Pendahuluan
S
|
ejarah Kemajuan Kota Metropolitan Cordoba di
abad ke-10 melebihi kota-kota lain yang ada di Eropa. Kota ini menjadi tempat
perhatian dunia dan sesuatu yang mengagumkan, sama halnya dengan Kota Venesia
di Balkan. Para turis yang datang dari Utara merasakan kekhusyukan dan
kewibawaan kota yang memiliki tujuh puluh perpustakaan dan sembilan ratus
pemandian umum ini.
Ketika para pemimpin Kota Lyon, Nevar,
dan Barcelona membutuhkan ahli bedah, insinyur, arsitek bangunan, penjahit
pakaian atau ahli musik, maka mereka langsung menuju ke Kota Cordoba. Inilah
kesaksian orang Barat, J. Brand Trend, terhadap Kota Cordoba pada abad ke-4
Hijriyah (abad ke-10 Masehi).
Sebagai perpanjangan dari peradaban
Islam, baik dari segi ilmu, nilai, dan keagungan, muncullah sang bintang, Kota
Cordoba, yang menjadi saksi bisu atas pencapaian peradaban kaum muslimin dan
kemuliaan Islam pada saat itu, yaitu pada pertengahan abad ke-4 Hijriyah atau abad
ke-10 Masehi ketika bangsa Eropa dalam kegelapan.
Cordoba adalah suatu nama yang
senantiasa memiliki alunan nada yang khusus di telinga setiap orang Eropa yang
mempercayai kebangkitan dan peradaban kemanusiaan. Al-Muqri mengatakan bahwa
sebagian ulama Andalusia mengatakan:
Cordoba menjadi terdepan karena empat
alasan: Pertama, Jembatan al-Wadi; Kedua, Masjid Jami’; Ketika, Az-Zahra; Dan
yang keempat, Ilmu Pengetahuan - yang akhir paling besar secara keseluruhan (Nafh
ath-Thayyib Min Ghusn al-Andalus ar-Rathib, 1/53).
Gambar 1. Reruntuhan Medina Az-Zahra
Kita akan mengupas beberapa topik
tentang kota yang indah ini, di antaranya:
1.
Cuplikan sejarah dan geografi Cordoba.
2.
Beberapa fenomena peradaban di Cordoba.
3.
Cordoba kota metropolitan.
4.
Cordoba dalam pandangan ulama dan sastrawan.
1. Cuplikan Sejarah dan
Geografi Cordoba
K
|
ota Cordoba terletak di tepi sungai
al-Wadi al-Kabir yang terletak di bagian Selatan Spanyol. Kota ini didirikan
oleh bangsa Cordoba yang tunduk kepada pemerintahan Romawi dan Visigoth (Bangsa
Goth) (Maus’ah al-Maurid al-Hadits). Kota ini ditaklukkan oleh panglima
Islam yang terkenal, Thariq bin Ziyad, pada tahun 93 H / 711 M. Sejak saat itu
kota Cordoba memulai tatanan hidup baru dan mengukir sejarah yang sangat
penting dalam sejarah peradaban umat manusia. Kecemerlangan Cordoba sebagai
kota peradaban mencapai puncaknya pada tahun 138 H / 759 M, ketika Abdurrahman
ad-Dakhil mendirikan daulah Umayyah II di Andalusia setelah sebelumnya runtuh
di Damaskus yang kemudian diganti oleh daulah Abbasiyah.
Pada masa Abdurrahman an-Nashir,
khalifah pertama Umayyah di Andalusia, kemudian putranya al-Hakam
al-Mustanshir, Kota Cordoba mencapai puncak kemajuan dan masa keemasannya.
Apalagi kota ini dijadikan sebagai ibu kota Daulah Umayyah II dan tempat istana
kekhalifahan di dunia Barat.
Pada masa ini, Cordoba juga dijadikan
sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia sehingga menyaingi
Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium di benua Eropa, Kota Baghdad ibu
kota Daulah Abbasiyah di Timur, Kota Kairawan (Kairouan, Al Qayrawan)
Tunisia
dan Kairo, Mesir di Afrika, sehingga orang-orang Eropa menyebut Cordoba dengan
“Mutiara Dunia”.
Perhatian Dinasti Umayyah terhadap Kota
Cordoba mencakup beberapa sisi kehidupan, seperti: pertanian, perindustrian,
pembangunan benteng-benteng, pembuatan senjata, dan lain sebagainya. Mereka
juga membuat aliran-aliran air dan mengimpor berbagai macam pohon dan tanaman
buah untuk di tanam di kota ini.
2. Beberapa Fenomena
Peradaban di Cordoba
B
|
erikut ini beberapa bangunan yang
menunjukkan kemajuan peradaban di Andalusia terutama di Kota Cordoba. Dari sini
kita dapat mengetahui sumbangan-sumbangan Islam dalam perjalanan sejarah
manusia.
Jembatan Cordoba
Gambar 2. Jembatan Al-Jisr dan Qantharah
ad-Dahr
Termasuk salah satu keistimewaan
Cordoba adalah Jembatan Cordoba yang letaknya ada di sungai al-Wadi al-Kabir.
Jembatan ini dikenal dengan nama al-Jisr dan Qantharah ad-Dahr. Panjangnya
sekitar 400 m, lebar 40 m, dan tingginya 30 m.
Ibnu al-Wardi dan al-Idrisi memberikan
kesaksian bahwa jembatan tersebut melebihi jembatan-jembatan yang lain dari
segi kemegahan bangunan dan kecanggihannya (Kharidah al-Aja’ib wa Faridah
al-Ghara-ib, Hal. 12).
Jembatan yang menakjubkan tersebut
dibangun pada permulaan abad kedua Hijriyah tahun 101 H, atau sejak 14 abad
yang lalu. Jembatan ini dibangun oleh Gubernur Andalusia, as-Samh bin Malik
al-Khaulani di masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz. Artinya, jembatan ini
dibangun pada saat manusia belum mengenal sarana transportasi kecuali binatang:
keledai, onta, bighal, dan kuda. Dan ketika itu, sarana-sarana pembangunan
belum secanggih saat ini. Hal inilah yang menjadikan jembatan tersebut salah
satu kebanggaan peradaban Islam.
Masjid Cordoba
Gambar 3. Masjid Jami’ Cordoba (Qurthuba)
tampak dari atas.
Masjid Jami’ Cordoba merupakan salah
satu unsur peradaban Cordoba yang sangat penting dan masih tetap bertahan
hingga sekarang. Masjid tersebut dalam bahasa Spanyol disebut Mezquita, yang
diambil dari kata masjid. Masjid ini adalah masjid yang paling masyhur di
Andalusia, bahkan di seluruh Eropa. Namun, sekarang masjid ini dijadikan
sebagai katedral. Masjid ini mulai dibangun Abdurrahman ad-Dakhil tahun 170 H /
786 M., kemudian diteruskan oleh putranya Hisyam dan khalifah-khalifah
setelahnya. Setiap khalifah memberikan sesuatu yang baru kepada masjid
tersebut, dengan memperluas dan memperindahnya agar menjadi masjid yang paling
indah di Cordoba dan masjid terbesar di dunia saat itu.
Penulis kitab ar-Raudh al-Mi’thar
mengatakan, “Di Kota Cordoba ini teradapat sebuah masjid yang sangat terkenal
dan sering disebut-sebut. Masjid itu adalah masjid terbesar di dunia, luas,
dengan teknik pembangunan yang modern, bentuk yang indah, dan bangunan yang
sempurna.”
Para khalifah memberikan perhatian yang
besar terhadap Masjid Cordoba ini. Mereka memberikan tambahan demi tambahan,
penyempurnaan demi penyempurnaan hingga mencapai tingkat yang sempurna,
bangunan yang membuat kagum, dan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata.
Tidak ada masjid kaum muslimin yang
menyerupai masjid ini dari segi keindahan, luas, dan besarnya. Separuh masjid
dibuat beratap dan separuhnya lagi tidak. Jumlah lengkungan bangunan yang
beratap ada empat belas. Ada 1000 tiang, baik tiang yang besar ataupun kecil.
Ada 113 sumber penerangan, penerangan yang terbesar terdapat 1000 lampu dan
yang paling kecil memuat 12 lampu.
Seluruh kayunya berasal dari pohon
cemara Thurthusy. Besar pasaknya satu jengkal dan panjangnya 30 jengkal, antara
satu pasak dengan pasak yang lain dipasang pasak yang besar. Di atapnya
terdapat bermacam-macam seni ukir yang antara satu dengan yang lain tidak sama.
Susunannya dibuat sebaik mungkin dan warna-warnanya terdiri dari warna merah,
putih, biru, hijau, dan hitam celak. Arsitektur dan warna-warni itu
menyenangkan mata dan menarik hati. Luas tiap-tiap penyusun atap adalah tiga
puluh tiga jengkal. Jarak antara satu tiang dengan tiang yang lain lima belas
hasta, dan masing-masing tiang bagian atas dan bawahnya dibuat dari batu marmer
pualam.
Masjid ini mempunyai mihrab yang sangat
indah, dihiasi ukiran-ukiran dengan teknik yang sempurna, dan terdapat mozaik
yang dilapisi emas. Hal ini sampai membuat pemimpin Konstantinopel mengirim
utusan kepada Abdurrahman an-Nashir Lidinillah. Di dua arah mihrab ada empat
tiang, dua tiang berwarna hijau dan dua lagi berwarna violet kehijau-hijauan.
Di bagian ujung dipasangi lapisan marmer yang dihias dengan emas, lazuardi, dan
warna-warna lainnya. Di sebelah mihrab terdapat mimbar yang keindahannya tidak
ada yang menandinginya; kayunya adalah kayu ebony, box, dan kayu untuk
wewangian. Konon, mihrab tersebut dibuat selama tujuh tahun dan dikerjakan oleh
tujuh orang ahli, selain tukang pembantu.
Di sebelah Utara mihrab terdapat gudang
yang di dalamnya terdapat beberapa wadah yang terbuat dari emas, perak, dan
besi. Semuanya untuk tempat nyala lampu pada setiap malam ke-27 bulan Ramadhan.
Di gudang ini juga teradapat mushaf besar yang hanya dapat diangkat oleh dua
orang, dan juga terdapat mushaf Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu yang
beliau tulis dengan tangannya sendiri. Mushaf ini dikeluarkan setiap pagi oleh
para penjaga masjid. Mushaf ditempatkan di atas kursi dan imam membaca separuh
hizb darinya, kemudian dikembalikan ke tempatnya semula.
Di sebelah kanan mihrab dan mimbar
adalah pintu yang menuju ke istana, terletak di antara dua dinding masjid yang
berupa lorong yang beratap. Di lorong ini ada delapan pintu; empat pintu dari
arah istana tertutup dan empat pintu dari arah masjid juga tertutup. Sedangkan
masjid ini memiliki 20 pintu yang dilapisi dengan tembaga. Setiap pintu
memiliki dua gagang pintu yang indah. Daun pintu dihiasai dengan beberapa
butiran yang terbuat dari bata merah yang ditumbuk dengan berbagai macam hiasan
yang lain.
Dalam setiap bagian dari empat arah
lingkaran menara terdapat dua buah lengkungan yang dibuat batu marmer. Di
samping menara juga ada ruang yang memiliki empat pintu tertutup. Ruang ini
digunakan tempat tidur oleh dua muadzin setiap malam. Di atas ruang terdapat
tiga wadah minyak yang terbuat dari emas dan dua wadah lainnya terbuat dari
perak dan daun tumbuhan lili.
Secara keseluruhan, para petugas masjid
berjumlah enam puluh orang. Dan mereka dipimpin oleh satu orang yang mengawasi
kerja mereka (ar-Raudh al-Mi’thar fi Khabar al-Aqthar, 1/456-457).
Keterangan yang hamper sama juga diberikan oleh Ibnu al-Wardi dalam kitabnya Kharidhah
al-Aja’ib wa Faridah al-Ghara’ib.
Halaman Masjid Cordoba dipenuhi dengan
tanaman jeruk dan delima agar buah-buahnya dapat dimakan orang-orang yang lapar
dan para musafir yang datang ke kota Cordoba.
Namun, hal yang menyedihkan dan membuat
air mata berlinang, masjid yang megah ini telah diubah menjadi katedral sejak
jatuhnya Andalusia dari tangan kaum muslimin. Masjid ini kemudian berada di
bawah kontrol gereja, walaupun namanya tetap diabadikan. Menaranya yang tinggi
menjulang dan megah telah berubah menjadi tempat lonceng kebaktian gereja untuk
menyembunyikan karakter Islamnya. Adapun dinding-dindingnya masih dipenuhi
dengan ukiran ayat-ayat Alquran yang mencitrakan daya artistik yang tinggi.
Masjid ini sekarang menjadi salah satu bagian dari tempat sejarah yang paling
masyhur di dunia.
Universitas Cordoba
Peran Masjid Cordoba tidak hanya
sebagai tempat ibadah, namun masjid ini juga berfungsi sebagai universitas,
bahkan salah satu yang paling masyhur di dunia dan markas ilmu di Eropa. Dari
universitas ini, ilmu-ilmu Arab ditransfer ke Eropa selama berabad-abad. Segala
cabang ilmu diajarkan di sini dan para pengajarnya merupakan orang-orang yang
sangat kompeten di bidangnya. Para pencari ilmu datang ke unversitas ini, baik
dari Timur maupun dari Barat. Para pengajar dan dosen diberi imbalan dengan
gaji yang layak agar mereka fokus mengabdikan diri untuk mengajar dan menulis
dengan baik. Para siswa pun diberi uang saku secara khusus, dan orang-orang
yang tidak mampu diberikan beasiswa dan bantuan.
Itulah yang memperkaya khazanah ilmiah
secara signifikan di Cordoba pada saat itu. Dan Cordoba mampu melahirkan
ilmuan-ilmuan yang mengabdi kepada Islam dan kaum muslimin secara khusus dan
dunia secara umum. Tidak hanya di bidang ilmu tertentu, akan tetapi juga di
berbagai disiplin ilmu. Di antara mereka adalah Az-Zahrawi (325 – 404 H / 936 –
1013 M), seorang ahli bedah yang paling masyhur, dokter, dan ahli obat-obatan,
dan pembuatannya. Ada juga Ibnu Bajah, Muhammad al-Ghafiqi, Ibnu Abdil Bar,
Ibnu Rusy, al-Idrisi, Abu Bakar Yahya bin Sa’dun bin Tamam al-Azdi, Qadhi
al-Qurthubi an Nahwi, al-Hafizh al-Qurthbi, Abu Ja’far al-Qurthubi, dan masih
banyak ilmuan-ilmuan lainnya.
3. Cordoba Kota Metropolitan
D
|
ari apa yang telah kita ketahui tentang
peradaban di Kota Cordoba, tidak aneh kalau kota ini di pertengahan abad
keempat Hijriyah atau abad sepuluh Masehi telah menjadi kota metropolitan yang
bisa disandingkan dengan kota-kota modern di milienium ke-3. Bagaimana tidak,
sekolah-sekolah di sana tumbuh subur, memberikan pendidikan bagi masyarakatnya,
perpustakaan-perpustakaan baik yang bersifat khusus maupun umum ada di setiap
penjuru kota, sehingga Cordoba menjadi kota yang paling banyak koleksi bukunya
dan menjadi pusat kebudayaan dan berbagai macam ilmu pengatahuan. Orang-orang
miskin juga tidak terhalangi untuk menikmati pendidikan di sekolah-sekolah
gratis milik pemerintah. Oleh karena itu, konon tidak ada penduduk yang tidak
bisa membaca dan menulis di kota ini (al-Maktaba fi al- Islam, Hal. 99).
Keadaan ini terjadi bersamaan dengan kaum elit bangsa Eropa masih buta
baca-tulis, kecuali beberapa tokoh agama.
Layak untuk disebutkan bahwa
kebangkitan ilmiah peradaban di Kota Cordoba pada saat itu disertai dengan
kebangkitan administrasi dan perkantoran, yaitu melalui beberapa lembaga dan
sistem-sistem hukum yang berlaku, seperti kepemimpinan dan kementerian. Sistem
peradilan, kepolisian, Hisbah (polisi syariah), dan lembanga-lembaga
lainnya juga mengalami kebangkitan.
Bidang perindustrian mengalami
perkembangan yang pesat dan banyak industri yang masyhur, seperti industri
kulit, industri perkapalan, industri alat-alat pertanian, industri obat-obatan,
begitu juga industri emas, perak, dan tembaga (Shubh al-A’sya, 5:218).
Keistimewaan kota Cordoba yang lainnya
-sebagaimana disebutkan Yaqut dalam Mu’jam al-Buldan– adalah
pasar-pasarnya yang memiliki barang-barang dan komoditi yang lengkap. Dan
masing-masing daerah memiliki pasar yang khusus (Nafh ath-Thib min Ghushn
al-Andalus ar-Rabith, 1:558).
Dari uraian yang disampaikan al-Muqri
dalam Nafh ath-Thib min Ghushn al-Andalus ar-Rabith, dapat diketahui
data-data pembangunan Cordoba adalah sebagai berikut:
Masjid-masjid Kota Cordoba pada masa
Abdurrahman ad-Dakhil mencapai 490 masjid, kemudian setelah itu bertambah
menjadi 3.837 masjid.
Rumah rakyat mencapai 213.077 buah
rumah, dengan perumahan elit sebanyak 60.300 buah.
Taman-taman yang berada di dalam Alcazar
Cordoba - Al-Qazar dari bahasa Arab al-qashru yang artinya istana, Istana Cordoba ini
berdampingan dengan Mesjid Jami’ Cordoba
(Qurthuba), lihat Gambar 4)
Gambar 4. Alcazar of Cordoba – Istana Cordoba
dan Taman-tamannya
Pertokoan dan sejenisnya mencapai
80.455 buah. Pemandian umum mencapai 900 tempat. Dan lapangan umum mencapai 28
lapangan.
Angka-angka tersebut bisa bertambah dan
bisa kurang, sesuai dengan kondisi politik dan perbedaan dari riwayat dari para
sejarawan. Akan tetapi, perbedaan tersebut adalah perbedaan atas sejauh mana
kemegahan, kebesaran, dan keindahan pembangunan, bukan perbedaan tentang esensi
dan wujudnya.
Jumlah penduduk Cordoba pada masa
daulah Islam sekitar 500.000 jiwa namun jumlah penduduknya saat ini hanya
310.000 jiwa
(http://ar.wikipedia.org).
4. Cordoba dalam pandangan Ulama dan Sasterawan
Ibnu al-Wardi mengatakan, “Keistimewaan kota ini
lebih hebat dari kalimat-kalimat orang yang menjelaskannya.” (Kharidah
al-Aja’ib wa Faridhah al-Ghara-ib, Hal. 12).
S
|
eorang saudagar dari Mosul, Irak,
datang ke Cordoba tahun 350 H / 961 M, ia menggambarkan kota ini dengan
perkataannya, “Kota di Andalusia yang paling besar adalah Cordoba. Di kawasan
Barat tidak ada kota yang serupa dengannya dilihat dari sisi banyaknya penduduk
dan luas daerahnya. Dikatakan bahwa Cordoba mirip dengan salah satu sisi Kota
Baghdad atau bahkan mirip dengan Baghdad secara keseluruhan (Baghdad kota yang
maju kala itu dan merupakan ibu kota Abbasiyah pen.).
Kota Cordoba dibentengi dengan pagar
tembok, dan terdapat dua pintu yang mengarah ke al-Wadi di ar-Rashafah yaitu
tempat tinggal penduduk di dataran tinggi yang bersambung ke tempat
tumbuh-tumbuhan lebat di dataran rendah.
Bangunan-bangunan yang padat
mengelilinginya, sedangkan kota ini sendiri mengarah ke lembahnya. Di bagian
atas lembah terdapat tempat yang sangat ramai dengan pasar dan aktivitas
ekonomi lainnya. Adapun tempat tinggal masyarakat umum berada di daerah yang ditanami
banyak pepohonan. Secara umum penduduk kota ini adalah orang-orang kaya dari
kalangan pengusaha (Mu’jam al-Buldan, 4:324).
Penduduk Cordoba terkenal sebagai
orang-orang mulia, para ulama, dan orang-orang yang memiliki jabatan tinggi.
Al-Idrisi mengatakan, “Cordoba tidak sepi dari tokoh-tokoh ulama, para
pemimpin, dan pedagang-pedagang yang kaya raya. Mereka memiliki banyak harta,
kendaraan-kendaraan yang bagus, dan cita-cita yang tinggi.” (Nuzhah
al-Musytaq fi ikhtiraq al-Afaq, 2:752).
Al-Himyari mengatakan, “Cordoba
merupakan pusatnya Andalusia, ibu kota, dan tempat istana kekhalifahan Bani
Umayyah II. Jejak-jejak mereka di sana tampak jelas, keutamaan-keutamaan
Cordoba dan khalifahnya lebih banyak disebut (karena sedikit cacatnya pen.).
Mereka adalah tokoh-tokoh dunia dan orang-orang terpandang. Mereka terkenal
dengan madzhab yang benar, tingkah laku yang baik, identitas yang bagus,
cita-cita yang tinggi, dan akhlak yang terpuji. Di sana terdapat ulama-ulama
yang ternama dan para pemimpin yang mulia (ar-Raudh al-Mi’thar fi Khabar
al-Aqthar, Hal. 456).
Yaqut mengatakan, “Cordoba adalah kota
besar di Andalusia yang letaknya ada di tengah-tengah. Ia seperti ranjang bagi
Andalusia. Di sanalah tempat raja-raja Bani Umayyah tinggal, tempat bermukimnya
orang-orang mulia, dan juga melahirkan orang-orang terpandang Andalusia (Mu’jam
al-Buldan, 4:324).
Abu al-Hasan al-Bassam bercerita
tentang Kota Cordoba. Ia mengatakan, “Cordoba merupakan akhir dari segala
tujuan, markas negara, ibu kota, tempat orang-orang penting dan bertakwa,
negeri orang-orang berilmu lagi pandai, jantung kawasan Andalusia, sumber yang
memancarkan ilmu-ilmu, kubah Islam, tempat para imam, negeri yang dituju oleh
orang-orang pintar dan para pelajar, dan lautan mutiara sumber inspirasi. Dari
ufuknya muncul bintang-bintang dunia, tokoh-tokoh zaman, dan para sastrawan.
Alasan mereka diutamakan daripada selainnya baik dulu maupun sekarang adalah
karena Kota Cordoba merupakan tempat para peneliti dan ilmuwan segala bidang
dan para sastrawan.
Secara umum, kebanyakan penduduk negeri
ini, adalah orang-orang Arab terhormat dari kawasan Timur yang menaklukkannya.
Keturunan mereka menetap di sana dan mewarisi tardisi-tardisi pendahulu mereka.
Sehingga tidak ada satu daerah pun di kota ini sepi dari penulis yang mahir dan
penyair ulung (adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah, 1:33).
Ibnu al-Wardi menerangkan tentang Kota
Cordoba dan penduduknya dalam kitab Kharidah al-Aja’ib. ia mengatakan,
“Penduduknya merupakan tokoh-tokoh terpandang di dunia dan orang-orang yang
terdepan dalam hal baiknya makanan, pakaian, kendaraan (makmur pen.),
dan cita-cita yang tinggi. Di sana terdapat figur-figur ulama, para pemimpin
yang hebat, pasukan yang kuat, dan ahli strategi perang.” Kemudian setelah
menjelaskan masjid dan jembatannya, ia mengatakan, “Keistimewaan kota ini lebih
hebat dari kalimat-kalimat orang yang menjelaskannya.” (Kharidah al-Aja’ib
wa Faridhah al-Ghara-ib, Hal. 12).
Itulah salah satu kota peradaban Islam
yang telah berperan besar dalam memajukan perjalanan manusia dan memutar
rodanya untuk terus melaju ke depan. Sebenarnya Kota Cordoba bukanlah
satu-satunya yang berperan seperti itu. Jika kita berbicara tentang Baghdad,
Damaskus, Kairo, Bashrah, dan kota-kota Islam lainnya, maka kita akan menemukan
hal yang sama menakjubkannya atau mungkin lebih menakjubkan lagi.
Dari penjelasan tentang Kota Metropolitan
Cordoba, mulai dari bangunan hingga tatanan masyarakatnya ini, mudah-mudahan
tergambar bagi para pembaca bagaimana besarnya peradaban Islam, pembangunan fisik
yang megah, kehidupan yang modern, namun tetap dibingkai dalam akhlak-akhlak
terpuji dan nilai-nilai agama yang luhur. Inilah kemoderenan yang terjadi pada
umat Islam, kemodernan yang diimbangi dengan tingginya moral dan matangnya
spiritual. Billahit Taufiq wal-Hidayah.
□ AFM - Artikel KisahMuslim.com
Saksikan pula video-video sebagai
beikut:
---klik--->
VideoKota Cordoba
---klik--->
VideoDrone Kota Cordoba & Medina Az-Zahra
---klik--->
VideoDidalam Mesjid Jami Cordoba
---klik--->
VideoDrone Istana Cordoba
Sumber:
Madza Qaddamal Muslimuna lil ‘Alam
Ishamatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insaniyah oleh Raghib as-Sirjani
http://kisahmuslim.com/3864-sejarah-kota-cordoba-bagian-14.html
http://kisahmuslim.com/3875-sejarah-kota-cordoba-peradaban-di-cordoba-bagian-24.html
http://kisahmuslim.com/3891-sejarah-kota-cordoba-kota-metropolitan-bagian-34.html
http://kisahmuslim.com/3899-sejarah-kota-cordoba-cordoba-dalam-pandangan-ulama-dan-sastrawan-bagian-44.html
http://kisahmuslim.com/3899-sejarah-kota-cordoba-cordoba-dalam-pandangan-ulama-dan-sastrawan-bagian-44.html
http://ar.wikipedia.org
https://www.youtube.com/embed/7YvNMDy_h3g"
frameborder
https://www.youtube.com/embed/s8CZZMshV6k
https://www.youtube.com/embed/sc8De1fPFZ8
https://www.youtube.com/embed/hyT9iAw_6NA
□□