Sunday, October 27, 2019

Makna Waktu bagi Manusia




MAKNA WAKTU BAGI MANUSIA
Oleh: A. Faisal Marzuki


Wal ‘asri; innal insāna lafī khusrin; illal ladzīna āmanu wa amilush-shōlihati wa tawā show bil haqqi wa tawā show bish-shobri.

● Demi Masa (Waktu); ● Sungguh manusia berada dalam kerugian; ● Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran, QS Al-‘Ashr 103:1 s/d 3.



PENDAHULUAN

W
aktu perjalanan hidup manusia sejak dari zaman Nabi Adam as (baca: alayhis salam) dan anak-anak, cucu-cucu dan cicit-cicit seterusnya, diukur dari satuan unit waktu. Waktu yang paling kecil yang diketahui manusia saat ini disebut ‘a nanosecond’. Biasanya tulisan singkatnya adalah  ‘ns’ atau ‘nsec’. ‘A Nanosecond’ yang diambil dari dua kata yaitu ‘nano’ dan ‘second’. Nilainya setara dengan ‘one billionth’ - dalam sebutan bahasa Indonesia adalah seper miliar. Atau rumus matematiknya adalah 10-9 (sepuluh pangkat minus sembilan), atau dapat pula dituliskan 1/1.000.000.000 menit. Satuan waktu ‘ns’ sangat dikenal sekali dalam teknologi komputer dalam mengukur kecepatan read (membaca) dan write (menulis) waktu mengakses memori computer (RAM, Random Access Memory).

Kadang kala seorang guru kursus komputer mengilustrasikan nanosecond ini sebagaimana sinyal listrik yang dapat berjalan dalam kecepatan selama  a nano second’. Bahkan Rasul Allah saw (baca Rasulullāhu shalallāhu ‘alayhi was sallam) ketika mengajarkan sebuah do’a kepada putrinya Fatimah ra (baca: radhiallāhu anhu), menyebutkan: Ya Allah! Jangan  Engkau tinggalkan aku walaupun hanya selama “tarfata ‘ain” – sekejab mata, “just a nano second”. Begitulah pengharapan seorang Muslim yang sejati tidak mau ditinggalkan Allah ‘Azza wa Jalla walaupun ‘in just a nano second’ sebagaimana di ajarkan Rasul Allah saw kepada putrinya. Selanjutnya di ‘copy’ oleh pengikutnya sebagai do’a ma’tsur. Yaitu, suatu do’a seperti yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul yang diharapkan kepada Allah Pencipta Alam Raya di Raya ini.

Satuan waktu berikutnya secara berurutan adalah detik, menit (60 detik), jam (60 menit), hari (24 jam), pekan (7 hari), bulan (28-31 hari), tahun (12 bulan), abad (100 tahun) dan milenial (10 abad). Menurut penanggalan tahun ‘Syamsiyah’ yaitu tahun yang dihitung berdasarkan peredaran Bumi terhadap Matahari. Sebagaimana kita ketahui bahwa Tahun Syamsiah artinya adalah tahun yang dihitung berdasarkan peredaran Bumi kembali dari mengelilingi Matahari dari mulai titik 0 (awal) kembali ke titik 0 lagi. Satu putarannya sering disebut selama 365 hari. Tepatnya bukan demikian, melainkan 365¼ hari. Namun perhitungan manusia tetap menyebutkan 365. Kemudian ditahun kabisatnya menjadi berjumlah 366 hari yang diberikan kepada bulan Februari yang menurut penanggalan biasa berumur 28 hari, namun pada tahun kabisat bilangan tiap tahun yang 365¼ digenapkan menjadi dari ¼  hari tiap tahun itu menjadi 1 (satu) hari pada tahun kabisat. Bulan Februari ketika tahun kabisat itu berumur 29 hari.

Penanggalan lainnya dalam kalender Islam adalah tahun Qomariyah. Yaitu penanggalan yang dihitung berdasarkan peredaran Bulan terhadap Bumi yang tiap bulannya selama antara 29 hari atau 30 hari dalam 12 bulan, mulai bulan Muharram (bulan ke-1, setara dengan bulan Januari dalam penanggalan Syamsiyah) berakhir bulan Dzul-Hijjah (bulan ke-12, setara dengan bulan Desember dalam penanggalan Syamsiyah). Satu tahun dalam penanggalan Qomariah adalah lk 354 hari, sedangkan penanggalan Syamsiyah adalah lk 365 hari.

Hari penanggalan agama Islam (al Dīn al Islam, baca: addiinul islam) menggunakan penanggalan Qomariyah. Penanggalan Qomariyah adalah penanggalan yang selalu adil sekali bagi umat Islam yang berada di belahan dunia dimana saja dia berada di kolong langit ini, ketimbang dengan menggunakan penanggalan yang menggunakan Syamsiyah. Karena apa? Karena dengan menggunakan tahun Qomariah umat yang ada di belahan utara bumi (azimuth). [1]  Dan umat manusia yang ada di belahan selatan (nadir).  [2]  Akan mengalami hari singkat yang sama dalam bulan puasa. Kalau pada suatu tahun di Bumi belahan utara musim fall-winter waktu puasanya pendek, sedangkan Bumi dibelahan selatannya musim spring-summer waktu puasanya panjang. Suatu waktu sebaliknya (karena harinya selalu berkurang sebelas hari ketimbang tahun yang menggunakan kalender Syamsiyah), yaitu belahan Bumi bagian selatan musim fall-winter waktu puasanya pendek, sedangkan Bumi dibelahan utara musim spring-summer waktu puasanya panjang. Lain halnya dengan menggunakan tahun Syamsiyah Bumi belahan utara, kalau waktu ‘Christmas’ selalu dingin (atau bersalju - disebut  White Christmas). Sementara itu Bumi belahan selatan selalu panas (tanpa dingin atau tanpa bersalju, ‘Never White Christmas’), demikian setiap tahunnya.

Demikianlah waktu selalu berjalan, yaitu masa lalu, masa yang sedang di jalani, dan masa yang akan datang.


MAKNA WAKTU

D
alam masalah waktu ini Allah Azza wa Jalla telah memberi perhatian dan peringatan - dalam masalah penggunaan waktu yang manusia gunakan - yang pantas umat manusia merenungkan maknanya. Dengan itu dapat dipertanyakan apakah waktu itu digunakan untuk melaksanakan amalan kebajikan dan beriman kepada-Nya (dimana manusia berada di dalamnya - ruang dan waktu)? Makna waktu bagi manusia yang diperingatkan Allah Pencipta Langit dan Bumi tercantum dalam Surah Al-‘Asr yang diturunkan di Makkah. Dalam Surah tersebut Allah memberi peringatan kepada makhluk ciptaan-Nya yakni manusia yang berakal sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

Wal ‘asri; innal insāna lafī khusrin; illal ladzīna āmanu wa amilush-shōlihati wa tawā show bil haqqi wa tawā show bish-shobri.

● Demi Masa (Waktu); ● Sungguh manusia berada dalam kerugian; ● Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran, QS Al-‘Ashr 103:1 s/d 3.

Surat ini dinamakan Surah Al-‘Ashr yang terdapat dalam Kitab Suci Al-Qur’an dalam urutan ke-103 dari totalnya sebanyak 114 surah. Pada Surah Al-‘Ashr jumlah ayatnya ada tiga. Walaupun singkat mempunyai makna yang dalam bagi manusia yang waktu hidupnya dihabiskan dalam ukuran waktu dan ruang yang sangat menentukan dalam perjalanan hidupnya. Bagi manusia yang beriman yang percaya dan yakin adanya hari akhirat, waktu yang digunakan itu semestinya digunakan kepada hal-hal yang bermanfaat bagi sesama manusia dan lingkungan hidup.

Surah yang dinamakan Al-‘Ashr ini diambil sesuai dengan yang disebutkan dalam ayat pertamanya wal-‘ashr yang artinya masa sebagai kurun waktu yang dengan itu Allah SAW (baca: Subhāna Wa Ta’ālā - Mahasuci Dia dan Mahatinggi) bersumpah. Ini menandakan bahwa waktu atau masa itu sangat penting. Makna secara profan adalah “time is money” - waktu adalah uang. Sedang secara spiritual artinya adalah bermakna peringatan bahwa waktu itu jangan disia-siakan, hendaknya digunakan sebaik-baiknya, yang bermanfaat, membangun, dan berbuah berkah bagi kehidupan umat manusia dan alam lingkungannya. Walaupun manusia telah mencapai kemajuan teknologi di zaman modern ini, tetapi tidak sejalan dengan sunatullahnya maka ia akan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan (yang melakukan) amal baik (bermanfaat, membangun) yang dilakukan secara berjamaah (team work), sebagaimana ayat ketiga menyebutkannya: “…serta saling menasihati untuk 'kebenaran' [3], dan saling menasihati untuk 'kesabaran' [4]”.

Jika dilakukan dengan sia-sia (merusak dan saling bermusuhan antara sesama manusia), maka merugilah kita - na'udzubill
āhi min zalik. Maka mari kita gunakan dengan sebaik-baiknya waktu yang ada untuk membangun dan bekerja sama yang diridhoi-Nya, maka beruntunglah kita. Alhamdulillāhi Rabbul 'Ālamīn.

Dalam rumus kehidupan dalam beramal (berbuat, bekerja) seperti yang disebutkan firman Allah SWT: "La hā mā kasabat, wa 'alayhā maktasabat" [5] -  Dia mendapat (manfaat, pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya, dan dia mendapat (kerusakan, siksa) dari (pertengkaran yang tak berguna, kejahatan yang dilakukan, menuduh orang sebelum mengecek kebenarannya, berkata tidak benar dari kejadian yang sesungguhnya, dst.) yang diperbuatnya. Semua perbuatan itu, hasilnya berpulang kepada pelakunya sendiri. Wahai manusia, wahai Ulil Albāb! Jangan salah pilih. Be wise, be smart! Billāhit Tayfiq wal Hidāyah. □ AFM



CATATAN KAKI:
[1] Azimuth, kosakata bahasa ‘Arab yang dipakai di Abad Tengah oleh para astronom Muslim yang kini sudah menjadi bahasa dunia dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan utara bumi (azimuth, atas).
 
[2] Nadir, kosakata bahasa ‘Arab yang dipakai di Abad Tengah oleh para astronom Muslim yang kini sudah menjadi bahasa dunia dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan selatan bumi kosakata bahasa Arab yang masih dipakai dalam ilmu astronomi yang artinya di belahan selatan (nadir, bawah).

[3] Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek (fakta, kenyataan) bisa juga diartikan suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan (atau tidak ditolak oleh) orang lain dan tidak merugikan diri sendiri.

Kebenaran adalah lawan dari kekeliruan (kebohongan) yang merupakan objek dan pengetahuan tidak sesuai. Contoh: Roda sebuah mobil berbentuk segitiga. Kenyataannya bentuk roda adalah bundar, karena pengetahuan tidak sesuai dengan objek maka dianggap keliru. Namun saat dinyatakan bentuk roda adalah bundar dan terjadi kesesuaian, maka pernyataan dianggap benar.

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan objek, yakni pengetahuan yang objektif.

[4] Pengertian Sabar atau Kesabaran dalam Islam kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata sobaro-yasbiru, yang artinya menahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah menahan diri dari segala macam bentuk kesulitan, kesedihan atau menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci.

Adapun sabar secara lebih luas adalah menahanan diri agar tidak mudah marah, berkeluh kesah, benci, dendam, tidak mudah putus asa, melatih diri dalam ketaatan dan membentengi diri agar tidak melakukan perbuatan keji dan maksiat dan dendam (membalas dendam yang merusak).

 
[5] QS al-Baqarah 2:286.