Oleh: Imam Shamsi Ali
(Judul Aslinya: Seputar Kasus Bom New York)
Parade Islam
internasional adalah salah satu penafsiran dari mental baja itu. Kami maju dan
tidak gentar menampilkan eksistensi kami. Eksistensi yang besar dan bangga
dengan agamanya, bangga dengan komunitas besarnya, dan juga bangga menjadi
bagian dari masyarakat Amerika yang besar.
D
|
alam beberapa hari terakhir ini kota New
York, jantung dunia, kembali mengalami sorotan tajam. Tidak saja bahwa hiruk
pikuk kampanye pemilu Amerika saat ini sedang melangit. Bayangkan, dua calon
presiden Amerika kali ini dianggap penduduk New York. Donald Trump dari
Republikan yang memang lahir dan besar di Jamaica New York. Daerah di mana saya
berdomisili saat ini. Dan Hillary yang dikenal sebelumnya sebagai Senator asal
New York. Dan memang setelah suaminya selesai menjabat presiden US memilih New
York sebagai kampung halamannya.
Apalagi
Senin depan ini kedua calon ini akan mengadu argumentasi pada debat kandidat
presiden yang pertama di Universitas Hofsra New York. Keduanya akan mengadu
kelihaian dan kekuatan alasan kenapa warga Amerika punya alasan untuk memilih
mereka.
Selain itu
karena mulai Minggu kemarin Sidang Majelis Umum PBB, hajatan akbar seluruh
negara-negara di dunia resmi dimulai. Hari ini Presiden Barak Obama akan
menyampaikan pidato terakhirnya di PBB sebagai presiden negata super power ini.
Sementara dari Indonesia diwakili oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla.
Dan kami
sendiri masyarakat Muslim New York tengah mempersiapkan perhelatan tahunan
akbar kami. United American Muslim Day Parade atau pawai Islam internasional
tahunan akan kami laksanakan minggu ini, 25 September di pusat kota Manhattan.
Parade kali ini diperkirakan akan diikuti oleh ribuan bahkan puluhan ribu warga
Muslim dan non Muslim.
Peledakan di
Manhattan
Dari sekian
peristiwa di atas, tidak kalah hebohnya adalah terjadinya ledakan bom rakitan
di kota Manhattan dua hari lalu (17 September 2016). Peristiwa ini terjadi
justeru di saat terjadi kebencian atau Islamophobia yang tinggi di Amerika,
sebagai akibat dari retorika politik anti Islam sebagian politisi Amerika.
Donald Trump misalnya tidak mengurangi keinginannya untuk melakukan tindakan
diskriminatif, yang jelas melanggar Konstitusi Amerika, jika terpilih.
Untungnya bahwa pada peristiwa kali ini tidak
ada yang meningal. Hanya ada sekitar 29 orang yang mengalami luka ringan.
Perkiraan saya karena memang pelakunya tidak profesional, ragu, atau mungkin
juga karena rakitan itu tidak memiliki kapasitas besar untuk membunuh. Tapi
bagaimanapun itu, hal ini merupakan peristiwa yang secara konsensus dikutuk oleh
semua pihak termasuk komunitas Muslim.
Setelah dua
hari pengejaran, yang tentunya perlu mendapat apresiasi tinggi, pihak
pengamanan New York yang terdiri dari berbagai badan intelijen dan kepolisian,
berhasil menangkap pelakunya. Seorang warga keturunan Afganistan (yang sudah
mendapat kewarganegaraan Amerika Serikat), berumur 28 tahun bernama Ahmad Khan
Rahami.
Yang menarik
adalah ternyata pelakunya tertangkap di sebuah tangga bar milik warga India di
New Jersey. Oleh pemiliknya diperkirakan jika malam sebelumnya sang Ahmad ini
telah minum dan mabuk sehingga tertidur hingga pagi hari di lorong bar
tersebut.
Dampaknya ke
komunitas Muslim
Kita kenal
bahwa dalam beberapa minggu terakhir ini saja ada beberapa peristiwa kekerasan
yang terjadi terhadap komunitas Muslim. Pembunuhan dua Imam asal Bangladesh di
Queens New York. Lalu seorang wanita juga asal Bangladesh meninggal setelah
ditusuk oleh seseorang. Beberapa hari lalu seorang turis wanita berpakaian
Islam, disulut api dari belakang. Dan banyak lagi kasus-kasus dengan kapasitas
yang berbeda.
Lalu
bagaimana dengan komunitas Muslim dan Islam itu sendiri?
Alhamdilllah,
dengan segala optimisme dan percaya diri saya ingin katakan kita melanjutkan
hidup dan perjungan sebagaimana biasa. Apapun yang terjadi semuanya adalah
kasus "penyelewengan" tidak saja kepada hak komunitas Muslim untuk
hidup aman dan nyaman. Tapi sejatinya penyelewengan besar pertama kali terhadap
konstitusi negara Amerika. Negara ini dibangun di atas konstitusi yang solid,
yang memberikan kebebasan dan perlindungan terhadap agama dan pemeluknya, tanpa
diskriminasi.
Selain itu,
hubungan komunitas Muslim dan pihak pengamanan sangat dekat. Bahkan beberapa
kali pihak kepolisian New York melakukan kerjasama dengan komunitas Muslim
dalam menangani hal-hal yang dianggap mengancam keamanan. Kerjasama dan saling
percaya inilah yang menjadikan pelaku pembunuhan Imam Akonjee maupun Sister
Nazma ditangkap dalam waktu yang singkat.
Artinya
kombinasi komitmen institusi dan kejelasan konstitusi itulah yang menjadikan
kami komunitas Muslim selalu percaya diri dan optimis. Bahwa
peristiwa-peristiwa saat ini, termasuk pemboman, akan berlalu sebagaimana
masa-masa lalu. Tentu karena keyakinan bahwa Allah akan selalu bersama dan
membela kebenaran dan keadilan.
Oleh
karenanya saya baik sebagai pribadi, maupun dalam kapasitas Imam dan ketua
Yayasan Muslim Amerika selalu mengingatkan kepada semua pihak agar menahan
diri. Masalah apapun yang terjadi jangan didramatisir, apalagi kadang dengan
ekspresi yang berlebihan. Karena hal ini, selain tidak memberikan solusi, juga
hanya akan menambah beban umat. Menumbuhkan rasa takut dan marah, yang pada
gilibnya bisa menimbulkan akibat yang lebih buruk.
Oleh
karenanya yang kami lakukan adalah usaha-usaha yang bersifat "solution
oriented". Melakukan pertemuan pimpinan umat dan agama. Juga melakukan
koordinasi dengan pihak pemerintah dan keamanan. Tapi yang terpenting adalah
membangun rasa aman dan optimisme umat agar jangan pernah mau terintimidasi dan
lemah dengan peristiwa ini.
Sebaliknya
justeru semakin yakin, optimis dan kuat. Dengan mental baja seperti ini
komunitas Muslim akan menjalani hidup dengan normal, bahkan semakin proaktif
dalam "menantang tantangan" (challenging
the challenge). Komunitas Muslim juga akan semakin berani mengambil
bahagian dalam kehidupan sentral dalam masyarakat mainstream Amerika.
Parade Islam
internasional adalah salah satu penafsiran dari mental baja itu. Kami maju dan
tidak gentar menampilkan eksistensi kami. Eksistensi yang besar dan bangga
dengan agamanya, bangga dengan komunitas besarnya, dan juga bangga menjadi
bagian dari masyarakat Amerika yang besar. Insya Allah! [New York, 21 September
2016]
Catatan:
Imam Shamsi Ali disamping sebagai Imam masjid
di New York juga sebagai Presiden Nusantara Foundation & Muslim Foundation
of America. □□□