Wednesday, February 7, 2018

Istana Al-Hamra



Warisan Kejayaan Islam Masa Silam



Pendahuluan

Al-Andalus (bahasa Arab: الأندلس al-andalus Sepanyol: Al-Ándalus; Bahasa Portugis: Al-Andalus; Bahasa Catalonia: Al-Àndalus), atau juga dikenali sebagai Iberia Moor, merupakan sebuah negeri Islam pada Zaman Pertengahan yang merangkumi beberapa wilayah negeri-negeri Spanyol, Portugal dan Perancis masa kini. Secara amnya nama "Al-Andalus" menggambarkan bahagian-bahagian Semenanjung Iberia dan Septimania yang diperintah orang Islam (dikenali dengan nama generik Moor) di antara tahun 711 dan 1492 CE, walaupun sempadannya sentiasa berubah akibat peperangan dengan sesama negeri-negeri Kristian.

Al-Andalus dibahagikan kepada lima unit pentadbiran berikutan penaklukan Hispania oleh Kekhalifahan Umayyah yang lebih kurang setanding dengan Andalusia, Galicia and Portugal, Castile dan Leon, Aragon dan Catalonia, dan Septimania. Sebagai domain politik, ia berturutan menjadi wilayah Kekhalifahan Umayyah, diasaskan oleh Khalifah Al-Walid I (711–750); Amiriah Cordoba (c. 750–929); Pemerintahan Kekhalifahan Cordoba (929–1031); dan kerajaan-kerajaan taifa (pengganti) Kekhalifahan Cordoba. Pemerintahan di bawah kerajaan-kerajaan ini menyaksikan peningkatan pertukaran budaya dan kerjasama di antara orang Islam dan Kristian. Di bawah pimpinan Kekhalifahan Cordoba, Al-Andalus menjadi pusat pendidikan, dan bandar Cordoba menjadi satu daripada pusat budaya dan ekonomi termaju dalam dunia Islam dan Lembangan Mediterranean.

Dalam kurun-kurun berikutnya, Al-Andalus menjadi wilayah dinasti Islam Berber Al-Murabitun (Almoravid) dan Al-Muwahhidun (Almohad), dan kemudiannya berpecah kepada beberapa negeri-negeri kecil, yang termasyhur di antaranya Amiriah Granada. Selepas membantu mematahkan serangan Alfonso VI ke atas wilayah itu, pihak Al-Murabitun, dengan sokongan penduduk tempatan, berjaya menjatuhkan raja-raja Islam taifa lain. Dikatakan pertukaran budaya dan sosial (dengan pihak Kristian) merosot di bawah pemerintahan Al-Murabitun dan Al-Muwahhidun.

Dalam sebahagian besar tempoh kewujudannya, Al-Andalus bersengketa dengan kerajaan-kerajaan Kristian di utaranya yang pada akhirnya berjaya mengalahkan jiran Muslim mereka. Dalam tahun 1085, Alfonso VI dari Leon dan Castile menawan Toledo, satu peristiwa yang menjadi detik permulaan kemerosotan pemerintahan Islam sehinggalah dengan kejatuhan Cordoba pada tahun 1236, Amiriah Granada menjadi wilayah tunggal Islam di dalam apa yang disebut sebagai Sepanyol. Reconquista Portugis berakhir dengan penaklukan Algarve oleh Afonso III dalam tahun 1249. Pada tahun 1238, Amiriah Granada dengan rasminya menjadi negeri ufti atau negeri vasal kepada mahkota Kerajaan Castile, yang pada masa itu diperintah Ferdinand III. Akhirnya pada Januari 2, 1492, Amir Muhammad XII menyerahkan Amiriah Granada kepada Ratu Isabella, yang bersama-sama suaminya Ferdinand II dikenali sebagai "Raja-raja Katolik." Penyerahan kalah ini mengakhiri kewujudan Al-Andalus sebagai satu entiti politik kendatipun beberapa aspek pemerintahan Islam masih terdapat di wilayah tersebut.


ISTANA AL-HAMRA
Warisan Kejayaan Islam Masa Silam


I
Istana Al-Hamra didirikan oleh kerajaan Bani Ahmar atau bangsa Moor dari daerah Afrika Utara. Bani Ahmar adalah penguasa kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Al-Andalus (Spanyol Islam). Istana Al-Hamra berdiri kokoh di bukit La Sabica, Granada, Spanyol. Ia menjadi saksi bisu sekaligus bukti sejarah kejayaan Islam di Al-Andalus (Spanyol).



Nama Al-Hamra berasal dari bahasa Arab, hamra’ , bentuk jamak dari ahmar yang berarti “merah”. Dinamakan Istana Al-Hamra - yang berarti Istana Merah, karena bangunan ini banyak dihiasi ubin-ubin dan bata-bata berwarna merah, serta penghias dinding yang agak kemerah-merahan dengan keramik yang bernuansa seni Islami, di samping marmer-marmer yang putih dan indah.

Namun demikian, ada pula yang berpendapat, nama Al-Hamra diambil dari Sultan Muhammad bin Al-Ahmar,  pendiri kerajaan Islam Bani Ahmar - kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Spanyol (1232-1492 M).

Selain menjadi bukti kejayaan Islam, Istana Al-Hamra yang bernilai seni arsitektur tinggi ini juga memperlihatkan peradaban tinggi umat Islam tempo dulu.

Istana Al-Hamra adalah simbol puncak kejayaan Islam di Spanyol. Islam masuk ke negeri ini dibawa oleh pasukan Islam pimpinan Thariq bin Ziyad yang dikirim raja muda Islam di Afrika, Musa bin Nusair. Pasukan Islam sendiri datang untuk memerdekakan Iberia (semenanjung Iberia, sekarang Spanyol dan Portugis, dari Visigoth – bangsa Jerman) dari kekacauan hebat atas permintaan Gubernur Ceuta, Julian.

Thariq membawa sekitar 12.000 pasukan ke Gibraltar pada Mei 711 M. Ia memasuki Spanyol lewat selat di antara Maroko dan Spanyol yang kemudian diberi nama sesuai dengan namanya, Jabal Thariq.

Tanggal 19 Juli 711 pasukan Islam mengalahkan pasukan Kristen di daerah Muara Sungai Barbate, dan terus menguasai kota-kota penting - Toledo, Kordoba, Malaga, dan Granada, hingga akhirnya Spanyol berada di bawah kekuasaan Khilafah Bani Umayyah (Suriah). Sejumlah kerajaan Islam pun berdiri di Spanyol, seperti di Toledo (Raja Muda, 711-756 M), Malaga (Raja Hamudian, 1010-1057), Saragoza (Raja Tujbiyah, 1019-1039 dan Raja Huddiyah, 1039-1142), Valencia (Raja Amiriyah, 1021-1096), Badajos (Raja Aftasysyiyah, 1022-1094), Sevilla (Raja Abbadiyah, 1023-1069), dan Toledo (Raja Dzun Nuniyah, 1028-1039).

Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di Spanyol dengan ibukotanya Cordoba. Selain Istana Al-Hamra, satu lagi monumen penting kejayaan Islam di Spanyol adalah Masjid Cordoba yang kini beralihfungsi menjadi Gereja Santa Maria de la Sede atau katedral “Virgin of Assumption”.


Daulah Bani Ahmar

Istana Al-Hambra didirikan oleh kerajaan Bani Ahmar atau bangsa Moor (Moria) dari daerah Afrika Utara. Bangsa Moor adalah penguasa kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Al-Andalus (Spanyol), Daulah Bani Ahmar (1232-1492 M). Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Muhammad bin Al-Ahmar atau Bani Nasr yang masih keturunan Sa’id bin Ubaidah, seorang sahabat Rasulullah saw dari suku Khazraj di Madinah.

Pembangunan Istana Al-Hamra dilakukan secara bertahap, antara tahun 1238 dan 1358. Istana ini dilengkapi taman juga bunga-bunga indah nan harum. Ada juga Hausyus Sibb (Taman Singa) yang dikelilingi oleh 128 tiang yang terbuat dari marmer.


Di taman ini pula terdapat kolam air mancur yang dihiasi dengan 12 patung singa yang berbaris melingkar, yakni dari mulut patung singa-singa tersebut keluar air yang memancar. Di dalamnya terdapat berbagai ruangan yang indah, yaitu Ruangan Al-Hukmi (Baitul Hukmi), yakni ruangan pengadilan dengan luas 15 m x 15 m yang dibangun oleh Sultan Yusuf I (1334-1354); Ruangan Bani Siraj (Baitul Bani Siraj), ruangan berbentuk bujur sangkar dengan luas bangunan 6,25 m x 6,25 m yang dipenuhi dengan hiasan-hisan kaligrafi Arab.

Ada pula Ruangan Bersiram (Hausy ar-Raihan), ruangan yang berukuran 36,6 m x 6,25 m yang terdapat pula al-birkah atau kolam pada posisi tengah yang lantainya terbuat dari marmer putih. Luas kolam ini 33,50 m x 4,40 m dengan kedalaman 1,5 m, yang di ujungnya terdapat teras serta deretan tiang dari marmer; Ruangan Dua Perempuan Bersaudra (Baitul al-Ukhtain), yaitu ruang yang khusus untuk dua orang bersaudara perempuan Sultan Al-Ahmar; Ruangan Sultan (Baitul al-Mulk); dan masih banyak ruangan-ruangan lainnya, seperti ruangan Duta, ruangan As-Safa’, ruangan Barkah, Ruangan Peristirahatan sultan dan permaisuri. Di sebelah utara ruangan ini ada sebuah masjid yakni Masjid Al-Mulk.



Selain itu, istana merah ini dikelilingi oleh benteng dengan plesteran yang kemerah-merahan. Yang lebih unik lagi pada bagian luar dan dalam istana ini ditopang oleh pilar-pilar panjang sebagai penyangga juga penghias istana Al-Hamra. Dinding luar dan dalam istana banyak dihiasi kaligrafi dengan ukiran khas yang sulit dicari tandingannya hingga kini.

Pada masa kejayaannya, istana ini dilengkapi pula dengan barang-barang berharga yang terbuat dari logam mulia, perak, dan permadani-permadani indah yang masih alami (buatan tangan).

Daulah Bani Ahmar bermula dari kerajaan kecil, namun dengan cepat menjadi kerajaan kuat dan megah, hingga berkuasa selama sekitar 2,5 abad. Selain keshalihan dan kecerdasan para pemimpinnya, kejayaan Daulah Bani Ahmar ditunjang oleh keadaan alam wilayah Granada yang termasuk bukit atau pegunungan yang indah, dengan ketinggian kurang lebih 150 m, dan luas kira-kira 14 ha. Dengan kondisi geografis demikian, daerah kerajaan ini sulit dimasuki musuh. Daerah ini sekarang dinamakan Bukit La Sabica.

Raja-raja Bani Ahmar sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Saat itu bidang pertanian dan perdagangan sangat maju. Yang menyebabkan kerajaan ini jatuh adalah kerapuhan dari dalam, yakni sengketa yang terjadi di dalam kerajaan sendiri.

Sultan Muhammad XII Abu Abdillah an Nashriyyah, raja terakhir Bani Ahmar, tidak berhasil mempertahankan kerukunan keluarga kerajaan. Akhirnya energi mereka terkuras. Akibat fatalnya, kerajaan pun tidak dapat bertahan ketika datang serangan dari dua buah kerajaan Kristen yang bersatu, Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella. Kedua pemimpin kerajaan ini pula yang mendukung penjelajahan Columbus tahun 1492 M.

Pada pertengahan 1491, Raja Ferdinand V mengepung Granada selama tujuh bulan. Ia berhasil menguasai kota Malaga - kota pelabuhan terkuat di Andalusia, lalu Guadix dan Almunicar, Baranicar, dan Almeria. Basis kerajaan Bani Ahmar, Granada, pun akhirnya tunduk, tepatnya tanggal 2 Januari 1492 M/2 Rabiul Awwal 898 H. Kota ini diserahkan oleh raja terakhir Bani Ahmar, Abu Abdillah. Prosesi penyerahan Granada dilakukan di halaman Istana Al-Hamra.

Keberhasilan Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella menguasai Granada, membuat Paus Alexander VI (1431-1503) yang terkenal dengan perjanjian Tordesillasnya tahun 1494 memberi gelar kepada raja dan ratu ini sebagai “Catholic Monarch” atau “Los Reyes Catolicos” atau Raja Katolik.

Kejatuhan Daulah Bani Ahmar merupakan akhir sejarah kejayaan Islam di Spanyol. Pasca kejatuhan kerajaan Islam terakhir ini, umat Islam diberi dua pilihan: berpindah keyakinan (masuk Kristen) atau keluar dari tanah Spanyol.



Memasuki Abad ke-16, Andalusia (Spanyol) yang selama 8 Abad dalam kekuasaan Islam, bersih dari keberadaan umat Islam. Kemegahan dan keindahan Istana Al-Hamra pun luntur setelah menjadi Istana Kristen. Demikian pula Masjid Cordova yang dijadikan katedral “Virgin of Assumption”.

Namun Islam tidak benar-benar lenyap di negeri ini. Kini umat Islam di Spanyol diperkirakan sudah mencapai 750.000 orang (data sensus 2000) dari 40 juta jumlah total penduduk Spanyol. Islam menggeliat bangkit ketika pemerintah Spanyol mengakui Islam sebagai agama resmi berdasarkan UU Kebebasan Beragama yang disahkan pada Juni 1967.

Di ibukota Madrid terdapat 500 ribu Muslim, kebanyakan imigran asal Maroko, Algeria, dan negara-negara Arab lain. Gema adzan pun mulai marak berkumandang di beberapa masjid. Belum lagi banyak pesepakbola Muslim di klub-klub sepakbola elit Spanyol saat ini. Semoga kejayaan masa lampau itu kembali diraih. Allahu Akbar! Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM


Baca juga: ---klik---> Bangunan PeninggalanKejayaan Islam

Saksikan juga videonya: ---klik---> Al-Hambra


Sumber:
https://ms.wikipedia.org/wiki/Al-Andalus
https://www.salam-online.com/2012/07/istana-alhambra-di-spanyol-warisan-kejayaan-masa-silam-kini-adzan-mulai-kembali-berkumandang.html
https://kumparan.com/@kumparannews/sejarah-keindahan-istana-alhambra-di-spanyol
Muslimtoday
https://kuncikeyakinan-faisal.blogspot.com/2016/08/bangunan-peninggalan-kejayaan-islam-di_1.html
https://www.youtube.com/embed/0zHkAowMKrU
dan sumber-sumber (image) lainnya □□