Kata Pengantar
Seumur hidup penulis tidak pernah membayangkan
adanya musibah dunia sedahsyat tahun 2020 ini yang biasanya ditimbulkan oleh
‘bencana alam’ seperti gunung meletus, banjir, tanah longsor, gelombang air
laut tsunami yang sifatnya lokal tidak mendunia seperti wabah pandemic virus
corona COVID-19 ini.
Khususnya Amerika dampak nyatanya dimulai bulan
Maret 2020, namun tindakan lockdown -
berdiam di rumah mulai tanggal 30 April. Artinya, sekolah dan perguruan tinggi serta kegiatan
ekonomi lainnya ditutup seperti mall, restoran, bioskop, bar dan nightclub
pertandingan olahraga, namun hal ini dianalisis terlambat hingga kini yang
terkena - menurut catatan pertanggal 6 Mei jam 15:12 EDT - yang terkena wabah telah mencapai sejuta lebih
(1,214,572) atau sebesar hampir 33% dari global (3,721,779). Telah pula
merenggut nyawa hampir 72 ribu (71.982) orang atau hampir 28% dari global
(260,487) melebihi prediksi sebelumnya yang diperkirakan 60 ribu sampai dengan awal
Agustus. Dengan data kematian seperti itu selanjutnya diperkirakan kematian
dari COVID-19 di Amerika akan mencapai dobel (2x lipat) yaitu 134 ribu.
Sementara obat dan vaksin pencegahnya belum ada,
maka apa yang dianjurkan Nabi Muhammad shallallāhu
‘alaihi wasallām lah yang terbaik yaitu isolasi (social distancing - jaga
jarak dan lockdown - berdiam di
rumah).
Setiap tindakan mempunyai konsekuensi
sebagaimana yang dikatakan Gubernur New York. Andrew Cuomo, dimana daerah
adminstrasinya terkana wabah COVID-19 yang paling parah, khususnya New York
City. Akibat dari kebijakan social distancing
dan lockdown ini menyebabkan tingkat pertumbuhan
ekonominya merosot dan pengangguran meningkat tajam, tapi hidup manusia
terjaga. Sebaliknya jika kebijakan social
distancing dan lockdown ini tidak
ada maka ekonomi akan berjalan seperti
biasa, tapi banyak warga yang terkapar wabah ini dan merengggut jiwa manusia
yang semakin meningkat, pilih mana? katanya.
Suasana ditempat penulis terlihat sudah
berlangsung selama 38 hari, lapangan parkir selalu penuh dan hampir tidak ada
orang yang keluar, seperti terlihat pada flyer terlampir diatas.
SOCIAL DISTANCING - jaga jarak
& LOCKDOWN -
berdiam di rumah
Oleh:
A. Faisal Marzuki
PENDAHULUAN
D
|
unia
Internasional telah dihebohkan oleh sebuah wabah yang sangat mengerikan pada
penghujung tahun 2019 yang lalu. Wabah tersebut dikenal dengan virus corona
(Covid-19) yang telah memakan korban ratusanribu nyawa manusia di seluruh
dunia. Melihat dari fakta, virus corona ini termasuk dari wabah yang sangat
mengerikan, karena penyebarannya yang sangat cepat dan mematikan bagi yang
dihinggapinya.
Jauh sebelum kasus ini muncul, telah
terdapat juga sebuah wabah yang dikenal dengan istilah tho’un. Lalu virus corona
(COVID-19) jenis baru penyakit menular yang sangat berbahaya ini bisa
dikategorikan sama dengan tho’un,
[1] walaupun
berbeda penamaan dan cirinya, penyakit ini sama-sama berbahaya dan menular yang
tidak bisa disepelekan.
Sejarah terjadinya penyakit-penyakit wabah
semacam tho’un sampai virus
corona ini, khususnya tho’un
sudah ditemukan sejak masa Nabi Muhammad saw bahkan jauh sebelum Nabi
diutus, yaitu pada zaman Bani Isra’il.
SOCIAL DISTANCING - jaga jarak
& LOCKDOWN - berdiam
di rumah
Dalam ranah Ajaran Islam, sangat penting
diperhatikan usaha apa saja yang berdampak positif dan negatif. Usaha yang
berdampak positif perlu dilakukan, sebaliknya usaha yang mengarah pada dampak
negatif harus ditinggalkan. Ini adalah kaidah universal yang harus dijadikan
pedoman umum, termasuk dalam hal menyikapi Virus Corona (COVID-19) ini.
Manusia lebih berharga dari materi
Usaha positif yang diajarkan oleh Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallām dalam
menangkal penyebaran wabah antara lain ialah dengan mengisolasi area wabah.
Apabila wabah sudah menyebar di suatu tempat, maka isolasi adalah langkah yang
diajarkan oleh Rasulullah shallallāhu
‘alaihi wasallām. Rasulullah shallallāhu
‘alaihi wasallām bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا
Artinya:
“Apabila kalian mendengar thā’ūn
(pes, lepra -
penyakit menular yang berbahaya atau mematikan) [1] di suatu negeri,
maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, namun jika ia menjangkiti suatu
negeri, sementara kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari
negeri tersebut.” (HR al-Bukhari).
Wabah thā’ūn
dalam Hadits tersebut adalah penyakit menular yang berbahaya atau
mematikan saat itu, sebab di masa lalu wabah yang populer dan
memakan banyak korban jiwa itu adalah thā’ūn
adalah jenis penyakit pes dan lepra, yaitu penyakit
menular
berbahaya yang mematikan sampai ribuan. Sedangkan hukum
isolasi sebagaimana yang disebutkan Hadits itu sendiri berlaku bagi semua
wabah, termasuk wabah ‘Virus Corona’ (COVID-19) dimana (nyawa) manusia lebih
berharga dari materi (ekonomi).
Isolasi (social
distancing - jaga jarak
(menggunakan masker dan sarung tangan), lockdown
- berdiam di rumah) ini dapat mencegah penyebaran wabah ke daerah lebih
luas, namun di satu sisi akan menyebabkan orang yang berada di daerah wabah
akan ikut terdampak wabah juga. Dalam hal ini kemudian Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallām bersabda
bahwa wabah tersebut akan menjadi siksaan bagi orang yang tidak beriman, tetapi
akan menjadi rahmat bagi mereka yang beriman. Bahkan seorang muslim yang
terkena wabah dan bersabar akan mendapatkan pahala, karena tidak menularkan
atau tidak ditularkan oleh orang lain, termasuk pahala mati syahid. Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallām bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ
Artinya:
“Dari ‘Aisyah radhiallāhu’anha,
istri Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallām
berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu shallallāhu ‘alaihi wasallām tentang
masalah tha’un (penyakit pes, lepra) lalu beliau mengabarkan
kepadaku bahwa tha’un (penyakit pes, lepra) adalah sejenis siksa
yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah
menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun
yang menderita tha’un lalu dia
bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan
mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah
menakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mati syahid.” (HR al-Bukhari).
Dengan demikian, sangat tidak tepat apabila ada
seorang muslim meremehkan adanya peredaran wabah atau justru melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan sabda anjuran Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallām di atas, misalnya dengan menampakkan
keberanian menolak untuk isolasi wabah. Tindakan ini pada hakikatnya bukan
keberanian melainkan kecerobohan yang menyebabkan bahaya bagi dirinya dan juga
bagi orang lain, karena daya tularnya luar biasa. Segala tindakan yang
mendatangkan potensi bahaya, secara Ajaran Islam (syari’ah) tergolong sebagai tindakan yang haram.
Demikian pula Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wasallām, meskipun beliau mengajarkan bahwa
tidak ada penyakit yang dapat menular dengan sendirinya tanpa kontrol dari
Allah subhāna wa ta’ālā, namun
di waktu yang sama beliau juga menginstruksikan agar yang sakit tidak bercampur
baur dengan yang sehat supaya tidak terjadi penularan. Beliau bersabda:
قَالَ أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُورِدُوا الْمُمْرِضَ عَلَى الْمُصِحِّ
Artinya:
Abu Salamah bin Abdurrahman berkata, Saya mendengar Abu Hurairah
dari Nabi shallallāhu ‘alaihi wasallām
beliau bersabda: “Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang
sehat”.
(HR
al-Bukhari).
Taat pada sabda yang berisi anjuran Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wasallām “do not leave and do not
visit infected area” bukan berarti takut (terhadap virus corona
COVID-19 selain pada Allah saja), justru Hadits
tersebut merupakan wujud pemahaman agama yang baik serta ikhtiar yang nyata
untuk berbuat baik pada sesama (supaya jangan tular menularkan). Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. Germantown, MD, 13 Ramadan 1441 H / 6 Mei 2020 M. □ AFM
Catatan Kaki:
[1] Pes atau
sampar (plague)
adalah penyakit menular pada
manusia yang disebabkan oleh ‘enterobakteria yersinia pestis’ (sebagaimana
bakteriolog Prancis A.J.E. Yersin). Penyakit
pes disebarkan oleh hewan pengerat (terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam
sejarah, dan telah menimbulkan korban jiwa yang besar.
Kusta (lepra, leprosy)
disebabkan oleh infeksi bakteri ‘mycobacterium leprae’. Penyakit
ini terutama mempengaruhi kulit, hidung dan
saraf perifer. Gejalanya
meliputi bercak kulit berwarna atau merah terang dengan sensasi berkurang, mati
rasa dan lemah pada tangan dan kaki.
Kusta atau lepra dapat ditandai dengan rasa lemah
atau mati rasa di tungkai dan kaki, kemudian diikuti timbulnya lesi pada kulit.
Kusta atau lepra disebabkan oleh
infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang
keluar saat batuk atau bersin. □□
Referensi:
Dari berbagai sumber. □□□