Thursday, November 28, 2019

Kisah inspiratif Elizabeth di Indonesia



KATA PENGANTAR

Bahan penulisan “Kisah inspiratif Elizabeth di Indonesia” ini diambil dari posting Abu Aman dan pengamatan penulis dari video youtube yang disampaikan oleh Elizabeth Gilbert dalam wawancaranya dengan Oprah Winfrey - seorang pembawa acara talk show terkenal di TV Amerika, diberi judul “Elizabeth Gilbert's Life-Changing Story from Indonesia (That You Haven't Heard).”

Hal inilah yang akan dipaparkan blog ini sebagaimana diuraikan sebagai berikut diwah ini.



KISAH INSPIRATIF ELIZABETH
DI INDONESIA
Oleh: A. Faisal Marzuki



PENDAHULUAN

S
iapa Elizabeth  yang nama lengkapnya Elizabeth  Margaretta Maria Gilbert? Ia sering dipanggil dengan nama Elizabeth Gilbert adalah  seorang novelis terkenal yang karya tulis novel berjudul Eat, Pray, Love. Dari karya tulis novelnya pernah menduduki daftar ‘New York Times Best Seller' selama 199 minggu atau hampir 4 tahun lamanya.

Kisah seorang perempuan Amerika,  bernama Elizabeth Gilbert ini, menceritakan bagaimana perjalanan hidupnya selama berada di Indonesia. Yaitu pengalaman hidupnya yang telah mengubah hidupnya yang belum pernah Anda dengar sama sekali, sungguh menarik.

Bahan ini diambil dari wawancara Oprah Winfrey - seorang pembawa acara “talk show” terkenal di TV Amerika, diberi judul “Elizabeth Gilbert's Life-Changing Story from Indonesia (That You Haven't Heard)."


KISAH INSPIRATIF YANG MEMBUAT HAPPY ENDING

S
eperti judul diatas, Elizabeth Gilbert mengatakan di pulau nelayan terpencil inilah, pandangan hidupnya telah berubah drastis, sangat positif. Seperti kita tahu, Elizabeth traveling ke luar negeri karena hidupnya mengalami tekanan kejiwaan yang sangat dalam, depresi berat. Perlu situasi baru yang akan membuatnya lebih tenang.

Di salah satu pulau di Indonesia ini dia menyewa rumah bambu, dan melewati hari-hari galaunya dengan jalan kaki keliling pulau pada pagi dan sore hari.

Pada awalnya Elizabeth banyak menangis sepanjang tinggal di sini. Ketika dia jalan kaki keliling pulau dimana dia tinggal, dia selalu melewati rumah seorang nelayan muslim yang istrinya berjilbab. Sang istri selalu tersenyum ketika Elizabeth lewat, bahkan belakangan seperti menunggu Elizabeth lewat setiap hari. Dia tidak dapat mengerti dan bercakap dalam bahasa Inggris, Sebaliknya begitu pula Elizabeth yang hanya bisa bahasa Inggris sebagai bahasa ibunya.

Suatu ketika, Elizabeth sakit parah, berhari-hari di rumah bambunya. Dia sedih sekali, karena tidak ada seorangpun yang dia kenal di pulau ini. Bahkan dia hidup tanpa jaringan internet sehingga para sahabatnya pun tidak tahu nasibnya.

Dalam keputusasaan kesendiriannya itu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Muncul sang istri nelayan ini. Dengan bahasa yang tidak Elizabeth pahami perempuan itu memeriksa kondisi tubuh dirinya yang sakit. Dia pergi sebentar, lantas kembali membawa nasi dan obat yang diracik dari bahan tumbuhan (herbal) sebagai obat.

Perempuan itu menemani Elizabeth makan dan memeluknya akrab. Perempuan ini tahu bahwa Elizabeth dalam dalam kesendiriannya mempunyai masalah, karena tidak muncul lagi berkeliling pulau seperti biasa. Elizabeth sungguh tak menyangka perempuan ini begitu perhatian dengan dirinya.

Di puncak titik sakit akibat tekanan depresi yang sangat berat itu Elizabeth menyadari kesalahannya selama ini. Masalah hidup membuat dirinya mengisolasi diri. Padahal yang dia butuhkan adalah hubungan silaturahim dengan orang lain.

"Dia tidak hanya menyembuhkan saya, tapi mengajari saya, yakni  jangan sendirian dan jangan sombong -cuĕk dengan orang lain. Lihat orang lain dan biarkan dirimu dilihat oleh orang lain. Bantu orang lain dan biarkan dirimu dibantu orang lain. Buat kontak dan terbuka untuk kebaikan orang lain," kata Elizabeth.

Nah, kenapa Elizabeth baru cerita soal ini sekarang?

Pertama, menurut Elizabeth, sejak tragedi September 11, banyak orang takut dengan Islam termasuk dengan orang Islam Indonesia. Disini Elizabeth ingin mengatakan justru di Indonesia dia berjumpa muslim yang dia sebut sebagai orang paling baik yang dia kenal.

"Dia memeluk saya (dalam keadaan saya sakit yang butuh perhatian dan perawatan dan kehangatan dalam kesendiriannya) dengan rasa aman ketika saya sangat ketakutan, dan dia membantu saya menjadi sembuh (baik pisik maupun mental). Dia menjadi contoh bagaimana kita semestinya saling care (peduli) satu sama lain di dunia ini, sementara orang merasa ketakutan dengan dunia Islam (yang dianggap salah satu teroris, karena mayoritasnya Islam), saya selalu memikirkan dia (yang telah menolong proses kesembuhan diri saya)," ujarnya.

Kedua, secara umum Elizabeth melihat orang-orang modern kini hidup dalam ketakutan, penuh curiga. Mereka ibarat mengisolasi diri sendiri dari permasalahan hidup, justru itu salah. Sifat yang hangat serta terbuka dari seseorang akan menyelamatkan diri mereka, bukan dengan mengunci diri di rumah.

Di akhir kesannya, Elizabeth memiliki solusi bagi permasalahan hidup banyak orang. Dia meminta semua orang mengambil falsafah hidup para traveler (pelancong, wisatawan),  bertemu dengan banyak orang dan hidup saling bantu membantu. Dengan begitu kita saling mengatasi masalah satu sama lain.

"Saya ingin hidup di dunia yang penuh dengan orang yang saling berpapasan di sepanjang jalan, lalu bertegur sapa. Sahabatku, siapa namamu, bagaimana kita saling bantu-membantu? Untuk itu kita semua mesti menjadi pengelana di dunia, di suatu masyarakat, dan dalam pikiran kita. Kita ibarat berjalan ke sisi dunia lain, saling mengetuk pintu rumah dan membiarkan orang lain masuk dalam kehidupan kita," tutupnya.

Sungguh kisah yang inspiratif! Sebuah norma-norma filsafat hidup orang Indonesia yang pantas diteladani dari seorang yang berada di sebuah desa nelayan. Yaitu tersimpan baik dalam pribadi seorang istri nelayan muslim, menunggu seorang Elizabeth Gilbert menemukannya, yang selanjutnya untuk diceritakan ke seluruh dunia - seperti apa yang dialami oleh Elizabeth Gilbert ini.


PENUTUP

A
khirul kalam sebagai penutup hal ini mengingatkan saya kepada sebuah ayat al-Qur’an mengatakan yang artinya: Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (lita'ārafū) satu sama lainnya. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. [QS Al-Hujurāt 49:13]

Apa arti dan makna berta’aruf dalam ayat al-Qur’an ini?

Prinsip Ta’aruf ini meliputi: Ta’aruf; Tafahum; Ta’awun dan Itsar atau boleh disingkat sebagai ‘3T1I’. Maknanya adalah (T) Ta’aruf, yakni saling mengenal; (T) Tafahum, yakni saling memaklumi latar belakang hidup, keyakinan dan pandangan hidup; namun dapat melakukan (T) Ta’awun, yakni kerja sama dalam masalah hubungan sesama manusia; (I) Itsar,  yakni tidak saling bertengkar, tidak saling membenci, tidak saling memusuhi, tidak saling memerangi. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM



SUMBER:
https://www.facebook.com/abu.amman/videos/10219364911860719/
https://www.youtube.com/embed/u2VsB5rQFGM□