Monday, February 24, 2020

Kehatihatian Dalam Berniat




KATA PENGANTAR

Kehati-hatian dalam berniat. Kanapa harus berhati-hati? Kan, kita telah menjalankan sebagaimana agama mengajarkan.

Sebuah hadits mengingatkan kita yang artinya: “Amal (perbuatan, pekerjaan) itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya…” (HR Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits).

Untuk itu mari ikuti pembahasannya sebagaimana yang akan dipaparkan sebagai berikut.



KEHATI-HATIAN DALAM BERNIAT
Oleh: A. Faisal Marzuki

Siapa yang menanam dia akan memetik hasilnya; Apa bentuk tanamannya, itu pulalah yang akan didapatnya. [Ahmad F. Marzuki]

P
ernahkah kita bersedekah karena berharap mendapat harta sepuluh kali lipat dari jumlah yang diinfakkan? Atau, bersedekah agar penyakit disembuhkan, jodoh didekatkan, bala bencana dijauhkan?

Sebenarnya segala hal yang disebutkan di atas memang benar merupakan keuntungan dari perbuatan bersedekah, namun celakalah kita jika menjadikan keuntungan "sampingan" tersebut justru sebagai niatan utama dalam beramal shaleh.

Jangan-jangan kita takkan mendapat kebaikan apapun di akhirat kelak, karena balasannya sudah Allah lunaskan di dunia ini, sebagaimana apa yang kita niatkan sebagai niatan utama - sadar atau tidak sadar. Allah swt mengingatkan dalam Firman-Nya yang artinya:

Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna), dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana (akhirat) apa yang telah mereka usahakan (di dunia), dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan? (QS Hūd 11:15-16)

Sama halnya seperti seorang yang menuntut ilmu agama sampai ke universitas besar dan terkenal di dunia atau dimanapun, namun hanya dengan niatan agar bisa mendapat pekerjaan dengan gaji layak atau niat ingin dipandang sebagai seorang yang berilmu. Bukankah hal ini justru menunjukkan kebodohannya? - kalau hanya semata karena dunia (hawanafsu dunia). Sebagaimana diingatkan dalam sebuah hadits yang artinya:

Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya untuk mengharapkan wajah Allah Ta’ala, akan tetapi dia tidak mencari ilmu kecuali untuk mendapatkan bagian dari kekayaan dunia maka dia tidak akan mendapatkan wanginya surga pada hari kiamat kelak. (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah)

Atau, seseorang yang berdakwah menyampaikan kebaikan dan ayat-ayat Allah pada banyak orang, jamaah, dan majelis taklim, namun dengan mengharapkan amplop atau penghargaan serta pujian semata, sehingga ia amat murka manakala tak memperoleh imbalan yang diharapkan.

Na’udzubillah min dzalik, bukankah amat merugi jika kehendak duniawi (egodiri) kita jadikan latar perbuatan amal shaleh yang dilakukan? Hal ini diingatkan pula dalam Firman-Nya yang artinya:

Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apapun (karena niat atau perhatiannya hanya dunia). (QS Al-Baqarah 2:200)


Bukannya Allah “tidak ridho”, melainkan ulah perbuatannya sendiri itulah yang didapatnya sebagaimana niatnya sendiri - sadar atau tidak sadar, sebagaimana seperti disebutkan dalam Surah Al-Baqarah 2:200 diatas. 

Digaris bawahi lagi oleh Rasul Allāh (dibaca rasulullāh) saw yang diutus-Nya untuk membimbing ummat ke jalan sukses (shirōthol mustaqīm) yang artinya: “Amal (perbuatan, pekerjaan) itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya…” (HR Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits). 

Sebaiknya doa yang lengkapnya adalah sebagaimana lanjutan dari ayat Surah Al-Baqarah diatas yang artinya:

“Dan di antara mereka ada yang berdoa Rabbanā ātinā fid-dunyā hasanah wa fil ākhirati hasanah wa qinā ‘adzāban nār - Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Al-Baqarah 2:201)

Doa (niat) semacam itulah yang mesti dilakukan (yang di rekomendasikan-Nya) sebagaimana Firman-Nya yang arti: “Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan (dunia dan akhirat)”, Allah Maha cepat perhitungan-Nya, QS Al-Baqarah 2:202.
 

PENUTUP

"Siapa yang menanam dia akan memetik hasilnya; Apa bentuk tanamannya, itu pulalah yang akan didapatnya".

Niat itu seperti petani menanam. Mau nasi, tanam padi. Mau buah pisang, tanamlah pohon pisang dst. Maka berhati-hatilah dalam berniat, apa yang kita tanam itulah buahnya. Artinya tanamlah pohon kebaikan, maka hasil adalah buah kebaikan pula, sebaliknya menanam pohon keburukan, maka hasil yang akan dipetik keburukan jualah yang akan didapat - universal of the iron law of intention (hukum besi dari niat yang berlaku secara universal. Be wise, be intelligent. Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. Germantown, MD. 30 Jumādī Tsāni 1441 / 24 Februari 2020 M, 11: 34 US EST (Eastern Standard Time). □ AFM


Referensi:
Tafsir atau arti dari kutipan ayat-ayat Al-Qur’am diambil dari ALFATIH Al-Qur’an Tafsir Per Kata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir. □□