Sunday, September 4, 2016

Akar Masalah Palestina dan Israel 2




Kita bisa memenangkan suatu “tujuan” dengan “kelicikan”, tetapi kita tidak bisa hidup dengan tenang dan damai melalui “kelicikan”. [A. Faisal Marzuki]


T

heodor Herzl dan usaha pendirian Negara Israel melalui Zionisme. Zionisme Herzl adalah sebuah gerakan politik bukan agama, ini yang membedakannya dengan Zionisme Herzl yang menganut Yudaisme. Pada dasarnya, tidak semua Yahudi merupakan Zionis, meskipun Zionis merupakan gerakan yang didirikan oleh salah seorang keturunan Yahudi. Untuk itu penulis ingin menyajikan fakta sejarah, yang membuktikan bahwa Zionisme merupakan suatu hal berbeda dengan Yahudi.


Biografi Singkat Theodor Herzl

Theodor Herzl lahir di Budapest, Hungaria pada 2 Mei 1960, ia merupakan anak kedua dari pasangan Jacob and Jeanette Herzl. Jacob Herzl (1836–1902) merupakan seorang Yahudi asal Serbia. Ia adalah seorang pengusaha Yahudi sukses pada masanya. Theodor mempunyai satu saudara perempuan bernama Pauline Herzl, yang lebih tua satu tahun dari dirinya. Namun, Pauline meninggal pada 7 Februari 1878, akibat sakit tifus.

Pada tahun 1878, Theodor masuk jurusan Hukum di Universitas Wina, tetapi setelah satu tahun kuliah di jurusan hukum, ia memutuskan untuk beralih ke jurusan jurnalistik. Setelah menyelesaikan studinya, ia bekerja untuk Allgemeine Zeitung of Vienna sampai tahun 1892. Setelah itu ia kemudian mengambil tugas di Paris sebagai koresponden Vienna Neue Freie Presse. Dalam kapasitasnya sebagai koresponden ia membuat laporan tentang kasus Dreyfus pada 1894.

Kapten Alfred Dreyfus, seorang perwira Yahudi di tentara Perancis, yang secara tidak adil dituduh melakukan pengkhianatan, terutama karena pada saat itu atmosfer anti-Semit yang begitu kuat. Theodor menyaksikan masa berteriak “Matilah orang-orang Yahudi” di Perancis, ia sangat terganggu atas sikap anti-semit tersebut, dan memutuskan bahwa hanya ada satu solusi: imigrasi massal orang Yahudi ke tanah yang dapat mereka sebut milik mereka sendiri. Dengan demikian, kasus Dreyfus menjadi salah satu penentu dalam genesis Politik Zionisme.


Pendirian World Zionist Organization

Pada tahun 1896, Herzl memulai karir politiknya dengan melakukan publikasi pamflet berjudul “the Jewish state: an attempt at a modern solution of Jewish question”. – “Negara Yahudi: Sebuah upaya solusi modern masalah Yahudi”. Kemudian pada tahun yang sama, ia membuat doktrin yang sistematis di dalam bukunya yang berjudul “Negara Yahudi” (Der Jundenstaat), Herzl percaya bahwa orang-orang Yahudi hanya memiliki sedikit pilihan selain untuk memulai mengumpulkan orang-orang Yahudi di satu wilayah yang mempunyai otoritas kedaulatan sendiri.

Untuk mencapai tujuan ini, ia menyelenggarakan Kongres Zionis Pertama, yang berlangsung di Basel, Swiss, pada bulan Agustus 1897. Pertemuan ini menandai berdirinya Organisasi Zionis Dunia, yang mana eksekutif organisasi ini menjadi perwakilan diplomatik dan administrasi gerakan Zionis dunia. Herzl menjadi presiden organisasi tersebut, dan  menempati posisi tersebut hingga kematiannya.


Usaha Pendirian Negara Israel

Zionisme merupakan suatu gerakan politik, yang sangat berbeda dengan Yudaisme Yahudi yang hanya berfokus pada kegiatan spiritual dan tidak mengenal program politik apapun. Zionisme sebagai gerakan politik, mempuyai prinsip-prinsip dan kepentingan yang berhubungan dengan kekuasaan. Pertama-tama, berlawanan dengan Yudaisme sebagai sebuah gerakan keagamaan, Herzl dalam pandangan-pandangan yang dikemukakannya, bersikap mengingkari agama secara radikal serta menentang dengan keras, semua orang yang merumuskan Yudaisme sebagai sebuah agama.

Dari prespektif Zionis, orang-orang yahudi merupakan sebuah bangsa. Hal ini dirasa masuk akal, karena perhatian utama Herzl sendri bukanlah menyangkut masalah keagamaan, tetapi justru masalah-masalah yang bersifat politik. Pola pikir tersebut dihasilkan setelah dirinya melihat langsung peristiwa Dreyfus. Sehingga ia bisa membuat kesimpulan:

Pertama: Orang-orang Yahudi, dimanapun juga mereka berada di permukaan bumi, di negara manapun juga mereka bertempat tinggal, akan tetap saja merupakan sebuah bangsa yang tunggal - (orang Yahudi dimana pun berada, tetap saja sebagai orang Yahudi).

Kedua: Mereka selamanya dan di mana saja selalu menjadi korban pengejaran.

Ketiga: Mereka sama sekali tidak dapat diasimilasikan oleh negara-negara di mana mereka telah bertempat tinggal sekian lamanya.


Sebagai implikasi dari ketiga kesimpulan ini, Herzl menginginkan tiga hal bagi bangsa Israel. Pertama, penolakan asimilasi di tengah bangsa Israel. Kedua, pendirian sebuah negara-bangsa Israel bagi orang-orang Yahudi yang berserakan di muka bumi. Negara-negara tersebut bukanlah kerajaan Tuhan, bukan pula pusat dakwah Yudaisme. Ketiga, Negara-Bangsa Israel harus didirikan di suatu daerah kosong atau dikosongkan.

Masalah terpenting dari ketiga poin di atas adalah daerah yang akan dijadikan negara bagi bangsa Israel tersebut. Inggris sebagai sekutu terdekat negara super power menawarkan negeri Uganda. Sementara, Baron Hirch menawarkan suatu daerah di Argentina. Namun, Herzl menolak kedua tawaran sekutu zionis tersebut. Ia lebih tertarik kepada Palestina, meskipun buka karena maksud atau demi niatan agama. Suatu hal pasti, Herzl ingin memanfaatkan Yudaisme sebagai bahan propaganda Zionisme.

Pilihan Herzl terhadap Palestina sebagai daerah bakal Negara Bangsa Israel sesungguhnya lebih didasarkan pada pertimbangan teknis. Pilihan terhadap Palestina diharapkan akan mengundang dukungan dari rabi-rabi Yahudi beserta kelompoknya. Karena, mereka merindukan berziarah ke tanah suci Zion, sekaligus memiliki harapan tentang terbentuknya kerajaan Tuhan. Seandainya hal ini terjadi, renacan mendirikan Negara-Bangsa Israel akan segera terlaksana dan terwujud. Herzl merasa kesulitan untuk mengajak bangsa Israel yang telah tersebar di Eropa, Asia, dan Afrika, dan Amerika untuk membangun kehidupan baru di negeri asing lain, seperti Uganda.

Demikian pembahasan Zionisme sebagai gerakan politik, organisasi yang dimotori oleh Theodor Herzl ini, merupakan pelopor dari ide pendirian negara Israel di tanah Palestina.


Pemikiran Theodor Herzl

T
heodor Herzl merupakan aktor sekaligus arsitek intelektual atas munculnya ide negara-negara Israel. Pada tahun 1896, Herzl berhasil merumuskan ideologi kebangsaan dan gagasan tentang sebuah negara merdeka bagi seluruh kaum Yahudi yang  tersebar di seluruh penjuru dunia. Tidak ada yang mengira seorang jurnalis, dapat berubah dengan cepat, menjadi seorang tokoh politik dan propaganda yang mempunyai jaringan dengan berbagai tokoh-tokoh dunia. Beberapa tokoh dunia itu antara lain Menteri Luar Negeri Jerman Von Bulow dan Kaisar Wilhelm II, Menteri Dalam Negeri usia Plehve, Kaisar Nicholas II, dan tentu saja Rothschild Family Presiden Federasi Yahudi Eropa.

Ide pembentukan negara untuk Yahudi ini, sebenarnya muncul ditengah semangat kebangkitan zionisme keagamaan yang diilhami tradisi Yudaisme. Pada batasan tertentu, Herzl memanipulasi Zionisme keagamaan kepada tujuan-tujuan politik keduniaan. Herzl menolak gagasan dan rumusan Yudaisme sebagai sebuah agama, sebagaimana yang diinginkan Zionisme keagamaan.

Ide Hezl ini kemudian dituangkan dalam sebuah buku berjudul. Der Judenstaat, yang berarti sebuah negara orang Yahudi. Buku ini dalam perkembangannya menjadi pedoman pendirian negara Israel. Namun tidak semua Yahudi mendukung ide Herzl ini. Protes yang ditujukan terhadap Zionisme, sebagai sebuah gerakan politik, telah disuarakan, bukan hanya para rabbi Yudaisme saja, tetapi juga beberapa orang Yahudi yang menjadi tokoh besar dunia: Einstein, Martin Buber, Presiden pertama Universitas Hebrew di Yerusalem, dan Prof. Judah L. Magnes.

Dikutip dari buku The Complete Diaries of Theodor Herzl yang ditulis Herzl sendiri, berbagai metode/strategi yang digunakan Herzl untuk melancarkan rencananya. Untuk menarik perhatian Yahudi yang ada di pedesaan, anda harus mengatakan kepada mereka beberapa cerita dongeng tentang kemungkinan mereka dapat memperoleh emas di sana(tanah negara Israel), ini salah satu metode yang digunakan Herzl agar Yahudi pedesaan mau berpindah tempat.

Di dalam buku tersebut, juga dijelaskan prosedur perencanaan untuk mendirikan suatu negara bagi bangsa Yahudi, yang terbagi menjadi tiga prosedur:

Prosedur Pertama: Penggalangan Dana besar-besaran melalului Sindikat lembaga-lembaga-lembaga keuangan.

Prosedur Kedua: Mulai dari mempublikasinya gagasan pindah ke tanah baru.  Usaha ini tanpa ada risiko apa-apa bagi anti-semit (Yahudi), malah suatau hal yang akan menggembirakannya. Dan ia akan berusaha mematahkan rintangan dari kaum oposisi liberal atas ancaman penggagalan rencananya.

Prosedur Ketiga: Melakukan Pendaftaran bagi yang berminat pindah ke tanah baru (Palestina)


Herzl juga tidak menyukai orang Yahudi yang dibaptis (memeluk agama Kristen), dan yang berasimilasi (anak hasil perkawinan campuran). Ia menyebut mereka dengan sebutan pengecut. Dalam tulisannya tersebut, ia mengatakan mereka akan tetap menerima manfaat lebih banyak dari mereka. Dalam menanggapi hal ini Herzl menyebut bahwa kaum mereka (zionis) adalah Yahudi yang beriman. Herzl mempunyai ide untuk menjadikan golongan anti-semit, sebagai teman yang bisa diandalkan untuk mencapai tujuan mereka, ia mengatakan negara anti-semit adalah sekutu mereka.

Hal ini didasari saat Herzl menyebarkan Propaganda pendirian negara Israel, tidak semua Yahudi menyetujui hal tersebut. Mereka yang tidak setuju akan hal itu, beranggapan bahwa pendirian negara Yahudi di Palestina akan mengakibatkan terjadinya pertikaian dengan penduduk asli yang telah mendiami tempat tersebut selama berabad-abad. Disamping itu gerakan Zionisme Herzl akan membangkitkan kecurigaan terhadap orang-orang Yahudi yang saat itu tersebar di seluruh dunia. Mereka akan dituduh mempunyai kesetiaan ganda dan kewarganegaraan yang rangkap.

Perlu diketahui pada saat itu iklim anti-semit (kebencian kepada bangsa-bangsa yang berasal dari timur-tengah, dalam hal ini bangsa Yahudi) di Eropa sedang memanas. Sehingga untuk melancarkan rencananya Herzl menggunakan negara-negara anti semit sebagai sekutu mereka. Strategi dengan menggunakan negara-negara anti semit ini, semata-mata agar Yahudi dapat berimigrasi secara terhormat. Dalam catatan harian Herzl tanggal 12 Juni 1895, mengatakan “It would be an excellent idea to call in respectable, accredited anti-semites as liquidators of property.” Maknanya dari perkataan Herzl itu adalah lebih kurang: bahwa dengan issu anti semit - anti kepada bangsa-bangsa yang berasal dari timur tengah, khususnya bangsa Yahudi sebenarnya ini kan menjadi ide yang sangat baik dan merupakan panggilan yang sungguh terhormat untuk memperoleh kembali tanah “asal”-nya, Palestine.

Pada tahun 1905, kota Kishinev berlangsung anarkisme yang mengakibatkan 50 orang Yahudi mati dan 200 orang luka-luka. Anehnya pemerintah Rusia tidak memberikan perlindungan, bahkan sejumlah oknum telah mendalangi peristiwa ini. Dalam ketidakpastian ini, lagi-lagi bangsa Yahudi dipaksa untuk menginggalkan rumah dan harta benda mereka guna mengadakan pengembaraan ke daerah baru. Di antara mereka, ada yang melarikan diri menuju Eropa Barat, Amerika, dan sebagian lainnya memilih pindah ke Palestina. Selama rentang masa antara tahun 1881 hingga 1914 diperkirakan sekitar 2,6 juta orang Yahudi keluar dari daerah kekaisaran Rusia.


Siapa yang menyangka, Herzl termasuk salah seorang propagandis anti semit di benua Eropa. Namun, pandangan Herzl tidak didasari sikap benci kepada Yahudi, melainkan memanfaatkan anti semit untuk mewujudkan rencananya. Herzl menganggap iklim demokratis dan toleran di Eropa dianggap tidak baik bagi rencana pembentukan negara Israel. Jika kita menggunakan logika, kita dapat memahami pemikiran Herzl ini. Kesejahteraan bangsa Yahudi di Eropa adalah penghalang utama bagi kepindahan masal mereka kelak ke Palestina. Sehingga ia memutuskan untuk menggunakan gerakan anti–semit, untuk menciptakan keresahan, ketidaknyamanan, dan ketakutan kaum Yahudi. Sehingga dengan kondisi seperti ini, bangsa Yahudi akan mendukung gerakan Zionisme untuk mendirikan suatu negara di Palestina.

Berikut dukungan Baron Chlomecki, ketua Parlemen Austria kepada Herzl

If your intention and the objective of your propaganda is to foster anti-Semitism, you may reach this objective. I am absolutely convinced that by such propaganda anti-Semitism will grow and that you will bring a bloodbath upon Jewry.


Jika niat anda dan tujuan segala propaganda yang anda lakukan adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan anti semit, maka dapat dicapai sasaran itu. Saya sepenuhnya yakin bahwa melalui segala macam propaganda yang demikian itu anti-semit akan tumbuh dan berkembang dan pada akhirnya anda akan menimbulkan pertumpahan darah pada segala yang menyangkut dengan keyahudian.
Kita dapat menelaah bagaimana strategi Herzl menggunakan anti-semit untuk memuluskan tujuannya dapat dikatakan berhasil. Karena setelah iklim anti-semit semakin memanas di Eropa, maka perpindahan Yahudi dari Eropa pun tidak dapat terelakkan. Dengan demikian Yahudi yang pada awalnya menolak gagasan pendirian negara Israel, perlahan-lahan akan mendukungnya. Demikian ulasan bagaimana pemikiran Herzl, dalam memanfaatkan iklim anti-semit di Eropa, sebagai senjata bagi pendirian Negara Israel.

Kejadian ini memberikan masukan pengetahuan kita bersama tentang gerakan Zionisme dan duduk soal hadirnya Negara Israel ini. Dengan itu kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa yang dicatat oleh sejarah perjalan suatu bangsa.

Demikianlah hal ikhwal dari pendirian Negara Israel di tanah Palestina. Selanjutnya pertikaian atau perang yang tidak seimbang dan berdarah-darah yang memakan korban “sejuta manusia” sampai detik ini belum ada yang sanggup memecahkannya, kendatipun negara-negara besar, terhormat, kuat, dan beradab sekalipun. Bahkan Dewan Keamanan Dunia, PBB yang terhormat yang mempunyai kekuasaan untuk itu - semestinya punya rasa malu, dengan belum atau tidak dapat mendamaikannya yang sudah hampir tujuh decade ini. Mudah-mudahan kedepan, Insya Allah, ada jalan keluar yang damai. Wallahu ‘Alam bish-Shawab. Billahi Taufiq wal-Hidayah. [AFM]




Daftar Kepustakaan:

Bakar, Abu. 2008. Berebut Tanah Suci Palestina (Yogyakarta: Insan Madani).
Coleman, John. 2013. Rohschild Dynasti: Mengungkap Garis Keturunan Zionis dan Strategi Nenek Moyang Mereka dalam Mengendalikan Dunia (Jakarta: Change Publication).
Garaudy, Roger. 1988. Zionis Sebuah Gerakan Keagamaan dan Politik (Jakarta: Gema Insani).
Hermawati. 2005. Sejarah Agama dan Bangsa Yahudi (Jakarta: Raja Grafindo Persada).
Herzl, Theodor. 1961. The Complete Diaries of Theodor Herzl (New York: Jewish Agency).
__________. 1988. The Jewish State (New York: Dover Publications)
Khalidi, Whalid. 1991. Before Their Diaspora: A Photographic of Palestians, 1876-1948, (Washington: Institute for Palestine Studies)
Kuncahyono, Trias. 2010. Jerusalem: Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir (Jakarta: Gramedia)
M. Lapidus, Ira. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam bagian ketiga (Jakarta: RajaGrafindo Persada).
Schoenman, Ralph. 2013. Di Balik Sejarah Zionisme (Yogyakarta: Mata Padi Presindo).

Jurnal
Jeffrey M. Bale, “political Paranoia v. Political Realism: on sitinguishing between bogus conspiracy theories and genuene conspiratorial politics,” Patterns of Prejudice, Vol. 41, No. 1, 2007,
Khan, Mubasshir. 2015. Anti Semitism: a weapon of Zionism dalam Asian Journal of Multidisciplinary Studies, (online) Vol 3, (www.ajms.co.in diakses 17 Maret 2016).

Sumber:

http://wawasansejarah.com/theodor-herzl-dan-negara-israel-part-1/
http://wawasansejarah.com/theodor-herzl-dan-negara-israel-part-2/
https://id.wikipedia.org/wiki/Semit[][][]