Sunday, October 27, 2019

Makna Waktu bagi Manusia




MAKNA WAKTU BAGI MANUSIA
Oleh: A. Faisal Marzuki


Wal ‘asri; innal insāna lafī khusrin; illal ladzīna āmanu wa amilush-shōlihati wa tawā show bil haqqi wa tawā show bish-shobri.

● Demi Masa (Waktu); ● Sungguh manusia berada dalam kerugian; ● Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran, QS Al-‘Ashr 103:1 s/d 3.



PENDAHULUAN

W
aktu perjalanan hidup manusia sejak dari zaman Nabi Adam as (baca: alayhis salam) dan anak-anak, cucu-cucu dan cicit-cicit seterusnya, diukur dari satuan unit waktu. Waktu yang paling kecil yang diketahui manusia saat ini disebut ‘a nanosecond’. Biasanya tulisan singkatnya adalah  ‘ns’ atau ‘nsec’. ‘A Nanosecond’ yang diambil dari dua kata yaitu ‘nano’ dan ‘second’. Nilainya setara dengan ‘one billionth’ - dalam sebutan bahasa Indonesia adalah seper miliar. Atau rumus matematiknya adalah 10-9 (sepuluh pangkat minus sembilan), atau dapat pula dituliskan 1/1.000.000.000 menit. Satuan waktu ‘ns’ sangat dikenal sekali dalam teknologi komputer dalam mengukur kecepatan read (membaca) dan write (menulis) waktu mengakses memori computer (RAM, Random Access Memory).

Kadang kala seorang guru kursus komputer mengilustrasikan nanosecond ini sebagaimana sinyal listrik yang dapat berjalan dalam kecepatan selama  a nano second’. Bahkan Rasul Allah saw (baca Rasulullāhu shalallāhu ‘alayhi was sallam) ketika mengajarkan sebuah do’a kepada putrinya Fatimah ra (baca: radhiallāhu anhu), menyebutkan: Ya Allah! Jangan  Engkau tinggalkan aku walaupun hanya selama “tarfata ‘ain” – sekejab mata, “just a nano second”. Begitulah pengharapan seorang Muslim yang sejati tidak mau ditinggalkan Allah ‘Azza wa Jalla walaupun ‘in just a nano second’ sebagaimana di ajarkan Rasul Allah saw kepada putrinya. Selanjutnya di ‘copy’ oleh pengikutnya sebagai do’a ma’tsur. Yaitu, suatu do’a seperti yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul yang diharapkan kepada Allah Pencipta Alam Raya di Raya ini.

Satuan waktu berikutnya secara berurutan adalah detik, menit (60 detik), jam (60 menit), hari (24 jam), pekan (7 hari), bulan (28-31 hari), tahun (12 bulan), abad (100 tahun) dan milenial (10 abad). Menurut penanggalan tahun ‘Syamsiyah’ yaitu tahun yang dihitung berdasarkan peredaran Bumi terhadap Matahari. Sebagaimana kita ketahui bahwa Tahun Syamsiah artinya adalah tahun yang dihitung berdasarkan peredaran Bumi kembali dari mengelilingi Matahari dari mulai titik 0 (awal) kembali ke titik 0 lagi. Satu putarannya sering disebut selama 365 hari. Tepatnya bukan demikian, melainkan 365¼ hari. Namun perhitungan manusia tetap menyebutkan 365. Kemudian ditahun kabisatnya menjadi berjumlah 366 hari yang diberikan kepada bulan Februari yang menurut penanggalan biasa berumur 28 hari, namun pada tahun kabisat bilangan tiap tahun yang 365¼ digenapkan menjadi dari ¼  hari tiap tahun itu menjadi 1 (satu) hari pada tahun kabisat. Bulan Februari ketika tahun kabisat itu berumur 29 hari.

Penanggalan lainnya dalam kalender Islam adalah tahun Qomariyah. Yaitu penanggalan yang dihitung berdasarkan peredaran Bulan terhadap Bumi yang tiap bulannya selama antara 29 hari atau 30 hari dalam 12 bulan, mulai bulan Muharram (bulan ke-1, setara dengan bulan Januari dalam penanggalan Syamsiyah) berakhir bulan Dzul-Hijjah (bulan ke-12, setara dengan bulan Desember dalam penanggalan Syamsiyah). Satu tahun dalam penanggalan Qomariah adalah lk 354 hari, sedangkan penanggalan Syamsiyah adalah lk 365 hari.

Hari penanggalan agama Islam (al Dīn al Islam, baca: addiinul islam) menggunakan penanggalan Qomariyah. Penanggalan Qomariyah adalah penanggalan yang selalu adil sekali bagi umat Islam yang berada di belahan dunia dimana saja dia berada di kolong langit ini, ketimbang dengan menggunakan penanggalan yang menggunakan Syamsiyah. Karena apa? Karena dengan menggunakan tahun Qomariah umat yang ada di belahan utara bumi (azimuth). [1]  Dan umat manusia yang ada di belahan selatan (nadir).  [2]  Akan mengalami hari singkat yang sama dalam bulan puasa. Kalau pada suatu tahun di Bumi belahan utara musim fall-winter waktu puasanya pendek, sedangkan Bumi dibelahan selatannya musim spring-summer waktu puasanya panjang. Suatu waktu sebaliknya (karena harinya selalu berkurang sebelas hari ketimbang tahun yang menggunakan kalender Syamsiyah), yaitu belahan Bumi bagian selatan musim fall-winter waktu puasanya pendek, sedangkan Bumi dibelahan utara musim spring-summer waktu puasanya panjang. Lain halnya dengan menggunakan tahun Syamsiyah Bumi belahan utara, kalau waktu ‘Christmas’ selalu dingin (atau bersalju - disebut  White Christmas). Sementara itu Bumi belahan selatan selalu panas (tanpa dingin atau tanpa bersalju, ‘Never White Christmas’), demikian setiap tahunnya.

Demikianlah waktu selalu berjalan, yaitu masa lalu, masa yang sedang di jalani, dan masa yang akan datang.


MAKNA WAKTU

D
alam masalah waktu ini Allah Azza wa Jalla telah memberi perhatian dan peringatan - dalam masalah penggunaan waktu yang manusia gunakan - yang pantas umat manusia merenungkan maknanya. Dengan itu dapat dipertanyakan apakah waktu itu digunakan untuk melaksanakan amalan kebajikan dan beriman kepada-Nya (dimana manusia berada di dalamnya - ruang dan waktu)? Makna waktu bagi manusia yang diperingatkan Allah Pencipta Langit dan Bumi tercantum dalam Surah Al-‘Asr yang diturunkan di Makkah. Dalam Surah tersebut Allah memberi peringatan kepada makhluk ciptaan-Nya yakni manusia yang berakal sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

Wal ‘asri; innal insāna lafī khusrin; illal ladzīna āmanu wa amilush-shōlihati wa tawā show bil haqqi wa tawā show bish-shobri.

● Demi Masa (Waktu); ● Sungguh manusia berada dalam kerugian; ● Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran, QS Al-‘Ashr 103:1 s/d 3.

Surat ini dinamakan Surah Al-‘Ashr yang terdapat dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam urutan ke-103 dari totalnya sebanyak 114 surah. Pada Surah Al-‘Ashr jumlah ayatnya ada tiga. Walaupun singkat mempunyai makna yang dalam bagi manusia yang waktu hidupnya dihabiskan dalam ukuran waktu dan ruang yang sangat menentukan dalam perjalanan hidupnya. Bagi manusia yang beriman yang percaya dan yakin adanya hari akhirat, waktu yang digunakan itu semestinya digunakan kepada hal-hal yang bermanfaat bagi sesama manusia dan lingkungan hidup.

Surah yang dinamakan Al-‘Ashr ini diambil sesuai dengan yang disebutkan dalam ayat pertamanya wal-‘ashr yang artinya masa sebagai kurun waktu yang dengan itu Allah SAW (baca: Subhāna Wa Ta’ālā - Mahasuci Dia dan Mahatinggi) bersumpah. Ini menandakan bahwa waktu atau masa itu sangat penting. Makna secara profan adalah “time is money” - waktu adalah uang. Sedang secara spiritual artinya adalah bermakna peringatan bahwa waktu itu jangan disia-siakan, hendaknya digunakan sebaik-baiknya, yang bermanfaat, membangun, dan berbuah berkah bagi kehidupan umat manusia dan alam lingkungannya. Walaupun manusia telah mencapai kemajuan teknologi di zaman modern ini, tetapi tidak sejalan dengan sunatullahnya maka ia akan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan (yang melakukan) amal baik (bermanfaat, membangun) yang dilakukan secara berjamaah (team work), sebagaimana ayat ketiga menyebutkannya: “…serta saling menasihati untuk 'kebenaran' [3], dan saling menasihati untuk 'kesabaran' [4]”.

Jika dilakukan dengan sia-sia (merusak dan saling bermusuhan antara sesama manusia), maka merugilah kita - na'udzubill
āhi min zalik. Maka mari kita gunakan dengan sebaik-baiknya waktu yang ada untuk membangun dan bekerja sama yang diridhoi-Nya, maka beruntunglah kita. Alhamdulillāhi Rabbul 'Ālamīn.

Dalam rumus kehidupan dalam beramal (berbuat, bekerja) seperti yang disebutkan firman Allah SWT: "La hā mā kasabat, wa 'alayhā maktasabat" [5] -  Dia mendapat (manfaat, pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya, dan dia mendapat (kerusakan, siksa) dari (pertengkaran yang tak berguna, kejahatan yang dilakukan, menuduh orang sebelum mengecek kebenarannya, berkata tidak benar dari kejadian yang sesungguhnya, dst.) yang diperbuatnya. Semua perbuatan itu, hasilnya berpulang kepada pelakunya sendiri. Wahai manusia, wahai Ulil Albāb! Jangan salah pilih. Be wise, be smart! Billāhit Tayfiq wal Hidāyah. □ AFM



CATATAN KAKI:
[1] Azimuth, kosakata bahasa ‘Arab yang dipakai di Abad Tengah oleh para astronom Muslim yang kini sudah menjadi bahasa dunia dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan utara bumi (azimuth, atas).
 
[2] Nadir, kosakata bahasa ‘Arab yang dipakai di Abad Tengah oleh para astronom Muslim yang kini sudah menjadi bahasa dunia dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan selatan bumi kosakata bahasa Arab yang masih dipakai dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan selatan (nadir, bawah).

[3] Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek (fakta, kenyataan) bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan diri sendiri.

Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan (kebohongan) yang merupakan objek dan pengetahuan tidak sesuai. Contoh: Roda sebuah mobil berbentuk segitiga. Kenyataannya bentuk roda adalah bundar, karena pengetahuan tidak sesuai dengan objek maka dianggap keliru. Namun saat dinyatakan bentuk roda adalah bundar dan terjadi kesesuaian, maka pernyataan dianggap benar.

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan objek, yakni pengetahuan yang objektif.

[4] Pengertian Sabar atau Kesabaran dalam Islam kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata sobaro-yasbiru, yang artinya menahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah menahan diri dari segala macam bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci.

Adapun sabar secara lebih luas adalah menahanan diri agar tidak mudah marah, berkeluh kesah, benci, dendam, tidak mudah putus asa, melatih diri dalam ketaatan dan membentengi diri agar tidak melakukan perbuatan keji dan maksiat dan dendam (membalas dendam yang merusak).

 
[5] QS al-Baqarah 2:286.

Wednesday, October 23, 2019

Bentuk Bumi Bulat atau Datarkah?




KATA PENGANTAR

D
i abad tengah ketika Eropah pemerintahannya dibawah kerajaan yang bekerja sama dengan Gereja, paham bumi datar menjadi pendapat yang sangat berpengaruh, lihat Gambar-1. Sedangkan di dunia Islam ilmu pengetahuan demikian majunya, baca (klik --->) 1001 Penemuan Dari Perpustakaan Rahasia. Seperti Al-Idrisi telah membuat peta dan peta dunia yang bulat, baca (klik --->) Al-Idrisi Pencipta Peta Dunia 1. Berkat kemajuan pembuatan peta ini, baik pelayaran laut dan penjelajahan darat di dunia Islam sudah sampai ke Afrika utara, Eropa bagian selatan, Erosia (Eropa-Asia) seperti antara lain Turkistan, Uzbekistan, Asia tengah termasuk ke Amerika dan Asia Timur Tengah kemudian sampai pula ke Nusantara, baca (klik --->) Muslim Penjelajah Dunia. Pelayaran laut yang dilakukan yang sampai ke neger-negeri “asing” itu berkat kemajuan pembuatan ‘kompas astrolabe’ yang dibuatnya berikut peta atau map regional dan global yang sudah dirintis mereka.

Gambar-1.

Penulis pada tahun 1955 (umur 8 tahun), dibawa pergi pulang ke kampung di Sumatera Barat oleh orang tua dengan menggunakan Kapal Laut. Kapal lautnya bernama Van der Pin (?), maskapai perusahaan pelayaran Belanda. Dalam kapal laut ini, sering kali penulis keluar kamar berjalan-jalan atau duduk di dek kapal yang dibatasi oleh pagar besi sambil melihat-lihat ketengah lautan Samudra Hindia. Kapalnya ketika itu dimotori oleh mesin uap dengan bahan bakar batubara. Memang kapal laut ketika itu hanya dimotori oleh mesin uap dengan cerobong asapnya sudah sangat moderen ketika itu, dimana - jauh sebelumnya -  menggunakan layar-layar besar yang ditiup angin.

Pada hari berikutnya seperti biasa jalan-jalan diatas dek kapal. Ketika menengok kebelakang nampaklah di kejauhan, mula-mula tampak kepulan asap di horizon tepi langit yang berbatasan dengan air laut Samudra Hindia. Kemudian secara berangsur-angsur tampak sebagian cerobong asap dengan asapnya yang menari-nari dibelakangnya. Selanjutnya lama-kelamaan barulah tampak bentuk kapal api (sebutan dari kapal laut ketika itu) tersebut secara utuh. Dengan peristiwa itu, penulis telah disajikan bahwa ternyata bumi itu bulat, sebagaimana Firman Allah Subhāna Wa Ta’āla menyebutkan dalam Surah Az-Zumar yang berbunyi:

khalaqas-samāwāti wal-ardha bil-haqq, yukawwirul-laila ‘alan-nahāri wa yukawwirun-nahāra ‘alal-laili wa sakhkharasy-syamsa wal-qamar, kulluy yajrī li`ajalim musammā, alā huwal-‘azīzul-gaffār.

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukkan (yukawwiru, يُكَوِّرُ, melilitkan) malam atas siang dan memasukkan (melilitkan) siang atas malam dan menundukkan matahari (yang bulat) dan bulan (yang bulat), masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun”. [QS Az-Zumar 39:5]

Para ulama yang juga berilmu pengetahuan umum menegaskan bahwa kata yukawwiru (يُكَوِّرُ) itu memiliki makna melilitkan, yaitu melilitkan pada suatu yang bulat. Mereka memberikan contoh berupa sorban, yaitu melilitkan sorban. Inilah isyarat bentuk bumi bulat dari ayat di atas.

Sama halnya dengan bentuk matahari itu bulat, lihat Gambar-2. Matahari dapat dilihat ketika matahari yang bulat itu berangsur-angsur 'terpotong' sampai menghilang di tepi langit bumi. Persitiwa tersebut disebut matahari terbenam. Begitu pula sebaliknya ketika matahari terbit, lama-kelamaan berbentuk bulat. Pengalaman ini penulis dapati ketika perjalanan dengan kendaraan bus Jakarta ke Surabaya melalui jalur pantai utara pulau Jawa pada tahun 1974.

Gambar-2.

Begitu pula halnya dengan bulan, lihat Gambar-2, bentuk bulan bulat terutama terlihat seperti itu pada bulan ke-14, disebut bulan purnama. Nah bagaimana pula dengan ada orang yang menyatakan bentuk bumi kita datar. Mari ikuti uraian berikutnya.



BENTUK BUMI BULAT
ATAU DATAR KAH?
Oleh: A. Faisal Marzuki


PENDAHULUAN

B
umi adalah planet ketiga dari Matahari, merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam sistim Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya. Bumi terkadang disebut dengan Dunia atau Planet Biru.

Bumi adalah tempat tinggal bagi miliar-miliaran makhluk hidup, termasuk 7,5 miliar manusia. Di Bumi ini terdapat sumber daya mineral Bumi dan produk-produk biosfer lainnya seperti antara lain dalam bentuk udara, air hujan, binatang ternak, buah-buah, sayur-sayuran, gandum dan beras bersumbangsih terhadap penyediaan sumber daya alam untuk mendukung kehidupan populasi manusia global.


Bumi Datar atau Bulat?

Diantara kita mungkin masih banyak yang bertanya bagaimana bentuk bumi sesungguhnya? Hal ini mengingat munculnya pendapat, paham atau teori “Bumi Datar” (Flat Earth).

Namun benarkah demikian? Prof Dr Thomas Djamaludin, pakar astronomi yang menjabat sebagai kepala Lembaga Perbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan bahwa jika kita mempelajari secara lebih dalam, sesungguhnya Al-Qur’an mengandung isyarat-isyarat tentang alam semesta.

Ada yang isyarat jelas, dan ada isyarat yang samar. Dan isyarat yang samar ini relatif, bisa jadi samar bagi sebagian orang, tapi jelas bagi orang yang lain.

Sama seperti penyakit yang bagi orang awam terasa samar, tapi bagi dokter itu bukan samar tapi jelas. Seperti membaca hasil laboratorium klinik. Orang awam tidak bisa membacanya, tapi bagi dokter itu sangat jelas. Maka samar di sini berbeda-beda.

Isyarat itu dapat ditangkap dari makna-makna kata Al-Qur’an. Kata-kata mengisyaratkan sebuah makna, yang mana makna itu adalah mengisyaratkan kepada hakekat tertentu yang ada di alam nyata. Kadang makna itu tidak jelas ditangkap oleh banyak orang. Tapi jelas bagi para ulama - yang tentunya mengerti Al-Qur’an tapi juga memahami ‘ilmu-umum” yang berkaitan dengan apa yang hendak dikaji (teliti).



BENTUK BUMI DALAM AL-QUR’AN

C
ontoh isyarat yang samar bagi orang awam dan jelas bagi para ulama yang berilmu pengetahuan umum, adalah isyarat tentang bumi bulat. Isyarat ini ada dalam firman Allah SWT pada Surah ke-39, Az-Zumar ayat 5 yang berbunyi:

khalaqas-samāwāti wal-ardha bil-haqq, yukawwirul-laila ‘alan-nahāri wa yukawwirun-nahāra ‘alal-laili wa sakhkharasy-syamsa wal-qamar, kulluy yajrī li`ajalim musammā, alā huwal-‘azīzul-gaffār.

Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia memasukkan (yukawwiru, يُكَوِّرُ, memutar) malam atas siang dan memasukkan (memutar) siang atas malam dan menundukkan matahari (yang bulat) dan bulan (yang bulat), masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah! Dialah Yang Maha Mulia, Maha Pengampun.

Manakah yang menunjukkan bumi itu bulat? Yaitu, para ulama yang juga berilmu pengetahuan umum menegaskan bahwa kata yukawwiru (يُكَوِّرُ) itu memiliki makna melilitkan (atau memutarkan), yaitu melilitkan (memutarkan kain) sorban pada suatu yang bulat. Mereka memberikan contoh berupa sorban, yaitu melilitkan sorban ke kepala seseorang dengan kain sorban. Inilah isyarat bentuk bumi bulat dari ayat di atas.

Pendapat lain disampaikan ulama terkenal dari Saudi Arabia, Syaikh Utsaimin, yang mengatakan bahwa Bumi adalah bulat sesuai dengan dalil Al-Qur’an, realita dan ucapan ulama. Dalil Al-Qur’annya terdapat pada ayat 5, di Surah Az-Zumar seperti yang disebutkan diatas.

Dalam Surah At-Takwir (التّكوير, "menggulung"), Surah ke-81 dalam Al-Qur'an. Takwir dalam ayat tersebut maknanya adalah menjadikan sesuatu seperti bola, seperti melilitkan sorban ke kepala. Dan seperti diketahui bahwa siang dan malam terjadi secara bergiliran pada bumi. Maka sudah semestinya bentuk bumi adalah bulat. Karena jika engkau melilitkan sesuatu pada sesuatu yang lain, dan bumi dalam hal ini adalah yang dililit oleh siang dan malam, maka sudah semestinya bumi itu bulat.

Sementara dalam Tafsir Juz Amma Surah Al-Ghōsyiyah, Syeikh Utsaimin menyatakan kata takwir artinya adalah tadwir yang mana makna kata tadwir artinya memutar. Kita ketahui bahwa siang dan malam terjadi secara bergantian menyelimuti bumi, jika keduanya diputar. Maka dengan peristiwa seperti itu artinya sudah semestinya bumi bentuknya bulat.

Syekh Muhamad Amin Asy-Syinqithi, penulis tafsir Adhwa’ul Bayan, menjelaskan ayat ini sebagai berikut: Takwir artinya melilitkan. Dalam bahasa Arab dikenal kata ‘melilitkan sorban di kepala’. Kemudian beliau menjelaskan asal makna kata takwir yang berarti memutar, karena mengandung makna bulat. Di antaranya adalah terjemahan kata bola dalam bahasa Arab yaitu kurah (كرة), karena asal kata كرة dalam bahasa Arab adalah كورة.

Lalu Asy-Syinqithi menukil dari Abul Husein ibnul Munadi tentang bentuk bumi. Yaitu tidak ada perbedaan di antara ulama bahwa bentuk langit adalah seperti bola. Dan langit berputar bersamaan dengan bintang-bintang yang ada di dalamnya, seperti bola berputar di antara dua ujung yang tidak bergerak, yang satu di utara, dan satu lagi di selatan.

Begitu juga mereka sepakat bahwa bumi dan seluruh gerakannya baik lautan maupun daratan adalah seperti bola. Buktinya adalah matahari, bulan dan bintang-bintang, tidak terbit dan tenggelam dalam waktu yang sama di seluruh bumi, tetapi di bagian timur terbit lebih dahulu dibandingkan bumi bagian barat. Bumi yang bulat berada pada tempatnya di tengah bulatnya langit, seperti titik yang berada di dalam lingkaran.

Syekh Syinqithi melanjutkan: Ini adalah nukilan ijma’ dari seorang imam yang mumpuni dalam ilmu akal maupun dalil syar’i, bahwa bumi bentuknya adalah bulat seperti bola. Dan beliau juga mengemukakan dalil yang kuat dari gerakan benda-benda langit akan hal itu.

Adapun mengenai kata “hamparan” dalam Al-Qur’an lebih menekankan penampakan dan fungsi bumi bagi kehidupan manusia. Jelas sekali bagi kita, manusia, yang ukurannya teramat kecil dibandingkan dengan bumi yang sangat luas, bahwa muka bumi ini tampak seperti hamparan.

Banyak dataran yang luas di mana sebagian kecilnya ditempati oleh gunung-gunung. Dan lebih banyak lagi lautan yang luas terhampar di depan mata kita. Dengan bentuk permukaan bumi yang demikian, maka manusia menjadi mudah menjelajahi dan tinggal di dalamnya.

Kerak bumi ibarat karpet (firasy) di atas inti bumi yang panas. Di bawah lapisan kerak bumi yang sangat tipis itu dibawahnya ada bara api ribuan derajat Celcius panasnya, namun kita tidak merasakan panasnya seperti itu.

Itulah mengapa Allah menyatakan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 22 yang artinya: "Yang menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan (firasya)…" Kata firasya juga berarti tikar atau dipan. Artinya bumi dihamparkan agar kita nyaman tinggal di atasnya.

Jika kita hubungkan dengan ilmu geologi, maka kita akan faham bahwa bumi yang kita tinggali ini sebenarnya adalah bola api yang amat besar yang dilapisi oleh kerak bumi setebal belasan kilometer. Kerak bumi ini sangat tipis – ribuan kali lebih tipis – dibandingkan dengan garis tengah bumi. Jadi, kerak bumi Allah ciptakan seolah-olah karpet yang terbentang di atas lelehan magma bumi dan melindungi kita dari panasnya. Inilah hikmah lain dari pemakaian kata “hamparan” (firasy) dalam Al-Qur’an mengenai sifat bumi.


PENUTUP

M
asalah bumi bulat atau datar bergulir sudah sejak lama, terutama di Dunia Barat. Yaitu di abad pertengahan. Bermula ketika kaum gereja bekerja sama dengan raja yang memerintah. Oleh karena dalam Alkitab-nya menyatakan Bumi Datar (flate) yang statis, lihat Gambar-1, pandangan ini menguasai pendapat di zamannya. Padahal para ilmuannya tidak demikian. Sementara dunia Islam sudah sangat maju, bumi dinyatakan Bulat, yang diakui pula oleh ilmuan barat, baca (klik --->) Al-Idrisi Pencipta Peta Dunia 2.

Kabalikan dari pandangan ilmuan Islam di abad tengah  (abad emas Islam), akhir-akhir ini, ada paham dibeberapa dikalangan ulama menyebutkan bumi itu datar yang katanya berasal dari Al-Qur’an, karena salah satunya tafsirannya diambil dari Surah ke-2, Al Baqarah Ayat 22 yang berbunyi:

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا

Al-ladzī ja’ala lakum ul-ardhi firōsyān

(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan (firōsyān, فِرَاشًا) bagimu…

Kata firōsyān, فِرَاشًا ini artinya adalah hamparan - yang dihamparkan seperti karpet sajadah yang berada di dataran yang flat atau datar. Dengan itu mereka menyimpulkannya dalam tafsirannya bahwa permukaan bumi itu datar.

Padahal dalam penghamparan bukanlah hanya dalam pengertian dihamparkan diatas yang datar saja, tapi juga diatas yang tidak datarpun bisa.

Adapun sebenarnya mengenai kata “hamparan” dalam Al-Qur’an mengenai “bumi” lebih menekankan penampakan dan fungsi “bumi” bagi kehidupan manusia. Jelas sekali bagi kita, manusia, yang ukurannya teramat kecil dibandingkan dengan bumi yang sangat luas, bahwa muka bumi ini tampak seperti hamparan - yang berarti disini tidak datar tapi bulat. Sebagaimana pengalaman penulis ketika berlayar dengan kapal laut yang telah dipaparkan dalam Kata Pengantar.

Para ulama yang juga berilmu pengetahuan umum menegaskan bahwa kata yukawwiru (يُكَوِّرُ) itu memiliki makna melilitkan atau memutarkan (takwir). Takwir artinya adalah tadwir yang mana makna kata tadwir artinya memutar, yaitu melilitkan (memutarkan kain) sorban pada suatu yang bulat. Mereka memberikan contoh berupa sorban, yaitu melilitkan sorban. Inilah isyarat bahwa bentuk bumi bulat seperti yang disebutkan dalam Surah ke-81 At-Takwir (التّكوير, menggulung). Jadi sebenarnya tafsiran dari kata firōsyān (فِرَاشًا) ini artinya adalah hamparan yang yang dihamparkan berdasarkan bentuk dari tempat dihamparkan, dalam hal ini bumi yang berbentuk yukawiru (يُكَوِّرُ) - bulat. Yaitu sama sebagaimana yang diteliti NASA melalui laboratorium yang berada di stasiun luar angkasa Internasional Space Station (ISS) seperti foto yang imej gambar dapat dilihat pada Gambar-3.

Gambar-3.

Kini perolehan gambar-gambar Ruang Angkasa dan Bumi dapat diperoleh melalui Modul Cupola yang dikaitkan ke Stasiun Antariksa Internasional yang berada di Ruang Angkasa. Cupola ini berjendela terbesar yang terdiri dari tujuh jendela dengan bidang pandang 180 derajat. Dengan itu  memudahkan astronot peneliti untuk mempelajari benda-benda dan objek lainnya yang ada di ruang angkasa, lihat Gambar-4.

Gambar-4.

Akhir-akhir ini ada kesaksian astronot Arab, Hazza Al Mansouri yang baru saja kembali dari stasiun luar angkasa Internasional Space Station (ISS). Dia telah membuktikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa tak ada bentuk bumi datar, melainkan bentuknya bulat seperti bola.

Pada 3 Oktober 2019, astronot ini kembali ke Kazakhstan setelah 8 hari berada di stasiun luar angkasa ISS. Ia menjadi orang pertama dari Uni Emirat Arab yang menjelajah antariksa.

Dalam konferensi persnya, Hazza melihat sendiri dan meyakinkan bahwa tak ada bumi seperti yang dipercaya sebagian orang mengatakan datar. "(Melainkan) Ia (Bumi) bulat, saya telah melihat sendiri dengan mata saya sehingga saya dapat mengatakannya pada Anda," jelas Hazza.

Dibawah ini terlihat video NASA menampilkan gambar sisi bumi yang diterangi matahari dimana bumi berbentuk utuh dan bulat. Gambar ini diambil oleh kamera NASA sejauh satu-juta mil, di Observatori Iklim Luar Angkasa (DSCOVR). Demikianlah urainnya penulis, semoga bermanfaat. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM


Video situs NASA tampilkan gambar bumi. Untuk melihatnya klik panah yang ada di dalam gambar (--->) Video Situs Nasa.



SUMBER:
https://www.gomuslim.co.id/read/khazanah/2018/09/29/9123/-p-sejalan-dengan-sains-begini-bentuk-bumi-dalam-alquran-nbsp-p-.html
https://news.detik.com/berita/d-4742496/bentuk-bumi-bulat-atau-datar-ini-penjelasan-dalam-alquran
https://muslim.or.id/28368-apakah-bumi-bulat-bola-atau-datar-menurut-pandangan-syariat.html
https://news.detik.com/berita/d-4742496/bentuk-bumi-bulat-atau-datar-ini-penjelasan-dalam-alquran
Bumi Datar dan Statis Kebenaran Alkitab --->
https://www.worldslastchance.com/bahasa-indonesia/biblical-christian-beliefs/bumi-datar-kebenaran-alkitab-dalam-dunia-yang-tidak-stabil.html
Foto Kredit: NASA
Situs Nasa, Tampilkan Gambar Bumi □□