Tuesday, January 12, 2016

Taragak Jo Kampung Danau Maninjau



 
D
anau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam.
Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.
Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.
Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau   merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau
Maninjau terdapat fasilitas wisata, seperti Maninjau Indah Hotel, Hotel Pasir Panjang Permai dan penginapan lainnya serta restoran. Kalau kita melihat keindahan danau maninjau ini di atas bukit atau di jalan kelok 44, pada saat sore hari cuaca tidak terlalu mendung, kita akan mensaksikan peristiwa yang indah, danau maninjau airnya seperti naik ke langit melewati celah cahaya yang tembus. Di danau maninjau ini kita akan menjumpai beberapa makanan khas daerah maninjau seperti palai rinuak, pensi, dan masih banyak lagi yang dapat kita jumpai di pinggir tepi danau maninjau ini.
Ditempat ini khususnya Sungai Batang dan Tanjung Sani melahirkan pula tokoh-tokoh agama dan dunia seperti Buya Hamka. Buya Hamka menulis tafsir Al-Azhar berjilid-jilid. Ketika mudanya penulis buku novel  antara lain Merantau ke Deli, bercerita tentang pengalaman hidup perantau Minang yang pergi ke Deli dan menikah dengan perempuan Jawa. Novelnya yang lain Tenggelamnya Kapal Van der Wijck juga bercerita tentang kisah anak perantau Minang yang pulang kampung. Di kampung, ia menghadapi kendala oleh masyarakat adat Minang yang merupakan induk bakonya sendiri. Buya Hamka juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia perioda 1977-1981. [1]
Marzoeki Jatim (sering ditulis juga Marzuki Yatim), pengarang buku-buku pengajaran agama Islam untuk sekolah umum dan rumah tangga yang tersusun dari 19 buku. [2] Beliau juga sebagai anggota DPR (1959-1968), Menteri Penghubung Pemerintah dan Alim Ulama (1966). Juga sebagai co-founder pendirian Partai Parmusi. [3] dan anggota Rabithah Alam Islami yang berpusat di Makkah, Saudi Arabia (1968-1976). Rabithah Alam Islami yang didirikan oleh Raja Al-Faishal adalah organisasi yang juga dikenal dengan nama Liga Dunia Islam adalah lembaga Islam non-pemerintah terbesar di dunia. [4] □ AFM


Catatan Kaki:

[1] http://mui.or.id/sekilas-mui

[2] Edjaan Quran, Batjaan Quran, Edjaan Indonesia huruf Arab, Batjaan Indonesia huruf Arab, Ibadah I, Ibadah II, Akaid I, Akaid II, Akaid III, Fikih I, Fikih II, Fikih III, Achlak I, Achlak II, Achlak III, Tarich Nabi Muhammad (saw) I, Tarich Nabi Muhammad (saw) II, Nabi-Nabi I, Nabi-Nabi II.

[3]http://gasbiindo.com/2015/10/18/gasbiindo-pendiri-parmusi-dan-ppp/

[4]http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jumat/14/09/19/nc4tw828-mengenal-rabithah-alam-islami

Sumber: 
wayangnusantara1 dan sumber-sumber lainnya.