MASJID AL-IRSYAD SATYA
MASJID RAMAH LINGKUNGAN
Oleh: A. Faisal Marzuki
PENDAHULUAN
M
|
asjid Al-Irsyad Satya yang ramah
lingkungan ini berdiri di Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung
Barat, Jawa Barat. Begitu unik dan megahnya masjid ini. Bentuk kubus, mirip
Ka'bah. Tiap dinding luar bangunan bentuk Ka’bah ini bertuliskan dua Kalimat
Syahadah لا اله
الا الله محمد رسول
الله - "LāilāhaillAllāh, Muhammad Rasūl
Allāh", dibaca: lā ilāha illallāh,
muhammadur rasullullāh. Lihat Gambar-1.
Masjid Al-Irsyad Satya berdiri kurang
dari setahun sejak mulai dibangun pada 7 September 2009 atau bertepatan dengan
17 Ramadhan 1430 H, bertepatan dengan hari Nuzulul
Qur’an - diturunkannya Al-Qur'an, dan di resmikan pada Agustus 2010. Bentuk masjid itu layaknya kubus.
Arsiteknya menyebutkan bentuk masjid
terinspirasi oleh Ka'bah yang ada di Masjidil Haram, Makkah. Dindingnya
bertuliskan kaligrafi. Masjid itu berdiri di atas lahan seluas 1 hektar dengan
kapasitas 1.500 jemaah.
Gambar-1 |
Dengan keunikannya, Masjid Al-Irsyad Satya
meraih penghargaan "The Best 5 World Building of The Year 2011" untuk
kategori Bangunan Religi versi Archdaily & Green Leadership Award tahun
2011 dari BCI Asia.
Peran Sang Ayah
Ridwan Kamil sebagai arsitek masjid mengungkapkan
bahwa hadirnya masjid tersebut tidak lepas dari sosok sang ayah, almarhum Atje
Misbach. Desain Masjid Al-Irsyad Satya sebagai bentuk penghormatannya kepada
ayah.
Ridwan Kamil yang sering disapa Emil
menceritakan, dirinya bisa menjadi seperti ini tentu tak lepas dari peran sang
ayah. Ketika meninggal, kata Emil, ayahnya tak meninggalkan harta benda, tetapi
hanya ilmu, wasiat, dan nasihat lainnya yang ditinggalkan. Sang ayah
mendidiknya dengan kesederhanaan. "Ayah saya telah tiada saat saya di akhir
tahun kuliah. Almarhum tidak meninggalkan harta benda, karena kami dulu hidup
seadanya, tapi almarhum melahirkan banyak wasiat dan nasihat yang menjadi bekal
saya hari ini," tulis Emil.
Dalam ceritanya, Emil sangat menyesal
karena tidak sempat mengucapkan rasa terima kasih kepada sang ayah atas
bimbingan, nasihat, dan wasiatnya. Jasa-jasa yang membuatnya seperti ini pun
belum terbalaskan. "Saya tidak sempat mengucapkan rasa terima kasih saya
padanya, karena dulu saya orangnya cuek dan tidak pedulian. Ya Allah, menyesal
sekali rasanya," tulis Emil dalam Facebooknya.
Setelah kepergian ayahnya untuk
selamanya, kerinduan itu selalu datang. Ia menyesal karena belum pernah
memberikan yang terbaik saat sang ayah masih hidup. Emil berpikir, bagaimana
membalas kebaikan dan mengobati rasa rindu itu, terlebih lagi sang ayah pula
yang berperan menjadikan dirinya menjadi seorang Arsitek dan Wali Kota Bandung.
Saya menjadi Arsitek melalui bimbingan
almarhum. "Sekarang rasa rindu itu selalu ada menyergap, di setiap
pencapaian saya. Rasanya ingin berbagi dan mengadu kepadanya membayangi saya.
Profesi yang memberi penghidupan dan penghormatan bagi saya dan anak istri
saya," tulisnya lagi. Penghormatan terbersit dalam pikiran Emil untuk
membuat satu karya yang dipersembahkan kepada almarhum ayah tercinta, maka berdirilah
masjid tersebut.
ARSITEKTURAL MASJID YANG UNIK
M
|
asjid ini mempunyai bentuk kubus, namun
mempunyai filosofi yang sangat indah dan penuh makna. Bentuk masjid yang
terlihat kotak ternyata terinspirasi dari bentuk Ka’bah yang berada di Makkah.
Desain masjid memang sengaja dirancang menyerupai Ka’bah. Selain itu bentuknya
yang kotak dapat memaksimalkan jamaah yang dapat tertampung di dalam masjid
ini. Masjid ini mempunyai kapasitas 1500 orang untuk beribadah dan bahkan dapat
menampung 3000 orang atau lebih apabila digunakan saat pengajian. Lihat
Gambar-2
Bangunan ini mempunyai warna dasar abu-abu.
Fasad (sisi luar, exterior) bangunan ini merupakan susunan concrete block yang membentuk kaligrafi kalimat As-Syahadah (kalimat
syahadat). Masjid ini juga dirancang sama sekali tidak menggunakan jendela
untuk bukaan. Namun, ia menciptakan sebuah desain unik dengan memanfaatkan
sinar matahari dan juga angin dari alam sebagai penerangan dan juga penghawaan
melalui celah-celah concrete blok
yang membentuk kalimat syahadat tersebut. Pembangunan masjid ini sendiri
menghabiskan dana sekitar 7 miliar rupiah.
Gambar-2 |
Desain awal dari masjid ini pertama-tama ada 3
alternatif. Yang pertama masjid ini dibangun dengan semua dikelilingi dan berada
di atas air, yang kedua masjid ini akan dibangun menjadi 3 tingkat dan desain
terakhir yaitu desain yang terpilih sekarang ini. Desain ini dipilih atas
pertimbangan biaya, waktu dan sebagainya. Desain arah kiblat dibuat terbuka
dengan pemandangan alam pegunungan yang sangat indah yang di ujung masjid ini
terdapat sebuah bola besar yang bertuliskan kaligrafi Allah SWT yang dibuat
berada diatas air dari kolam buatan. Saat senja tiba, semburat matahari akan
masuk dari bagian depan masjid yang tak berdinding itu. Masjid ini mempunyai
luas bagunan sekitar 1696 meter persegi, luas selasar 807 meter persegi dan
hanya memiliki tiga warna yaitu, putih, hitam dan abu-abu. Lihat
Gambar-3
Susunan tiga warna tersebut menjadikan masjid
ini manjadi tampil lebih indah, modern, simple namun tetap elegan dan elok
dipandang mata.
Walaupun dibangun tanpa adanya jendela, kita tak
perlu khawatir akan rasa panas yang ada. Justru, masjid ini terasa sangat sejuk
dan dingin, karena adanya lubang-lubang dari dinding yang bertuliskan kaligrafi
juga berfungsi sebagai ventilasi untuk pergantian udara. Selain itu penghawaan
juga dapat dirasakan dari arah kiblat yang mempunyai dinding terbuka, sehingga
udara dapat masuk masjid sebanyak-banyaknya.
Namun sekali-kali saat hujan yang sangat deras
terjadi, bukaan yang ada justru membuat air dapat masuk ruangan masjid secara
berlebih, terutama tempat imam. Air yang masuk dapat membasahi karpet-karpet
yang ada. Sebelumnya, sebagai usaha
antisipasi kejadian tersebut, mimbar imam dan shaf dibelakangnya dimundurkan
agar tidak kebasahan.
Gambar-3 |
Interior masjid Al-Irsyad juga sangat sederhana
namun sangat menarik. Pada bagian plafon, terdapat lampu yang berbentuk Persegi
panjang dari beton yang berjumlah 99 buah lampu sebagai symbol 99 nama-nama
Allah (Asmaul Husna). Tulisan pada lampu itu dapat dibaca secara jelas dimulai
dari sisi depan kanan masjid hingga tulisan ke 99 pada sisi kiri belakang
masjid. Kaligrafi yang tercetak pada lampu ini, apabila lampu dihidupkan
bayangan kaligrafi yang timbul tidak sampai ke dasar lantai dengan itu terhindar
dari injakan kaki, karena disain arsitek yang dibuat Ridwan Kamil telah
memperhitungkan agar bayangan kaligrafi yang ditimbulkan oleh lampu tidak akan
mengenai bawah lantai.
Ruang sholat masjid dapat menampung 1500 jamaah.
Masjid ini juga tidak mempunyai pilar-pilar ditengahnya untuk menopang atap,
sehingga masjid ini terasa cukup luas. Ada 4 sisi dinding yang menjadi pembatas,
sekaligus penopang atapnya. Celah-celah angin pada dinding membuat masjid
terasa sejuk walaupun tanpa AC ataupun kipas angin.
Mihrab juga berbeda dengan masjid lain pada
umumnya. Mihrab berbentuk lorong persegi itu terbuka dibagian depan dan langsung
menghadap pegunungan. Mihrab dan mimbar diletakkan menjorok diatas sebuah
kolam. Sebuah batu bulat berukir lafaz Allah SWT, diposisikan tepat ditengah
mihrab yang terbuka. Hal ini bertujuan agar orang- orang tidak lewat di depan
imam. Pemandangan pegunungan yang disuguhkan pun juga memiliki arti tersendiri.
Panorama pegunungan tersebut memperlihatkan superioritas kebesaran alam. Siapapun
yang bermunajat ke hadapan-Nya dan melihat pemandangan tersebut akan merasa
sangat kecil sehingga diharapkan manusia selalu rendah hati. Pada bagian lantai
yang membatasi dinding dan lantai, sengaja tidak diberi keramik dan hanya
diberi batu putih, Hal ini bertujuan untuk mengurangi banyaknya air yang bisa
masuk masjid saat hujan besar tiba, tempat orang lewat (saat telat pengajian,
sholat berjamaah atau apapun) agar tidak mengganggu jamaah yang lainnya dan
juga bertujuan agar jamaah tidak ada yang memanfaatkan tempok sebagai tempat
bersandar.
Pada saat malam hari, bola besar yang terdapat
tulisan Kaligrafi Allah akan tidak terlihat. Justru yang terlihat hanyalah
lafal Allah SWT yang menyala berwarna merah dan seeolah-olah berada di atas
air. Hal seperti ini tentu membuat orang-orang terkagum-kagum melihatnya, dan
juga membuat kita merinding saat beribadah di masjid tersebut. Lanskap dan
ruang terbukannya pun sengaja dirancang membentuk gari-garis melingkar yang
mengelilingi bangunan masjid. Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi masjid ini
terinspirasi dari konsep Tawaf yang mengelilingi kabah.
PENUTUP
M
|
asjid Al-Irsyad Satya merupakan sebuah masjid
dengan arsitektur bangunan yang sangat unik. Dibangun diatas lahan yang berada
dalam satu lingkungan dengan Al-Irsyad Satya Islamic School, afiliasi dengan
Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah of Singapore, yang merupakan sebuah sekolah Islam
berbasis Internasional yang berada di Kota Baru Parahyangan, Jawa Barat.
Masjid ini merupakan karya besar seorang Arsitek
ternama asal kota Bandung yaitu Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung periode
2013-2018, sekarang menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
Nama lengkap Sang Arsitek Mochammad Ridwan
Kamil, ST. MUD lahir di Bandung pada 4 Oktober 1971. Beliau pernah menjabat
sebagai Wali Kota Bandung, sekarang menjadi Gubernur Jawa Barat. Ia seorang
yang berlatar belakang pendidikan arsitek, sebagai dosen dan juga aktivis
sosial asal Indonesia. Beliau merupakan putra dari pasangan Dr Atje Misbach SH
(Alm) dan Dra Tjutju Sukaesih. Ayahnya merupakan seorang Doktor Fakultas Hukum
UNPAD sementara itu, ibunya merupakan seorang dosen farmasi UNISBA dan staff
ahli LPPOM MUI Jawa Barat.
Beliau belajar Arsitektur melalui pendidikan Teknik
Aritektur, Institut Teknologi Bandung, Setelah lulus tahun 1995. Pada tahun
1999 beliau melanjutkan sekolah Master di Master of Urban Design di University
of California, Berkeley dan selesai pada tahun 2001. Setelah lulus S2 nya,
Ridwan Kamil terjun sebagai pekerja professional sebagai arsitek di berbagai perusahaan
di Amerika Serikat. Pada ahun 2002, Ridwan Kamil, kembali ke Indonesia, dan dua
tahun setelahnya beliau mendirikan Urbane yang bergerak dalam bidang jasa
konsultan perencanaan, arsitektur, dan desain. Saat ini, Ridwan Kamil aktif
menjabat sebagai principal PT. Urbane Indonesia. Selain itu beliau juga aktif
sebagai dosen jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung.
Urbane adalah perusahaan yang didirikan oleh
Ridwan Kamil bersama teman-temannya seperti Achmad D. T. Aryana, Irvan W.
Darwis, dan Reza Nurtjahja. Perusahaan ini sudah memiliki reputasi
Internasional. Mereka telah membangun berbagai proyek diluar Indonesia berskala
Internasional, diantaranya adalah Syria Al-Noor Ecopolis Di Negara Syria dan
Suzhou Financial District di China. Urbane telah banyak mendapat penghargaan
dari media Internasional seperti BCI Asia Award tiga tahun berturut-turut pada tahun
2008-2010 dan juga mendapatkan BCI Green Award pada tahun 2009 atas project
desain rumah botol (dari botol bekas). Selain itu, Urbane juga telah memenangkan
berbagai kompetisi di bidang desain Arsitektur tingkat Nasional seperti juara 1
Kompetisi desain Museum Tsunami di Aceh pada tahun 2007, juara 1 kompetisi
desain kampus Universitas Tarumanegara pada tahun 2007 dan juga juara 1
kompetisi desain fakultas ilmu Budaya di Universitas Indonesia pada tahun 2009,
juara 1 kompetisi desain Sanggar Nagari di Kota Baru Parahyangan di kabupaten
Bandung Barat dan juga juara 1 kompetisi desain Pusat Seni dan Sekolah Seni
Universitas Indonesia tahun 2009. Dari semua karya yang telah beliau dirikan,
Masjid Al-Irsyad merupakan sebuah karya Masterpiece Mochammad Ridwan Kamil, ST.
MUD (nama lengkap) yang sangat ia banggakan. Masjid inipun ia dedikasikan untuk almarhum
Ayahandanya. □ AFM
SUMBER
https://regional.kompas.com/read/2015/06/24/21395811/Penyesalan.Ridwan.Kamil.yang.Berbuah.Masjid
https://dokumen.tips/documents/masjid-al-irsyad-satya-kota-baru-parahyangan.html
https://suaramuslim.net/masjid-al-irsyad-bandung/
□□