G
|
eografi.
Zamakhsyari (wafat 1144) seorang Persia, menulis Kitabul Amkina
waljibal wal Miyah (The Book of Places, Mountains and Waters).
Yaqut menulis Mu’jamul Buldan (The Persian Book of Places),
tahun 1228, berupa suatu daftar ekstensif data-data geografis menurut abjad termasuk
fakta-fakta atas manusia dan geografi alam, arkeologi, astronomi, fisika dan
geografi sejarah. Aja’ib al-Buldan (The Wonders of
Lands), karya al-Qazwini, tahun 1262, ditulis dalam tujuh bagian yang
berkaitan dengan iklim. Muhammad ibnu Ali az-Zuhri dari Spanyol, menulis satu
risalah teori geografi setelah tahun 1140. Al-Idrisi dari Sisilia, menulis
untuk raja Normandia, Roger II, yang kemudian diketahui sebagai sebuah
deskripsi geografi yang paling teliti di dunia. Ia juga menggubah ensiklopedia
geografi antara tahun 1154 dan 1166 untuk William I. Al-Mazini di Granada telah
menulis geografi Islam Timur dan daerah Volga; keduanya didasarkan atas
perjalanannya. [37]
c. Fiqih
Dalam bidang fiqih,
Spanyol Islam dikenal sebagai penganut Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini
di sana adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan
oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli
fiqih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id Al-Baluthi,
dan Ibn Hazm yang terkenal. [38]
d. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik
dan seni suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya Al-Hasan
ibn Nafi yang dijuluki zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan
jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. la juga terkenal
sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada
anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga
kemasyhurannya tersebar luas.
Studi-studi musikal Islam,
seperti telah diprakarsai oleh para teoritikus al-Kindi, Avicenna dan Farabi,
telah diterjemahkan ke bahasa Hebrew dan Latin sampai periode pencerahan Eropa.
Banyak penulis-penulis dan musikolog Barat setelah tahun 1200, Gundi Salvus,
Robert Kilwardi, Ramon Lull, Adam de Fulda, dan George Reish dan Iain-lain,
menunjuk kepada terjemahan Latin dari tulisan-tulisan musikal Farabi. Dua
bukunya yang paling sering disebut adalah De Scientiis dan De
Ortu Scientiarum.
Musik Muslim juga
disebarluaskan ke seluruh benua Eropa oleh para “penyanyi-pengembara” dari
periode pertengahan ini memperkenalkan banyak instrumen dan elemen-elemen musik
Islami. Instrumen-instrumen yang lebih terkenal adalah lute (al-lud),
pandore (tanbur) dan gitar (gitara). Kontribusi Muslim yang
penting terhadap warisan musik Barat adalah musik mensural dan nilai-nilai
mensural dalam noot dan mode ritmik. Tarian Morris di Inggris berasal dari
Moorish mentas (Morise). Spanyol banyak menerapkan model-model musikal
untuk sajak dan rima syair dari kebudayaan Muslim. [39]
Banyak risalah
musikal yang telah di tulis oleh para tokoh Islam seperti Nasiruddin Tusi dan
Qutubuddin Asy-Syairazi yang lebih banyak menyusun teori-teori musik. [40]
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah
menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat
diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol
menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam
bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara
lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu
Ali Al-Isybili, Abu Al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan Al-Gharnathi.
2. Kemegahan
Pembangunan Fisik
Aspek-aspek
pembangunan fisik dan arsitektural yang mendapat perhatian umat Islam sangat
banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang
pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat
Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran sekunder,
tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang tinggi, dengan
begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab
memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan
untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan
air). Pengaturan hidrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water
wheel) asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol: Noria). Di samping itu,
orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk,
kebun-kebun, dan taman-taman. [41]
Industri, di samping
pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol
Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri
barang-barang tembikar.
Namun demikian,
pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan
gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid, pemukiman, dan
taman-taman. Di antara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota
Al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun,
mesjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
a. Cordova
Cordova adalah ibu
kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh
penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di
atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi
ibu kota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan : bunga-bunga diimpor dari Timur. Di
seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik
peman-dangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya
terpancang istana Damsik.
Di antara kebanggaan
kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut Ibn Al-Dala’i, terdapat 491
mesjid di sana. Di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya
tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandi-an. Di
sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak
dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang
panjangnya 80 Km.
b. Granada
Granada adalah tempat
pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan
Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-masa
akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang
tidak kalah indahnya.
Kisah tentang
kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota dan istana
Al-Zahra, istana Al-Gazar, menara Girilda [**] , dan Iain-lain. [42]
3. Faktor-Faktor
Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam,
kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan
berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd
Al Rahman Al-Dakhil, Abd Al-Rahman Al-Wasith dan Abd Al-Kahman Al-Nashir.
Keberhasilan politik
pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa
lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara
penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd
Al-Rahman (852-886) dan Al-Hakam II Al-Muntashir (961-976).
Toleransi beragama
ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi,
sehingga, mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam di
Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan
hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing.
Masyarakat Spanyol
Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama
maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama, komunitas-komunitas itu
dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada
persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol,
hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad
ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat
wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal
ini menunjukkan bahwa, meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan
politik, terdapat api yang disebut kesatuan budaya dunia Islam. [43]
Perpecahan politik
pada masa Muluk Al-Thawa’if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya
peradaban. Masa itu, bahkan, merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan,
Kesenian, dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga,
Toledo, Sevilla, Granada, dan Iain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau
sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di
Spanyol, Muluk Al-Thawa’if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang
di antaranya justru lebih maju. [44]
Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa Muslim
tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan
hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan
mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata. Namun demikian,
kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol
Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah
berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat
Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami
kemunduran. [45]
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di
tempat-tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang Islam yang
sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di
Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi.
Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan
muwalladun kepada para mukalaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan
merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah
sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang
dapat memberi makna persatuan, di samping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu. [46]
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa
Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina perekonomian. [47] Akibatnya
timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik
dan militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan
Kekuasaan
Hal ini menyebabkan
perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani
Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat
kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di
antaranya juga disebabkan permasalahan ini. [48]
5. Keterpencilan
Spanyol Islam
bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendirian,
tanpa mendapat bantuan kecuali dan Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di sana. [49]
Pengaruh Peradaban Islam Di Eropa
Kemajuan Eropa yang
terus berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu
pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran
bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib,
tetapi saluran yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Spanyol merupakan
tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk
hubungan politik, sosial, maupun perekonomian, dan peradaban antar negara.
Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan
Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangganya Eropa, terutama dalam bidang
pemikiran dan sains di samping bangunan fisik. [50] Yang terpenting di
antaranya adalah pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198 M). la melepaskan belenggu
taklid dan menganjurkan kebebasan berpikir. la mengulas pemikiran Aristoteles
dengan cara yang memikat minat semua orang yang berpikiran bebas. la
mengedepankan sunnatullah menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme
Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan
Averroeisme (Ibn Rusydisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Pihak gereja
menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.
Berawal dari gerakan
Averroeisme inilah di Eropa kemudian lahir reformasi pada abad ke-16 M dan
rasionalisme pada abad ke-17 M. [51] 41 Buku-buku Ibn Rusyd dicetak di
Vinesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan, edisi lengkapnya
terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad
ke-16 M di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan di awal abad ke-17 M di
Jenewa.
Pengaruh peradaban
Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rusyd, ke Eropa berawal dari
banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di universitas-universitas
Islam di Spanyol, seperti universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan
Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku
karya ilmuwan-ilmuwan Muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah
pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama.
Universitas pertama Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun
1231 M tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman Pertengahan
Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Di dalam universitas-universitas itu,
ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam diajarkan, seperti
ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling
banyak dipelajari adalah pemikiran Al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd. [52]
Pengaruh ilmu
pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di
Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini
adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Latin. [53]
Walaupun Islam akhirnya terusir dari
negeri Spanyol dengan cara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani
gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan
kembali kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang
bermula di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad
ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M. [54]
PENUTUP
Eksistensi
perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban Spanyol Islam di
segala bidang, telah menjadikannya sebagai sebuah negara adikuasa di zamannya.
Kehadirannya telah banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
manusia.
Dengan semangat science
for science mereka melakukan serangkaian upaya pengembangan khazanah
keilmuan yang telah di kemukakan oleh Pemikir Yunani kuno dengan tanpa
melepaskan pada frame “religius islami”. Semangat inilah yang mereka lakukan
dalam melakukan “ijtihad keilmuan”. Dari akumulasi dan
hubungan yang harmonis inilah kemudian melahirkan ilmu pengetahuan islami yang
sangat bermanfaat bagi perkembangan kebudayaan manusia selanjutnya. Di saat
perkembangan keilmuwan mencapai zaman keemasan Andalusia (Spanyol Islam) inilah
pada waktu yang bersamaan dunia Eropa berada dalam keadaan yang memprihatinkan
(the dark ages - masa gelap Eropa).
Mereka terkekang oleh dogma gerejani yang absolut yang mengharamkan umatnya
untuk mengembangkan daya nalarnya.
Namun demikian,
perputaran jarum sejarah tidak selamanya menunjukkan arahnya ke dunia Islam.
Selang beberapa waktu kemudian dunia Islam mengalami “disintegrasi” dan “stagnasi
roh ilmiah intelektual”, terutama setelah serangan Al-Ghazali yang mendeskriditkan
para filsuf muslim dalam melakukan “ijtihad akliah” mereka. Kondisi ini
menjadikan umat menjadi antipati terhadap dinamika intelektual filosofis.
Sementara itu banyaklah para filsuf muslim yang harus “keluar” dari
negerinya yang sudah tak “bersahabat” lagi dengan ide-idenya ke tempat
yang lebih aman, yaitu Benua Eropa. Di sana ide-ide mereka disambut dengan
antusias, apalagi setelah para pelajar Eropa belajar di dunia Islam sebelumnya.
Mereka tahu akan begitu besarnya manfaat ilmu yang ada di dunia Islam. Keadaan
inilah yang akhirnya khazanah ilmu pengetahuan harus berpindah dari dunia Islam
ke dunia non-Islam. Babak inilah yang menandai kemunduran dunia Islam, dan awal
zaman keemasan dunia Eropa. Kemunduran dinamika “intelektual muslim” disebabkan
tidak teraplikasikannya “nilai-nilai ijtihad yang distimuli al-Qur’an” di
tengah-tengah kehidupan umat Islam. Untuk itu fenomena ini hendaknya memberikan
nuansa sekaligus pemicu agar umat kembali kepada semangat intelektual Quranik,
jika ingin mengembalikan zaman keemasan pendidikan “Islam tempoe dahulu”, guna
mengembalikan zaman keemasan pendidikan dan membangun kebudayaan dunia Islam
modern secara adaptik dan komprehensif. (nalah_aagun - AFM)
Kembali ke Sejarah Peradaban Islam di
Eropa 1
Daftar
Pustaka:
-As-Siba’i Mustafa, Peradaban
Islam Dulu, Kini dan Esok. Gema Insani Press, Jakarta, 1993
-Yatim Badri, Sejarah Peradaban
Islam, PT Gravindo Persada, 2003
-Majid Mun’im Abdul, Sejarah
Kebudayaan Islam, Pustaka, 1997
-Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam
Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam,Logos
Wacana Ilmu, Jakarta, 1996.
-Sunanto Musyrifah, Sejarah
Islam Klasik, Jakarta Timur, Penada Media, 2003
-Suwito, Sejarah Sosial
Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2005
-Dean Derhak, Muslim Spain and
European Culture, [muslimheritage.com]
-Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban
Islam: Dari masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta. LESFI, 2004
1. Syalabi, Sejarah
dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Jakarta, Pustaka Alhusna, 1983
_________, Mausu’ah al-Tarikh
al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, Kairo: Maktabah
al-Mishriyah, 1979.
-Philip K. Hitti, History of the
Arab, London, Macmillan Press, 1970
-Carl, Brockelmann, History of
the Islami Peoples, London, Rotledge & Kegan Paul, 1980
-Bertol Spuler, The Muslim
World: A Hisrorical Survey, Leiden: E. J. Bril, 1960
-Thomas W. Arnold, Sejarah
Da’wah Islam, Jakarta, Wijaya, 1983
-K. Bertens, Ringkasan Sejarah
Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 1986
-Mahmudunnasir, Islam Its
Concept & History, New Delhi, Kitab Bravan, 1981
-S. M. Imaduddin, Muslim Spain:
711-1492 A.D, Leiden, E. J. Brill, 1981
-David Wessenstein, Politics and
Society in Islami Spain: 1002-1086, New Jersey: Princeton University
Press, 1985
-Jurji Zaidan, Tarikh
al-Tamaddun al-Islami, juz III, Kairo: Dara l-Hilal, tt
-Musyrifah Sunanto,Sejarah Islam
Klasik, Jakarta Timur, Penada Media, 2003
-W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam:
Kajian kritis dari tokoh orientalis. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990
-Harun Nasution, Islam ditinjau dari
berbagai aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985
-Lutfi abd al-Badi, al-Islam fi
Isbaniya, Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1969
-Masjid fakhri, Sejarah Filsafat
Islam, Jakarta: Pustaka jaya, 1986
-Zainal Abidin Ahmad, Riwayat
Hidup Ibn Rusyd, Jakarta, Bulan Bintang, 1975
Catatan Kaki:
[1]Suwito, Sejarah Sosial
Pendidikan Islam,( Jakarta, Kencana. 2005). hlm. 109
[2]Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, Rajawali Pers. 2004), hlm.
87
[3]Dean Derhak, Muslim Spain
and European Culture, [muslimheritage.com]
[4]Siti Maryam, dkk., Sejarah
Peradaban Islam: Dari masa Klasik hingga Modern. (Yogyakarta. LESFI, 2004).
hlm. 83
[*]Bani Umayyah (bahasa Arab: بنو أمية, Banu Umayyah, Dinasti Umayyah) atau Kekhalifahan Umayyah, adalah
kekhalifahan Islam pertama setelah masaKhulafaur Rasyidin yang memerintah dari
661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus); serta
dari 756 sampai 1031 di Cordoba, Spanyol sebagai Khalifah Cordoba. Nama dinasti
ini dirujuk kepada Umayyah bin “abd
asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin
Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I. [wikipedia]
[5]Siti Maryam, dkk., Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 69
[6]Suwito, Sejarah Sosial
Pendidikan Islam, hlm. 110
[7]A. Syalabi, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Jilid 2, (Jakarta, Pustaka Alhusna, 1983), hlm. 154
[8]Philip K. Hitti, History of
the Arab,( London, Macmillan Press, 1970), hlm. 493
[9]Carl, Brockelmann, History
of the Islami Peoples, (London: Rotledge & Kegan Paul, 1980), hlm. 83
[10]A. Syalabi, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, hlm. 161
[11] Philip K. Hitti, History
of the Arab, hlm. 628
[12]Carl, Brockelmann, History
of the Islami Peoples, hlm. 14
[13]Bertol Spuler, The Muslim
World: A Hisrorical Survey,( Leiden: E. J. Bril, 1960), hlm. 100
[14]Thomas W. Arnold, Sejarah
Da’wah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1983), hlm. 118
[15]Mahmudunnasir, Islam Its
Concept & History, (New Delhi: Kitab Bravan, 1981), hlm. 214
[16]S. M. Imaduddin, Muslim
Spain: 711-1492 A.D, (Leiden: E. J. Brill, 1981), hlm. 9
[17]S. M. Imaduddin, Muslim Spain:
711-1492 A.D, hlm. 13
[18] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 96
[19]A. Syalabi, Sejarah dan
Kebudayaan Islam, hlm. 158
[20]Suwito, Sejarah Sosial
Pendidikan Islam, hlm. 111
[21]David Wessenstein, Politics
and Society in Islami Spain: 1002-1086, (New Jersey: Princeton
University Press, 1985), hlm. 15-16
[22]Ahmad Syalabi, Mausu’ah
al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, (Kairo:
Maktabah al-Mishriyah, 1979), hlm. 41-50
[23]Jurji Zaidan, Tarikh
al-Tamaddun al-Islami, juz III, (Kairo: Dara l-Hilal, tt), hlm. 200
[24]Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 96
[25]Musyrifah Sunanto,Sejarah Islam
Klasik, Jakarta Timur, Penada Media:2003, hlm 119
[26] Philip K. Hitti, History
of the Arab, hlm
[27]W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam:
Kajian kritis dari tokoh orientalis. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), hlm.
217-218
[28]Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 98
[29]Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh
al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, hlm. 76
[30]Harun Nasution, Islam ditinjau dari
berbagai aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm 82
[31]Lutfi abd al-Badi, al-Islam
fi Isbaniya, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1969), hlm. 38
[32]Masjid fakhri, Sejarah
Filsafat Islam, (Jakarta: Pustaka jaya, 1986), hlm. 357
[33] Mehdi Nakosteen, Kontribusi
Islam atas Dunia Intelektual Barat, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), hlm.
241
[34]Ahmad Syalabi, Mausu’ah
al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, hlm. 76
[35]Mehdi Nakosteen, Kontribusi
Islam atas Dunia Intelektual Barat, hlm. 245
[36] Mehdi Nakosteen, Kontribusi
Islam atas Dunia Intelektual Barat, hlm. 243
[37] Mehdi Nakosteen, Kontribusi
Islam atas Dunia Intelektual Barat, hlm. 243
[38] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 103
[39] Mehdi Nakosteen, Kontribusi
Islam atas Dunia Intelektual Barat, hlm. 261
[40] Mehdi Nakosteen, Kontribusi
Islam atas Dunia Intelektual Barat, hlm. 245
[41] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 104
[**]Giralda dulunya
adalah sebuah menara mesjid yang ditukar menjadi sebuah menara lonceng gereja
di Seville. Menara ini adalah 104.5 m (343 ft) pada ketinggan dan ia adalah
salah satu simbol terpenting dalam bandar zaman pertengahan Seville.
[wikipedia]
[42] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 105
[43]Masjid fakhri, Sejarah
Filsafat Islam, hlm. 357
[44]Lutfi abd al-Badi, al-Islam
fi Isbaniya, hlm. 10
[45] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 107
[46] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, hlm. 107
[47] Lutfi abd al-Badi, al-Islam
fi Isbaniya, hlm. 25
[48] Ahmad Al-Usayri, Sejarah
Islam, (Jakarta: Akbar, 2004), hlm. 345
[49] Ahmad Al-Usayri, Sejarah
Islam, hlm. 346
[50] Philip K. Hitti, History
of the Arab, hlm. 526-530
[51] S.I. Poeradisastra, Sumbangan
Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern (Jakarta: P3M, 1986), hlm. 67
[52]Zainal Abidin Ahmad, Riwayat
Hidup Ibn Rusyd, (Jakarta: Bulan Bintan: 1975), hlm. 148-149
[53]K. Bertens, Ringkasan
Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 32.
[54] S.I. Poeradisastra, Sumbangan
Islam kepada Ilmu dan Peradaban Modern, hlm. 77
Sumber:
https://www.facebook.com/notes/pejuang-islam-sejati/sejarah-peradaban-islam-di-eropa-711m-1492m/10152074297305843/
dan Wikipedia □□□