makan seperti sedia kala, karena siangnya sudah kembali. Begitu pula dengan khewan ikan lumba-lumba yang tingkah polanya tiba-tiba berubah pada saat gerhana total. Satu lagi adalah telur akan dapat berdiri tegak saat gerhana total terjadi, karena gaya tarik gravitasi Bumi berubah. Dua peristiwa yang terakhir ini dapat disaksikan pada video youtube di halaman terakhir blog ini.

   Bagaimana siang hari kemudian  tiba-tiba gelap? Ini betul-betul peristiwa besar. Bagaimana proses ini terjadi. Sebenarnya peristiwa gerhana Matahari total jarang sekali terjadi. Biasanya setidaknya sekitar 40 tahun sekali. Dan tidak di semua tempat dapat mengalaminya. Tergantung posisi Matahari, Bulan dan Bumi berada dimana ketika menerimatouch down” berkas cahaya terang dan menjadi gelap menimpa daerah (spot atau titik jatuh) di bumi.

Bagaimana proses Gerhana Matahari terjadi?

   Gerhana Matahari yaitu peristiwa tertutupnya Matahari oleh Bulan yang mengakibatkan terhalangnya cahaya Matahari untuk sampai ke Bumi pada daerah tertentu. Gerhana matahari akan terjadi jika Matahari, Bumi, dan Bulan terletak pada satu garis lurus. Pada saat gerhanan Matahari  Bulan terletak diantara Matahari dan Bumi. 


   Ada dua jenis daerah berkas (bayangan) cahaya di Bumi ketika terjadi gerhana Matahari, yaitu daerah umbra dan daerah penumbra. Daerah umbra yaitu daerah di Bumi yang menerima bayangan inti bulan. Daerah penumbra yaitu daerah di Bumi yang menerima bayangan kabur bulan, daerah penumbra lebih terang daripada daerah umbra, , lihat Gambar 1.


Macam-macam Bentuk Gerhana Matahari

   Bentuk gerhana Matahari ada tiga macam, yaitu gerhana Matahari total, gerhana Matahari sebagian, dan gerhana Matahari cincin. 


Gerhana Matahari Total





   Gerhana Matahari total atau disebut juga gerhana Matahari sempurna, terjadi jika permukaan Bumi tertutupi oleh bayang-bayang umbra Bulan. Gerhana ini terjadi hanya di daerah yang terkena umbra (bayangan inti) Bulan, lihat Gambar 2.


Gerhana Matahari Sebagian




   Gerhana Matahari sebagian terjadi jika permukaan Bumi tertutupi penumbra Bulan. Jadi, Matahari tidak tertutup sempurna oleh Bulan. Pada gerhana matahari sebagian, masih ada bagian matahari yang yang terlihat terang, lihat Gambar 3. Waktu berlangsungnya gerhana Matahari sebagian lebih lama dibanding dengan waktu berlangsungnya gerhana Matahri total. Hal ini karena penumbra Bulan lebih luas dari umbra Bulan.


Gerhana Matahari Cincin




  Gerhana Matahari cincin terjadi pada saat Bulan berada pada titik terjauhnya dari Bumi. Pada kedudukan ini panjang kerucut umbra tidak cukup menutupi Bumi, akan tetapi perpanjangan umbra bulan - disebut atumbra, yang menutupi Bumi. Daerah di permukaan Bumi yang terletak di perpanjangan umbra Bulan mengalami gerhana cincin, lihat gambar 4. Di daerah yang mengalami gerhana ini, Matahari tampak bercahaya yang bentuknya seperti cincin. Sedangkan di bagian tengahnya tampak kabur.

   Demikianlah peristiwa alam yang terjadi dari Gerhana Matahari itu. Ini terjadi karena kekuasaan Allah Azza wa Jalla terhadap ciptaannya. Pantaslah kita ucapkan dzikir, takbir, pujian dan do’a. Boleh kita ucapkan do'a pujian yang diambil dari sebagian do’a sesudah Shalat Tahajjud yang ada dalam Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim:

Allāhumma lakalhamdu
(Ya Allah Tuhan-ku, hanya bagi-Mu segala puja dan puji)

Anta qayyimus samāwāti wal’ardhi wa manfīhinna
(Engkaulah Penguasa yang mendirijadikan langit semesta dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya)

Walakalhamdu Anta nūrus samāwāti wal’ardhi wa manfīhinna
(Dan hanya bagi-Mu segala puja dan puji, Engkaulah pancaran cahaya -tenaga hidup- langit semesta dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya).


   “Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk menyeru ash-shalatu jami’ah (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at. (HR. Muslim no. 901)

“Aisyah menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lantas Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak.” (HR. Bukhari, no. 1044).

Bagaimana Tata Cara Shalat Gerhana?

   Ringkasnya, tata cara shalat gerhana, sama seperti shalat biasa dan bacaannya pun sama, urutannya sebagai berikut:
[1] Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi kita shallallahu ’alaihi wasallam dan Beliau shallallahu ’alaihi wasallam juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para sahabatnya.
[2] Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
[3] Membaca do’a iftitah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijahar  (dikeraskan suaranya) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah: “Nabi shallallahu ’alaihi wasallam menjaharkan bacaannya ketika shalat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901).
[4] Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
[5] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan “sami’Allahu liman hamidah, Rabbana wa lakal hamd”.
[6] Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
[7] Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
[8] Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
[9] Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
[10] Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
[11] Tasyahud.
[12] Salam.
[13] Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak. (Lihat Zaadul Ma’ad, Ibnul Qayyim, 349-356, Darul Fikr dan Shohih Fiqih Sunnah, 1: 438)

   Shalat Gerhana Matahari yang luar biasa di sambut oleh kaum muslimin dibeberapa tempat di Indonesia yang sempat diabadikan dalam foto-fotonya:



●●●


   Dalam peristiwa gerhana matahari ini mengingat penulis kepada hadits yang lain dari Aisyah radhiyallahu ‘anha yang bertalian dengan sistim tatasurya dan astronomi yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Āli ‘Imrān, surat ke-3, ayat 190 dan ayat 191 sebagai berikut:

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw berkata: “Wahai ‘Aisyah saya pada malam ini beribadah kepada Allah swt”. Jawab Aisyah ra: “Sesungguhnya saya senang jika Rasulullah berada di sampingku. Saya senang melayani kemauan dan kehendaknya” Tetapi baiklah! Saya tidak keberatan. Maka bangunlah Rasulullah saw dari tempat tidurnya lalu mengambil air wudu’, tidak jauh dari tempatnya itu lalu shalat. Di waktu shalat beliau menangis sampai-sampai air matanya membasahi kainnya, karena merenungkan ayat Al-Qur’an yang dibacanya. Setelah shalat beliau duduk memuji-muji Allah dan kembali menangis tersedu-sedu. Kemudian beliau mengangkat kedua belah tangannya berdo’a dan menangis lagi dan air matanya membasahi tanah. Setelah Bilal datang untuk adzan subuh dan melihat Nabi saw menangis ia bertanya: “Wahai Rasulullah! Mengapakah Rasulullah menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa Rasulullah baik yang terdahulu maupun yang akan datang”. Nabi menjawab: “Apakah saya ini bukan seorang hamba yang pantas dan layak bersyukur kepada Allah swt? Dan bagaimana saya tidak menangis? Pada malam ini Allah swt telah menurunkan ayat kepadaku.

Selanjutnya beliau berkata: “Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikirkan dan merenungkan kandungan artinya”. Ayat tersebut dibawah adalah:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (ayat-ayat kebesaran Allah) bagi Ulul Albab (bagi orang yang berakal),  yaitu orang – orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi sambil berkata, “Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. [QS Āli ‘Imrān 3:190-191]

   Dari surat Āli ‘Imrān diatas ini dikemudian hari banyak menghasilkan ahli-ahli astronomi khususnya dalam era keemasan Islam. Sebagaimana yang dikatan Dr. Murad Hofmann Islam itu menarik, karena menggugah pemikiran rasional bagi yang mengerti dari ayat-ayat Allah Azza wa Jalla ini diantaranya adalah:

Al-Biruni adalah orang yang pertama kali menyimpulkan adanya pergerakan titik matahari yang terjauh dari bumi. Dia bahkan mengkritisi table-tabel astronomi yang dibuat sebelumnya dan memperbaikinya.

Al-Khwarizmi adalah seorang astronom yang kecakapannya menonjol. Ia ikut andil dalam mengukur lingkaran bumi yang dialakukan pada masa Khalifah Al-Ma’mun. Al-Khwarizmi juga yang membuat diagram astronomi seperti yang dimuat dalam bukunya “As-Sanad Hind”. Hasil-hasil karyanya tentang astronomi antara lain “Al-Amal bi Al-Istharlab” dan buku “Jadwal An-Nujum wa Harakatuha”.

Al-Kindi sangat berjasa dalam bidang pengamatan posisi bintang, planet, letak dan dampaknya terhadap bumi. Salah satu penemuannya yang sangat menakjubkan adalah hipotesanya tentang pasang dan surut air.

Nasir Ad-Din Thusi memperoleh kemasyhuran besar, dan telah memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang kekal. Dia menulis sejumlah risalah astronomi, yang terpenting di antaranya adalah Kitab At-Tazkira fil Ilmi Al-Hai’a (Memorial Astronomi), seuatu penyelidikan bidang astronmi selengkapnya. Buku tersebut telah ditulis ulang oleh banyak sarjana dan diterjemahkan dalam banyak bahasa, termasuk dalam bahasa Timur dan bahasa Barat. At-Tazkira, merupakan tonggak dalam perkembangan astronomi, memenangkan popularitas luas di seluruh Timur dan Barat.

Kemasyhuran Nasir Ad-din Thusi di bidang astronomi terutama terletak pada penelitian-penelitian astronominya yang dilakukan observatorium Maragha. Observatorium yang selesai didirikan pada tahun 1259 ini peninggalannya masih ada sampai sekarang. Observatorium ini dilengkapi dengan instrumen-instrumen terbaik yang bisa didapat, termasuk satu peta bola langit yang terdiri dari cincin-cincin, kuadran dinding, dan cincin-cincin penghentian matahari yang mungkin di bawa dari Baghdad dan Almut.



   Demikianlah peritiwa gerhana dari hasil penciptaan Alam Semesta oleh Allah Pencipta Alam Semesta (Universe) dan Alam dibalik Alam Semesta (Beyond Universe).  Tuhan Hayyun (Hidup Kekal) Qayyun (Tegak Berdiri Sendiri Mengurus Ciptaan-Nya) mempunyai wilayah Kerajaan amat amat amat luas dan maha maha maha besar.

Alam Semesta raya di raya dengan segala isinya merupakan hasil ciptaan-Nya tidak dibiarkan begitu saja, melainkan diurus-Nya dengan baik. Termasuk peritiwa gerhana yang menjadikan peredarannya pada suatu ketika poros masing-masing berada dalam satu garis sejajar antara Matahari, Bulan dan Bumi. Yaitu Matahari, kemudian Bulan ditengah antara Matahari dan Bumi, dan berikutnya Bumi.

Bendah-benda langit, masing-masing bergerak dalam koordinasi rapih. Gerakannya harmonis dan indah. Dalam garis edarnya yang anggun dalam suasana damai – tidak berbenturan. Allahu Akbar, wallahu a’lam bish-shawab.  □ AFM

Saksikan detik-detik “Gerhana Matahari Total 2016”, di Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia dengan mengklik tanda httpsnya: https://youtu.be/cPbBB5UjTIk



Telur Berdiri Saat Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016, klik tanda httpsnya:

Perubahan Pola Tingkah Hewan Saat Terjadi Gerhana, Klik tanda httpsnya:


Ikutipula blog yang terkait dengan tajuk diatas: Dahsyatnya Penciptaan Alam Semesta


Bahan Bacaan:


http://mastugino.blogspot.com/2012/12/gerhana-matahari-dan-gerhana-bulan.html?m=1

https://rumaysho.com/9044-tata-cara-shalat-gerhana-2.html

http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/10/dahsyatnya-penciptaan-alam-semesta_3.html

http://afaisalmarzuki.blogspot.com/2015/03/kedudukan-ulul-albab-i.html

https://ahladif.wordpress.com/2012/07/21/mengenal-tokoh-tokoh-besar-islam-dalam-bidang-ilmu-pengetahuan-dan-ilmu-ilmu-lainnya/

dan sumber-sumber lainnya. □□□