Warisan
Kejayaan Islam Masa Silam
Pendahuluan
Al-Andalus (bahasa Arab: الأندلس al-andalus Sepanyol: Al-Ándalus; Bahasa Portugis:
Al-Andalus; Bahasa Catalonia: Al-Àndalus), atau juga dikenali sebagai Iberia
Moor, merupakan sebuah negeri Islam pada Zaman Pertengahan yang merangkumi
beberapa wilayah negeri-negeri Spanyol, Portugal dan Perancis masa kini. Secara
amnya nama "Al-Andalus" menggambarkan bahagian-bahagian Semenanjung
Iberia dan Septimania yang diperintah orang Islam (dikenali dengan nama generik
Moor) di antara tahun 711 dan 1492 CE, walaupun sempadannya sentiasa berubah
akibat peperangan dengan sesama negeri-negeri Kristian.
Al-Andalus
dibahagikan kepada lima unit pentadbiran berikutan penaklukan Hispania oleh
Kekhalifahan Umayyah yang lebih kurang setanding dengan Andalusia, Galicia and
Portugal, Castile dan Leon, Aragon dan Catalonia, dan Septimania. Sebagai
domain politik, ia berturutan menjadi wilayah Kekhalifahan Umayyah, diasaskan
oleh Khalifah Al-Walid I (711–750); Amiriah Cordoba (c. 750–929); Pemerintahan
Kekhalifahan Cordoba (929–1031); dan kerajaan-kerajaan taifa (pengganti)
Kekhalifahan Cordoba. Pemerintahan di bawah kerajaan-kerajaan ini menyaksikan
peningkatan pertukaran budaya dan kerjasama di antara orang Islam dan Kristian.
Di bawah pimpinan Kekhalifahan Cordoba, Al-Andalus menjadi pusat pendidikan,
dan bandar Cordoba menjadi satu daripada pusat budaya dan ekonomi termaju dalam
dunia Islam dan Lembangan Mediterranean.
Dalam
kurun-kurun berikutnya, Al-Andalus menjadi wilayah dinasti Islam Berber
Al-Murabitun (Almoravid) dan Al-Muwahhidun (Almohad), dan kemudiannya berpecah
kepada beberapa negeri-negeri kecil, yang termasyhur di antaranya Amiriah
Granada. Selepas membantu mematahkan serangan Alfonso VI ke atas wilayah itu,
pihak Al-Murabitun, dengan sokongan penduduk tempatan, berjaya menjatuhkan
raja-raja Islam taifa lain. Dikatakan pertukaran budaya dan sosial (dengan
pihak Kristian) merosot di bawah pemerintahan Al-Murabitun dan Al-Muwahhidun.
Dalam
sebahagian besar tempoh kewujudannya, Al-Andalus bersengketa dengan
kerajaan-kerajaan Kristian di utaranya yang pada akhirnya berjaya mengalahkan
jiran Muslim mereka. Dalam tahun 1085, Alfonso VI dari Leon dan Castile menawan
Toledo, satu peristiwa yang menjadi detik permulaan kemerosotan pemerintahan
Islam sehinggalah dengan kejatuhan Cordoba pada tahun 1236, Amiriah Granada
menjadi wilayah tunggal Islam di dalam apa yang disebut sebagai Sepanyol.
Reconquista Portugis berakhir dengan penaklukan Algarve oleh Afonso III dalam
tahun 1249. Pada tahun 1238, Amiriah Granada dengan rasminya menjadi negeri
ufti atau negeri vasal kepada mahkota Kerajaan Castile, yang pada masa itu
diperintah Ferdinand III. Akhirnya pada Januari 2, 1492, Amir Muhammad XII
menyerahkan Amiriah Granada kepada Ratu Isabella, yang bersama-sama suaminya
Ferdinand II dikenali sebagai "Raja-raja Katolik." Penyerahan kalah
ini mengakhiri kewujudan Al-Andalus sebagai satu entiti politik kendatipun
beberapa aspek pemerintahan Islam masih terdapat di wilayah tersebut.
ISTANA AL-HAMRA
Warisan Kejayaan Islam Masa Silam
I
|
Istana Al-Hamra didirikan oleh kerajaan Bani
Ahmar atau bangsa Moor dari daerah Afrika Utara. Bani Ahmar adalah penguasa
kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Al-Andalus (Spanyol Islam). Istana Al-Hamra
berdiri kokoh di bukit La Sabica, Granada, Spanyol. Ia menjadi saksi bisu
sekaligus bukti sejarah kejayaan Islam di Al-Andalus (Spanyol).
Nama Al-Hamra berasal dari bahasa Arab, hamra’ , bentuk jamak dari ahmar yang berarti “merah”.
Dinamakan Istana Al-Hamra - yang berarti Istana Merah, karena bangunan ini
banyak dihiasi ubin-ubin dan bata-bata berwarna merah, serta penghias dinding
yang agak kemerah-merahan dengan keramik yang bernuansa seni Islami, di samping
marmer-marmer yang putih dan indah.
Namun demikian, ada pula yang berpendapat, nama
Al-Hamra diambil dari Sultan Muhammad bin Al-Ahmar, pendiri kerajaan
Islam Bani Ahmar - kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Spanyol (1232-1492
M).
Selain menjadi bukti kejayaan Islam, Istana Al-Hamra
yang bernilai seni arsitektur tinggi ini juga memperlihatkan peradaban tinggi
umat Islam tempo dulu.
Istana Al-Hamra adalah simbol puncak kejayaan
Islam di Spanyol. Islam masuk ke negeri ini dibawa oleh pasukan Islam pimpinan
Thariq bin Ziyad yang dikirim raja muda Islam di Afrika, Musa bin Nusair.
Pasukan Islam sendiri datang untuk memerdekakan Iberia (semenanjung Iberia,
sekarang Spanyol dan Portugis, dari Visigoth – bangsa Jerman) dari kekacauan
hebat atas permintaan Gubernur Ceuta, Julian.
Thariq membawa sekitar 12.000 pasukan ke
Gibraltar pada Mei 711 M. Ia memasuki Spanyol lewat selat di antara Maroko dan
Spanyol yang kemudian diberi nama sesuai dengan namanya, Jabal Thariq.
Tanggal 19 Juli 711 pasukan Islam mengalahkan
pasukan Kristen di daerah Muara Sungai Barbate, dan terus menguasai kota-kota
penting - Toledo, Kordoba, Malaga, dan Granada, hingga akhirnya Spanyol berada
di bawah kekuasaan Khilafah Bani Umayyah (Suriah). Sejumlah kerajaan Islam pun
berdiri di Spanyol, seperti di Toledo (Raja Muda, 711-756 M), Malaga (Raja
Hamudian, 1010-1057), Saragoza (Raja Tujbiyah, 1019-1039 dan Raja Huddiyah,
1039-1142), Valencia (Raja Amiriyah, 1021-1096), Badajos (Raja Aftasysyiyah,
1022-1094), Sevilla (Raja Abbadiyah, 1023-1069), dan Toledo (Raja Dzun Nuniyah,
1028-1039).
Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di
Spanyol dengan ibukotanya Cordoba. Selain Istana Al-Hamra, satu lagi monumen
penting kejayaan Islam di Spanyol adalah Masjid Cordoba yang kini beralihfungsi
menjadi Gereja Santa Maria de la Sede atau katedral “Virgin of Assumption”.
Daulah Bani Ahmar
Istana Al-Hambra didirikan oleh kerajaan Bani Ahmar
atau bangsa Moor (Moria) dari daerah Afrika Utara. Bangsa Moor adalah penguasa
kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Al-Andalus (Spanyol), Daulah Bani
Ahmar (1232-1492 M). Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Muhammad bin Al-Ahmar
atau Bani Nasr yang masih keturunan Sa’id bin Ubaidah, seorang sahabat
Rasulullah saw dari suku Khazraj di Madinah.
Pembangunan Istana Al-Hamra dilakukan secara
bertahap, antara tahun 1238 dan 1358. Istana ini dilengkapi taman juga
bunga-bunga indah nan harum. Ada juga Hausyus
Sibb (Taman Singa) yang dikelilingi oleh 128 tiang yang terbuat
dari marmer.
Di taman ini pula terdapat kolam air mancur yang
dihiasi dengan 12 patung singa yang berbaris melingkar, yakni dari mulut patung
singa-singa tersebut keluar air yang memancar. Di dalamnya terdapat berbagai
ruangan yang indah, yaitu Ruangan Al-Hukmi (Baitul
Hukmi), yakni ruangan pengadilan dengan luas 15 m x 15 m yang
dibangun oleh Sultan Yusuf I (1334-1354); Ruangan Bani Siraj (Baitul Bani Siraj), ruangan berbentuk
bujur sangkar dengan luas bangunan 6,25 m x 6,25 m yang dipenuhi dengan
hiasan-hisan kaligrafi Arab.
Ada pula Ruangan Bersiram (Hausy ar-Raihan), ruangan yang
berukuran 36,6 m x 6,25 m yang terdapat pula al-birkah
atau kolam pada posisi tengah yang lantainya terbuat dari marmer putih. Luas
kolam ini 33,50 m x 4,40 m dengan kedalaman 1,5 m, yang di ujungnya terdapat
teras serta deretan tiang dari marmer; Ruangan Dua Perempuan Bersaudra (Baitul al-Ukhtain), yaitu ruang
yang khusus untuk dua orang bersaudara perempuan Sultan Al-Ahmar; Ruangan
Sultan (Baitul al-Mulk);
dan masih banyak ruangan-ruangan lainnya, seperti ruangan Duta, ruangan
As-Safa’, ruangan Barkah, Ruangan Peristirahatan sultan dan permaisuri. Di
sebelah utara ruangan ini ada sebuah masjid yakni Masjid Al-Mulk.
Selain itu, istana merah ini dikelilingi oleh
benteng dengan plesteran yang kemerah-merahan. Yang lebih unik lagi pada bagian
luar dan dalam istana ini ditopang oleh pilar-pilar panjang sebagai penyangga
juga penghias istana Al-Hamra. Dinding luar dan dalam istana banyak dihiasi
kaligrafi dengan ukiran khas yang sulit dicari tandingannya hingga kini.
Pada masa kejayaannya, istana ini dilengkapi
pula dengan barang-barang berharga yang terbuat dari logam mulia, perak, dan
permadani-permadani indah yang masih alami (buatan tangan).
Daulah Bani Ahmar bermula dari kerajaan kecil,
namun dengan cepat menjadi kerajaan kuat dan megah, hingga berkuasa selama
sekitar 2,5 abad. Selain keshalihan dan kecerdasan para pemimpinnya, kejayaan
Daulah Bani Ahmar ditunjang oleh keadaan alam wilayah Granada yang termasuk
bukit atau pegunungan yang indah, dengan ketinggian kurang lebih 150 m, dan
luas kira-kira 14 ha. Dengan kondisi geografis demikian, daerah kerajaan ini
sulit dimasuki musuh. Daerah ini sekarang dinamakan Bukit La Sabica.
Raja-raja Bani Ahmar sangat memperhatikan
kesejahteraan rakyatnya. Saat itu bidang pertanian dan perdagangan sangat maju.
Yang menyebabkan kerajaan ini jatuh adalah kerapuhan dari dalam, yakni sengketa
yang terjadi di dalam kerajaan sendiri.
Sultan Muhammad XII Abu Abdillah an Nashriyyah,
raja terakhir Bani Ahmar, tidak berhasil mempertahankan kerukunan keluarga
kerajaan. Akhirnya energi mereka terkuras. Akibat fatalnya, kerajaan pun tidak
dapat bertahan ketika datang serangan dari dua buah kerajaan Kristen yang
bersatu, Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella. Kedua pemimpin kerajaan ini pula
yang mendukung penjelajahan Columbus tahun 1492 M.
Pada pertengahan 1491, Raja Ferdinand V
mengepung Granada selama tujuh bulan. Ia berhasil menguasai kota Malaga - kota
pelabuhan terkuat di Andalusia, lalu Guadix dan Almunicar, Baranicar, dan
Almeria. Basis kerajaan Bani Ahmar, Granada, pun akhirnya tunduk, tepatnya
tanggal 2 Januari 1492 M/2 Rabiul Awwal 898 H. Kota ini diserahkan oleh raja terakhir
Bani Ahmar, Abu Abdillah. Prosesi penyerahan Granada dilakukan di halaman
Istana Al-Hamra.
Keberhasilan Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella
menguasai Granada, membuat Paus Alexander VI (1431-1503) yang terkenal dengan
perjanjian Tordesillasnya tahun 1494 memberi gelar kepada raja dan ratu ini
sebagai “Catholic Monarch” atau “Los Reyes Catolicos” atau Raja Katolik.
Kejatuhan Daulah Bani Ahmar merupakan akhir
sejarah kejayaan Islam di Spanyol. Pasca kejatuhan kerajaan Islam terakhir ini,
umat Islam diberi dua pilihan: berpindah keyakinan (masuk Kristen) atau keluar
dari tanah Spanyol.
Memasuki Abad ke-16, Andalusia (Spanyol) yang
selama 8 Abad dalam kekuasaan Islam, bersih dari keberadaan umat Islam.
Kemegahan dan keindahan Istana Al-Hamra pun luntur setelah menjadi Istana
Kristen. Demikian pula Masjid Cordova yang dijadikan katedral “Virgin of
Assumption”.
Namun Islam tidak benar-benar lenyap di negeri
ini. Kini umat Islam di Spanyol diperkirakan sudah mencapai 750.000 orang (data
sensus 2000) dari 40 juta jumlah total penduduk Spanyol. Islam menggeliat
bangkit ketika pemerintah Spanyol mengakui Islam sebagai agama resmi
berdasarkan UU Kebebasan Beragama yang disahkan pada Juni 1967.
Di ibukota Madrid terdapat 500 ribu Muslim,
kebanyakan imigran asal Maroko, Algeria, dan negara-negara Arab lain. Gema
adzan pun mulai marak berkumandang di beberapa masjid. Belum lagi banyak
pesepakbola Muslim di klub-klub sepakbola elit Spanyol saat ini. Semoga
kejayaan masa lampau itu kembali diraih. Allahu Akbar! Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Baca juga: ---klik---> Bangunan PeninggalanKejayaan Islam
Saksikan juga videonya: ---klik---> Al-Hambra
Sumber:
https://ms.wikipedia.org/wiki/Al-Andalus
https://www.salam-online.com/2012/07/istana-alhambra-di-spanyol-warisan-kejayaan-masa-silam-kini-adzan-mulai-kembali-berkumandang.html
https://kumparan.com/@kumparannews/sejarah-keindahan-istana-alhambra-di-spanyol
Muslimtoday
https://kuncikeyakinan-faisal.blogspot.com/2016/08/bangunan-peninggalan-kejayaan-islam-di_1.html
https://www.youtube.com/embed/0zHkAowMKrU
dan
sumber-sumber (image) lainnya □□