Thursday, July 18, 2019

Masjid Al Irsyad Satya RL




MASJID AL-IRSYAD SATYA
MASJID RAMAH LINGKUNGAN
Oleh: A. Faisal Marzuki


PENDAHULUAN

M
asjid Al-Irsyad Satya yang ramah lingkungan ini berdiri di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Begitu unik dan megahnya masjid ini. Bentuk kubus, mirip Ka'bah. Tiap dinding luar bangunan bentuk Ka’bah ini bertuliskan dua Kalimat Syahadah  لا اله الا الله محمد رسول الله  -   "LāilāhaillAllāh, Muhammad Rasūl Allāh", dibaca: lā ilāha illallāh, muhammadur rasullullāh. Lihat Gambar-1.


Masjid Al-Irsyad Satya berdiri kurang dari setahun sejak mulai dibangun pada 7 September 2009 atau bertepatan dengan 17 Ramadhan 1430 H, bertepatan dengan hari Nuzulul Qur’an - diturunkannya Al-Qur'an, dan di resmikan pada Agustus 2010. Bentuk masjid itu layaknya kubus. Arsiteknya menyebutkan bentuk masjid terinspirasi oleh Ka'bah yang ada di Masjidil Haram, Makkah. Dindingnya bertuliskan kaligrafi. Masjid itu berdiri di atas lahan seluas 1 hektar dengan kapasitas 1.500 jemaah.

Gambar-1

Dengan keunikannya, Masjid Al-Irsyad Satya meraih penghargaan "The Best 5 World Building of The Year 2011" untuk kategori Bangunan Religi versi Archdaily & Green Leadership Award tahun 2011 dari BCI Asia.

Peran Sang Ayah

Ridwan Kamil sebagai arsitek masjid mengungkapkan bahwa hadirnya masjid tersebut tidak lepas dari sosok sang ayah, almarhum Atje Misbach. Desain Masjid Al-Irsyad Satya sebagai bentuk penghormatannya kepada ayah.

Ridwan Kamil yang sering disapa Emil menceritakan, dirinya bisa menjadi seperti ini tentu tak lepas dari peran sang ayah. Ketika meninggal, kata Emil, ayahnya tak meninggalkan harta benda, tetapi hanya ilmu, wasiat, dan nasihat lainnya yang ditinggalkan. Sang ayah mendidiknya dengan kesederhanaan. "Ayah saya telah tiada saat saya di akhir tahun kuliah. Almarhum tidak meninggalkan harta benda, karena kami dulu hidup seadanya, tapi almarhum melahirkan banyak wasiat dan nasihat yang menjadi bekal saya hari ini," tulis Emil.

Dalam ceritanya, Emil sangat menyesal karena tidak sempat mengucapkan rasa terima kasih kepada sang ayah atas bimbingan, nasihat, dan wasiatnya. Jasa-jasa yang membuatnya seperti ini pun belum terbalaskan. "Saya tidak sempat mengucapkan rasa terima kasih saya padanya, karena dulu saya orangnya cuek dan tidak pedulian. Ya Allah, menyesal sekali rasanya," tulis Emil dalam Facebooknya.

Setelah kepergian ayahnya untuk selamanya, kerinduan itu selalu datang. Ia menyesal karena belum pernah memberikan yang terbaik saat sang ayah masih hidup. Emil berpikir, bagaimana membalas kebaikan dan mengobati rasa rindu itu, terlebih lagi sang ayah pula yang berperan menjadikan dirinya menjadi seorang Arsitek dan Wali Kota Bandung.

Saya menjadi Arsitek melalui bimbingan almarhum. "Sekarang rasa rindu itu selalu ada menyergap, di setiap pencapaian saya. Rasanya ingin berbagi dan mengadu kepadanya membayangi saya. Profesi yang memberi penghidupan dan penghormatan bagi saya dan anak istri saya," tulisnya lagi. Penghormatan terbersit dalam pikiran Emil untuk membuat satu karya yang dipersembahkan kepada almarhum ayah tercinta, maka berdirilah masjid tersebut.


ARSITEKTURAL MASJID YANG UNIK

M
asjid ini mempunyai bentuk kubus, namun mempunyai filosofi yang sangat indah dan penuh makna. Bentuk masjid yang terlihat kotak ternyata terinspirasi dari bentuk Ka’bah yang berada di Makkah. Desain masjid memang sengaja dirancang menyerupai Ka’bah. Selain itu bentuknya yang kotak dapat memaksimalkan jamaah yang dapat tertampung di dalam masjid ini. Masjid ini mempunyai kapasitas 1500 orang untuk beribadah dan bahkan dapat menampung 3000 orang atau lebih apabila digunakan saat pengajian. Lihat Gambar-2

Bangunan ini mempunyai warna dasar abu-abu. Fasad (sisi luar, exterior) bangunan ini merupakan susunan concrete block yang membentuk kaligrafi kalimat As-Syahadah (kalimat syahadat). Masjid ini juga dirancang sama sekali tidak menggunakan jendela untuk bukaan. Namun, ia menciptakan sebuah desain unik dengan memanfaatkan sinar matahari dan juga angin dari alam sebagai penerangan dan juga penghawaan melalui celah-celah concrete blok yang membentuk kalimat syahadat tersebut. Pembangunan masjid ini sendiri menghabiskan dana sekitar 7 miliar rupiah.

Gambar-2

Desain awal dari masjid ini pertama-tama ada 3 alternatif. Yang pertama masjid ini dibangun dengan semua dikelilingi dan berada di atas air, yang kedua masjid ini akan dibangun menjadi 3 tingkat dan desain terakhir yaitu desain yang terpilih sekarang ini. Desain ini dipilih atas pertimbangan biaya, waktu dan sebagainya. Desain arah kiblat dibuat terbuka dengan pemandangan alam pegunungan yang sangat indah yang di ujung masjid ini terdapat sebuah bola besar yang bertuliskan kaligrafi Allah SWT yang dibuat berada diatas air dari kolam buatan. Saat senja tiba, semburat matahari akan masuk dari bagian depan masjid yang tak berdinding itu. Masjid ini mempunyai luas bagunan sekitar 1696 meter persegi, luas selasar 807 meter persegi dan hanya memiliki tiga warna yaitu, putih, hitam dan abu-abu. Lihat Gambar-3

Susunan tiga warna tersebut menjadikan masjid ini manjadi tampil lebih indah, modern, simple namun tetap elegan dan elok dipandang mata.

Walaupun dibangun tanpa adanya jendela, kita tak perlu khawatir akan rasa panas yang ada. Justru, masjid ini terasa sangat sejuk dan dingin, karena adanya lubang-lubang dari dinding yang bertuliskan kaligrafi juga berfungsi sebagai ventilasi untuk pergantian udara. Selain itu penghawaan juga dapat dirasakan dari arah kiblat yang mempunyai dinding terbuka, sehingga udara dapat masuk masjid sebanyak-banyaknya.

Namun sekali-kali saat hujan yang sangat deras terjadi, bukaan yang ada justru membuat air dapat masuk ruangan masjid secara berlebih, terutama tempat imam. Air yang masuk dapat membasahi karpet-karpet yang ada.  Sebelumnya, sebagai usaha antisipasi kejadian tersebut, mimbar imam dan shaf dibelakangnya dimundurkan agar tidak kebasahan.

Gambar-3

Interior masjid Al-Irsyad juga sangat sederhana namun sangat menarik. Pada bagian plafon, terdapat lampu yang berbentuk Persegi panjang dari beton yang berjumlah 99 buah lampu sebagai symbol 99 nama-nama Allah (Asmaul Husna). Tulisan pada lampu itu dapat dibaca secara jelas dimulai dari sisi depan kanan masjid hingga tulisan ke 99 pada sisi kiri belakang masjid. Kaligrafi yang tercetak pada lampu ini, apabila lampu dihidupkan bayangan kaligrafi yang timbul tidak sampai ke dasar lantai dengan itu terhindar dari injakan kaki, karena disain arsitek yang dibuat Ridwan Kamil telah memperhitungkan agar bayangan kaligrafi yang ditimbulkan oleh lampu tidak akan mengenai bawah lantai.

Ruang sholat masjid dapat menampung 1500 jamaah. Masjid ini juga tidak mempunyai pilar-pilar ditengahnya untuk menopang atap, sehingga masjid ini terasa cukup luas. Ada 4 sisi dinding yang menjadi pembatas, sekaligus penopang atapnya. Celah-celah angin pada dinding membuat masjid terasa sejuk walaupun tanpa AC ataupun kipas angin.

Mihrab juga berbeda dengan masjid lain pada umumnya. Mihrab berbentuk lorong persegi itu terbuka dibagian depan dan langsung menghadap pegunungan. Mihrab dan mimbar diletakkan menjorok diatas sebuah kolam. Sebuah batu bulat berukir lafaz Allah SWT, diposisikan tepat ditengah mihrab yang terbuka. Hal ini bertujuan agar orang- orang tidak lewat di depan imam. Pemandangan pegunungan yang disuguhkan pun juga memiliki arti tersendiri. Panorama pegunungan tersebut memperlihatkan superioritas kebesaran alam. Siapapun yang bermunajat ke hadapan-Nya dan melihat pemandangan tersebut akan merasa sangat kecil sehingga diharapkan manusia selalu rendah hati. Pada bagian lantai yang membatasi dinding dan lantai, sengaja tidak diberi keramik dan hanya diberi batu putih, Hal ini bertujuan untuk mengurangi banyaknya air yang bisa masuk masjid saat hujan besar tiba, tempat orang lewat (saat telat pengajian, sholat berjamaah atau apapun) agar tidak mengganggu jamaah yang lainnya dan juga bertujuan agar jamaah tidak ada yang memanfaatkan tempok sebagai tempat bersandar.

Pada saat malam hari, bola besar yang terdapat tulisan Kaligrafi Allah akan tidak terlihat. Justru yang terlihat hanyalah lafal Allah SWT yang menyala berwarna merah dan seeolah-olah berada di atas air. Hal seperti ini tentu membuat orang-orang terkagum-kagum melihatnya, dan juga membuat kita merinding saat beribadah di masjid tersebut. Lanskap dan ruang terbukannya pun sengaja dirancang membentuk gari-garis melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi masjid ini terinspirasi dari konsep Tawaf yang mengelilingi kabah.


PENUTUP

M
asjid Al-Irsyad Satya merupakan sebuah masjid dengan arsitektur bangunan yang sangat unik. Dibangun diatas lahan yang berada dalam satu lingkungan dengan Al-Irsyad Satya Islamic School, afiliasi dengan Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah of Singapore, yang merupakan sebuah sekolah Islam berbasis Internasional yang berada di Kota Baru Parahyangan, Jawa Barat.

Masjid ini merupakan karya besar seorang Arsitek ternama asal kota Bandung yaitu Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung periode 2013-2018, sekarang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.

Nama lengkap Sang Arsitek Mochammad Ridwan Kamil, ST. MUD lahir di Bandung pada 4 Oktober 1971. Beliau pernah menjabat sebagai Wali Kota Bandung, sekarang menjadi Gubernur Jawa Barat. Ia seorang yang berlatar belakang pendidikan arsitek, sebagai dosen dan juga aktivis sosial asal Indonesia. Beliau merupakan putra dari pasangan Dr Atje Misbach SH (Alm) dan Dra Tjutju Sukaesih. Ayahnya merupakan seorang Doktor Fakultas Hukum UNPAD sementara itu, ibunya merupakan seorang dosen farmasi UNISBA dan staff ahli LPPOM MUI Jawa Barat.

Beliau belajar Arsitektur melalui pendidikan Teknik Aritektur, Institut Teknologi Bandung, Setelah lulus tahun 1995. Pada tahun 1999 beliau melanjutkan sekolah Master di Master of Urban Design di University of California, Berkeley dan selesai pada tahun 2001. Setelah lulus S2 nya, Ridwan Kamil terjun sebagai pekerja professional sebagai arsitek di berbagai perusahaan di Amerika Serikat. Pada ahun 2002, Ridwan Kamil, kembali ke Indonesia, dan dua tahun setelahnya beliau mendirikan Urbane yang bergerak dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur, dan desain. Saat ini, Ridwan Kamil aktif menjabat sebagai principal PT. Urbane Indonesia. Selain itu beliau juga aktif sebagai dosen jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung.

Urbane adalah perusahaan yang didirikan oleh Ridwan Kamil bersama teman-temannya seperti Achmad D. T. Aryana, Irvan W. Darwis, dan Reza Nurtjahja. Perusahaan ini sudah memiliki reputasi Internasional. Mereka telah membangun berbagai proyek diluar Indonesia berskala Internasional, diantaranya adalah Syria Al-Noor Ecopolis Di Negara Syria dan Suzhou Financial District di China. Urbane telah banyak mendapat penghargaan dari media Internasional seperti BCI Asia Award tiga tahun berturut-turut pada tahun 2008-2010 dan juga mendapatkan BCI Green Award pada tahun 2009 atas project desain rumah botol (dari botol bekas). Selain itu, Urbane juga telah memenangkan berbagai kompetisi di bidang desain Arsitektur tingkat Nasional seperti juara 1 Kompetisi desain Museum Tsunami di Aceh pada tahun 2007, juara 1 kompetisi desain kampus Universitas Tarumanegara pada tahun 2007 dan juga juara 1 kompetisi desain fakultas ilmu Budaya di Universitas Indonesia pada tahun 2009, juara 1 kompetisi desain Sanggar Nagari di Kota Baru Parahyangan di kabupaten Bandung Barat dan juga juara 1 kompetisi desain Pusat Seni dan Sekolah Seni Universitas Indonesia tahun 2009. Dari semua karya yang telah beliau dirikan, Masjid Al-Irsyad merupakan sebuah karya  Masterpiece Mochammad Ridwan Kamil, ST. MUD (nama lengkap) yang sangat ia banggakan. Masjid inipun ia dedikasikan untuk almarhum Ayahandanya. □ AFM



SUMBER
https://regional.kompas.com/read/2015/06/24/21395811/Penyesalan.Ridwan.Kamil.yang.Berbuah.Masjid
https://dokumen.tips/documents/masjid-al-irsyad-satya-kota-baru-parahyangan.html
https://suaramuslim.net/masjid-al-irsyad-bandung/ □□