MAKNA WAKTU BAGI MANUSIA
Oleh: A. Faisal Marzuki
Wal
‘asri; innal insāna lafī khusrin; illal ladzīna āmanu wa amilush-shōlihati
wa tawā show bil haqqi wa tawā show bish-shobri.
●
Demi Masa (Waktu); ● Sungguh manusia berada dalam kerugian; ● Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati
untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran, QS Al-‘Ashr 103:1 s/d 3.
PENDAHULUAN
aktu perjalanan hidup manusia sejak
dari zaman Nabi Adam as (baca:
alayhis salam) dan anak-anak, cucu-cucu dan cicit-cicit seterusnya, diukur
dari satuan unit waktu. Waktu yang paling kecil yang diketahui manusia saat ini
disebut ‘a nanosecond’. Biasanya tulisan singkatnya adalah ‘ns’ atau ‘nsec’. ‘A Nanosecond’ yang diambil dari dua kata yaitu ‘nano’ dan ‘second’. Nilainya setara dengan ‘one billionth’ - dalam sebutan
bahasa Indonesia adalah seper miliar. Atau rumus matematiknya adalah 10-9
(sepuluh pangkat minus sembilan), atau dapat pula dituliskan 1/1.000.000.000
menit. Satuan waktu ‘ns’ sangat
dikenal sekali dalam teknologi komputer dalam mengukur kecepatan read (membaca) dan write (menulis) waktu mengakses memori computer (RAM, Random Access Memory).
Kadang kala seorang guru kursus
komputer mengilustrasikan nanosecond
ini sebagaimana sinyal listrik yang dapat berjalan dalam kecepatan selama ‘a nano
second’. Bahkan Rasul Allah saw
(baca Rasulullāhu shalallāhu ‘alayhi was sallam) ketika mengajarkan sebuah do’a
kepada putrinya Fatimah ra (baca:
radhiallāhu anhu), menyebutkan: Ya Allah! Jangan Engkau tinggalkan aku walaupun hanya selama “tarfata ‘ain” – sekejab mata, “just a nano second”. Begitulah
pengharapan seorang Muslim yang sejati tidak mau ditinggalkan Allah ‘Azza wa Jalla walaupun ‘in just a nano second’ sebagaimana di
ajarkan Rasul Allah saw kepada
putrinya. Selanjutnya di ‘copy’ oleh pengikutnya sebagai do’a ma’tsur. Yaitu, suatu do’a seperti yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul
yang diharapkan kepada Allah Pencipta Alam Raya di Raya ini.
Satuan waktu berikutnya secara
berurutan adalah detik, menit (60 detik), jam (60 menit), hari (24 jam), pekan (7 hari), bulan (28-31 hari), tahun (12 bulan), abad (100 tahun) dan milenial (10 abad). Menurut
penanggalan tahun ‘Syamsiyah’ yaitu tahun yang dihitung berdasarkan peredaran
Bumi terhadap Matahari. Sebagaimana kita ketahui bahwa Tahun Syamsiah artinya
adalah tahun yang dihitung berdasarkan peredaran Bumi kembali dari mengelilingi
Matahari dari mulai titik 0 (awal) kembali ke titik 0 lagi. Satu putarannya
sering disebut selama 365 hari. Tepatnya bukan demikian, melainkan 365¼ hari.
Namun perhitungan manusia tetap menyebutkan 365. Kemudian ditahun kabisatnya
menjadi berjumlah 366 hari yang diberikan kepada bulan Februari yang menurut
penanggalan biasa berumur 28 hari, namun pada tahun kabisat bilangan tiap tahun
yang 365¼ digenapkan menjadi dari ¼ hari
tiap tahun itu menjadi 1 (satu) hari pada tahun kabisat. Bulan Februari ketika
tahun kabisat itu berumur 29 hari.
Penanggalan lainnya dalam kalender
Islam adalah tahun Qomariyah. Yaitu penanggalan yang dihitung berdasarkan
peredaran Bulan terhadap Bumi yang tiap bulannya selama antara 29 hari atau 30
hari dalam 12 bulan, mulai bulan Muharram (bulan ke-1, setara dengan bulan
Januari dalam penanggalan Syamsiyah) berakhir bulan Dzul-Hijjah (bulan ke-12,
setara dengan bulan Desember dalam penanggalan Syamsiyah). Satu tahun dalam
penanggalan Qomariah adalah lk 354 hari, sedangkan penanggalan Syamsiyah adalah
lk 365 hari.
Hari
penanggalan agama Islam (al Dīn al Islam, baca: addiinul islam)
menggunakan penanggalan Qomariyah. Penanggalan Qomariyah adalah penanggalan
yang selalu adil sekali bagi umat Islam yang berada di belahan dunia dimana
saja dia berada di kolong langit ini, ketimbang dengan menggunakan penanggalan
yang menggunakan Syamsiyah. Karena apa? Karena dengan menggunakan tahun
Qomariah umat yang ada di belahan utara bumi (azimuth). [1] Dan umat manusia
yang ada di belahan selatan (nadir). [2]
Akan mengalami hari singkat yang sama dalam bulan puasa. Kalau pada
suatu tahun di Bumi belahan utara musim fall-winter waktu puasanya pendek,
sedangkan Bumi dibelahan selatannya musim spring-summer waktu puasanya panjang.
Suatu waktu sebaliknya (karena harinya selalu berkurang sebelas hari ketimbang
tahun yang menggunakan kalender Syamsiyah), yaitu belahan Bumi bagian selatan musim fall-winter waktu puasanya pendek,
sedangkan Bumi dibelahan utara musim spring-summer waktu puasanya panjang. Lain halnya dengan menggunakan
tahun Syamsiyah Bumi belahan utara, kalau waktu ‘Christmas’ selalu dingin (atau
bersalju - disebut White Christmas). Sementara itu Bumi belahan selatan selalu panas (tanpa
dingin atau tanpa bersalju, ‘Never White
Christmas’), demikian setiap tahunnya.
Demikianlah
waktu selalu berjalan, yaitu masa lalu, masa yang sedang di jalani, dan masa
yang akan datang.
MAKNA WAKTU
alam masalah waktu ini Allah Azza wa Jalla telah memberi perhatian dan peringatan - dalam masalah
penggunaan waktu yang manusia gunakan - yang pantas umat manusia merenungkan maknanya. Dengan itu dapat dipertanyakan apakah waktu itu digunakan untuk
melaksanakan amalan kebajikan dan beriman kepada-Nya (dimana manusia berada di
dalamnya - ruang dan waktu)? Makna waktu bagi manusia yang diperingatkan Allah
Pencipta Langit dan Bumi tercantum dalam Surah Al-‘Asr yang diturunkan di
Makkah. Dalam Surah tersebut Allah memberi peringatan kepada makhluk ciptaan-Nya yakni manusia yang
berakal sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
Wal
‘asri; innal insāna lafī khusrin; illal ladzīna āmanu wa amilush-shōlihati
wa tawā show bil haqqi wa tawā show bish-shobri.
●
Demi Masa (Waktu); ● Sungguh manusia berada dalam kerugian; ● Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati
untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran, QS Al-‘Ashr 103:1 s/d 3.
Surat ini dinamakan Surah Al-‘Ashr yang
terdapat dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam urutan ke-103 dari totalnya sebanyak
114 surah. Pada Surah Al-‘Ashr jumlah
ayatnya ada tiga. Walaupun singkat mempunyai makna yang dalam bagi manusia yang
waktu hidupnya dihabiskan dalam ukuran waktu dan ruang yang sangat menentukan dalam perjalanan hidupnya. Bagi manusia yang beriman yang percaya dan yakin adanya hari
akhirat, waktu yang digunakan itu semestinya digunakan kepada hal-hal yang
bermanfaat bagi sesama manusia dan lingkungan hidup.
Surah yang dinamakan Al-‘Ashr ini
diambil sesuai dengan yang disebutkan dalam ayat pertamanya wal-‘ashr yang
artinya masa sebagai kurun waktu yang dengan itu Allah SAW (baca: Subhāna
Wa Ta’ālā - Mahasuci Dia dan Mahatinggi) bersumpah. Ini menandakan bahwa waktu
atau masa itu sangat penting. Makna secara profan
adalah “time is money” - waktu adalah
uang. Sedang secara spiritual artinya adalah bermakna peringatan bahwa waktu
itu jangan disia-siakan, hendaknya digunakan sebaik-baiknya, yang bermanfaat,
membangun, dan berbuah berkah bagi kehidupan umat manusia dan alam lingkungannya. Walaupun manusia
telah mencapai kemajuan teknologi di zaman modern ini, tetapi tidak sejalan dengan sunatullahnya maka ia
akan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan (yang melakukan) amal baik
(bermanfaat, membangun) yang dilakukan secara berjamaah (team work), sebagaimana ayat ketiga menyebutkannya: “…serta saling
menasihati untuk 'kebenaran' [3], dan saling menasihati untuk 'kesabaran' [4]”.
Jika dilakukan dengan sia-sia (merusak dan saling bermusuhan antara sesama
manusia), maka merugilah kita - na'udzubillāhi
min zalik. Maka mari kita gunakan dengan sebaik-baiknya waktu yang ada
untuk membangun dan bekerja sama yang diridhoi-Nya, maka beruntunglah kita. Alhamdulillāhi
Rabbul 'Ālamīn.
Dalam rumus kehidupan dalam beramal (berbuat, bekerja) seperti yang
disebutkan firman Allah SWT: "La hā mā kasabat, wa 'alayhā
maktasabat" [5] - Dia mendapat (manfaat, pahala) dari kebajikan yang
dikerjakannya, dan dia mendapat (kerusakan, siksa) dari (pertengkaran yang tak
berguna, kejahatan yang dilakukan, menuduh orang sebelum mengecek kebenarannya, berkata tidak benar dari kejadian yang sesungguhnya, dst.) yang diperbuatnya. Semua perbuatan itu, hasilnya berpulang
kepada pelakunya sendiri. Wahai manusia, wahai Ulil Albāb! Jangan salah pilih. Be wise, be smart! Billāhit Tayfiq wal Hidāyah. □ AFM
CATATAN
KAKI:
[1] Azimuth, kosakata bahasa ‘Arab yang
dipakai di Abad Tengah oleh para astronom Muslim yang kini sudah menjadi bahasa
dunia dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan utara bumi (azimuth, atas).
[2] Nadir, kosakata bahasa ‘Arab yang dipakai
di Abad Tengah oleh para astronom Muslim yang kini sudah menjadi bahasa dunia dalam
ilmu astronomi yang artinya di belahan selatan bumi kosakata bahasa Arab yang
masih dipakai dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan selatan (nadir,
bawah).
[3] Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek (fakta,
kenyataan) bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang
sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan diri
sendiri.
Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan
(kebohongan) yang merupakan objek dan pengetahuan tidak sesuai. Contoh: Roda
sebuah mobil berbentuk segitiga. Kenyataannya bentuk roda adalah bundar, karena
pengetahuan tidak sesuai dengan objek maka dianggap keliru. Namun saat
dinyatakan bentuk roda adalah bundar dan terjadi kesesuaian, maka pernyataan
dianggap benar.
Pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang sesuai dengan objek, yakni pengetahuan yang objektif.
[4] Pengertian Sabar atau Kesabaran dalam Islam kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu
dari kata sobaro-yasbiru, yang artinya menahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah menahan diri dari segala
macam bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci.
Adapun sabar secara lebih luas adalah menahanan
diri agar tidak mudah marah, berkeluh kesah, benci, dendam, tidak mudah putus
asa, melatih diri dalam ketaatan dan membentengi diri agar tidak melakukan
perbuatan keji dan maksiat dan dendam (membalas dendam yang merusak).
[5] QS al-Baqarah 2:286. □□