Wednesday, July 26, 2017

Ilmu Dalam Pandangan Islam





PENDAHULUAN

I
lmu dalam bahasa Indonesia merupakan serapan kata yang berasal dari bahasa Arab, ‘Ilmu. ‘Ilmu masdar dari ‘alima - ya’lamu yang berarti “tahu” atau “mengetahui”. Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, karena secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian:

Kamus Besar Bahasa Indonesia: Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu.

And English Reader’s Dictionary:“Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of fact” - Ilmu Pengetahuan adalah ilmu yang disusun dalam suatu sistim, terutama diperoleh dengan pengamatan dan pengujian fakta.

Webster’s super New School and Office Dictionary: “Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” - Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang sistematis yang diperoleh dengan studi, observasi, eksperimen.

Ashley Montagu menyebutkan bahwa bahwa, “Science is a systemized knowledge services from observation, study and experimentation carried on under to determine the nature of principles of what being studied.” - Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu sistim yang berasal dari pengamatan, study dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip hal yang sedang dipelajari.


Dalam berbagai pengertian diatas nampak bahwa Ilmu Pengetahuan adalah suatu sistem dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengetahuan tertentu. Disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu. Asas-asas itu adalah observasi, eksperimen dari gejala atau fakta yang kemudian dihubungkan berdasarkan pemikiran yang cermat dan teliti dan dapat dipertanggungjawabkan. Barulah setelah itu menjadi Ilmu atau Ilmu Pengetahuan.

Pada umumnya objek Ilmu Pengetahuan ada dua, yaitu “manusia” dan “diluar manusia” yang disebut “alam lingkungannya” atau “alam”. Para ahli mengelompokkannya menjadi Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Manusia. Willhelm Dilthey (1833-1911), menyebutkan nature-wissenschaft (Ilmu Pengetahuan Alam) dan geistis-wissenschaft (Ilmu Pengetahuan Manusia), seperti, sejarah, psikologi, sosiologi, hermeneutik).

Jadi pembagian Ilmu Pengetahuan secara klasik dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu natural science (ilmu alam) dan social science (ilmu sosial). Objek Ilmu Pengetahuan yang kita kenal selama ini adalah seperti yang disebutkan diatas.


ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM


Pengaruh dari menuntut ilmu sebagaimana Prof. Dr. Syed Naquib Alattas mengatakan: “Bahwa ilmu dalam arti maknanya pada diri seseorang menyebabkan berlaku perubahan berdasarkan ilmu yang diperolehnya”.



D
alam pemikiran ilmuan muslim seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ibnu Khaldun, mereka mengklasifikasikan ilmu menjadi dua kelompok juga, akan tetapi ciri dan asas pandang ajaran samawi masuk kedalam sistim ilmu ini, yaitu:

Golongan pertama disebut Ilmu Tanzilah

Ilmu Tanzilah, yaitu ilmu yang dikembangkan akal manusia terkait dengan nilai-nilai yang diturunkan Allah swt baik dalam kitab-Nya, Al-Qur’an maupun Al-Hadits Rasulullah saw, seperti Ulumul Qur’an, Ulumul Hadits, Usul Fiqh, Tarikhul Anbiya, Sirah Nabawiyah, dan sebagainya.

Masing-masing ilmu tersebut menghasilkan cabang-cabang ilmu lainnya, seperti Ulumul Qur’an melahirkan Ilmu Qiraat, Ilmu Asbabun Nuzul, Ilmu Tajwid dan sebagainya.


Golongan kedua disebut Ilmu Kauniyah

Ilmu Kauniyah, yaitu ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia, karena, interaksinya dengan alam, seperti: Ilmu yang terkait dengan “benda atau makhluk mati”, melahirkan Ilmu ke-Alam-an; Ilmu yang terkait dengan “benda atau makhluk hidup” seperti manusia melahirkan Ilmu ke-Manusia-an; Ilmu yang terkait dengan interaksi antar manusia melahirkan ilmu sosial.

Ilmu ke-Alam-an melahirkan ilmu-ilmu Astronomi, Fisika, Biologi, Kimia, Optik dan ilmu-ilmu bantunya seperti Matematika (termasuk angka), Aljabar (Al-Jabr), Algoritma. Dari ilmu-ilmu tersebut selanjutnya melahirkan teknologi arsitektur dan bangunan, kedokteran, obat-obatan, teknik mekanikal, robotik, kamera, komputer dan lainnya. Ilmu Humaniora melahirkan Ilmu Psikologi, Bahasa atau Tata Bahasa dan sebagainya. Ilmu Sosial melahirkan ilmu-ilmu: Politik, Ekonomi dan Perdagangan serta Hukum dan lain-lain.


Sumber Kebenaran Ilmu Pengetahuan

S
alah satu ciri ilmu pengetahuan adalah dalam mencari kebenaran adalah dengan menggunakan akal atau rasio. Dan memang manusia diciptakan Allah swt dengan dibekali akal dan alat-alat kognitif (pengenalan) lain dengan tujuan supaya manusia dapat mengadakan observasi, eksperimentasi dan rasionalisasi. Firman Allah swt mengatakan yang artinya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (menggunakannya). [QS An Nahl 16:78]

Sudah menjadi tugas manusia untuk mengolah dan memanfaatkan alam dengan segala isinya agar manusia dapat memakmurkan dan mensejahterakan hidupnya. Firman Allah swt mengatakan yang artinya:

dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Shaleh. Dia berkata: “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya (manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai alam - dengan ilmu dan berlandaskan ilmu tersebut digunakan untuk memakmurkan kehidupan manusia di bumi, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan memperkenankan (do’a hamba-Nya)." [QS Hūd 11:61]

Dalam mengolah dan memakmurkan alam dan kehidupan manusia, ilmu pengetahuan memegang peranan penting. Sedangkan ilmu tidak akan berkembang tanpa adanya akal, maka dengan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia dapat berubah dan membentuk alam menjadi sarana penghidupan yang lebih tinggi di dunia (berkebudayaan atau berperadaban). Disamping itu dalam memahami ajaran agama pun harus berdasarkan ilmu. Begitu banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an yang memotivasi manusia untuk memiliki ilmu pengetahuan dan di dalam Islam sendiri sangat dihargai keberadaan ilmu pengetahuan sesuai yang tertulis dalam  firman Allah swt yang artinya:

(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu)?" (Jawaban dari pertanyaan itu) Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran. [QS Az-Zumar 39:9]

Firman Allah swt yang lain, artinya:

Wahai orang-orang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu", maka berdirilah, (ajaran adab, sopan santun, dan kedisiplinan dalam berorganisasi dan bermasyarakat), niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui  apa yang kamu kerjakan. [QS Al Mujādalah 58:11]

Ilmu pengetahuan dengan segala tujuan dan artinya, banyak membantu manusia mencapai kehidupan yang lebih baik dan tinggi. Ilmu menghasilkan teknologi yang memungkinkan manusia dapat bergerak dengan cermat dan cepat, karena dengan ilmu dan teknologi manusia dapat mengubah wajah dunia dan mengubah cara bekerja dan berpikir serta dapat mengadakan perubahan-perubahan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman yaitu berperadaban dan tetap taqarrub (dekat dan patuh) kepada-Nya. Itulah esensi, manfaat dan kegunaan ilmu dalam ajaran Islam yang sadar sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Mahapenciptanya.


Kewajiban Menuntut Ilmu Sebagai Muslim

W
ahyu yang pertama turun kepada Nabi Muhammad saw memberi isyarat kepada manusia agar manusia belajar membaca dan menulis supaya memperoleh ilmu pengetahuan. Firman Allah swt dalam surat Al-‘Alaq, surat ke 96, ayat 1 s/d 5 yang artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha Mulia,
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena,
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dalam ayat lain Allah swt menyuruh manusia untuk memperdalam ilmu pengetahuan, yang terdapat dalam Firman Allah swt yang artinya:

Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab) jika kamu tidak mengetahui. [QS An-Nahl 16: 43]


Rasulullah saw bersabda yang artinya:

“Mencari ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”. [HR. Ibnu Majah]

Adapun kewajiban menuntut ilmu ada dua macam, yaitu:

a. Fardhu ‘Ain, yaitu kewajiban menuntut ilmu yang terkait dengan individu muslim tentang pokok-pokok ajaran agama yang termasuk dalam rukun Islam (ibadah mahdhah) atau ibadah khusus lainnya seperti rukun iman.

b. Fardhu Kifayah, yaitu kewajiban menuntut ilmu yang keberadaannya terkait dengan kepentingan masyarakat muslim dan masyarakat umum. Kewajiban ini tidak mutlak seluruh ilmu mesti dikuasai (melainkan bidang yang ia ingin kuasai saja - sehubungan dengan pekerjaan atau minatnya atau bakat). Dalam pengertian khusus, apabila ilmu yang diperlukan sudah terpenuhi, ditekuni oleh sejumlah ilmuan sehingga kebutuhan masyarakat tercukupi, maka terlepaslah kewajiban menuntut ilmu tersebut. Akan tetapi apabila masih kekurangan sehingga jalannya pembangunan masyarakat akan terganggu, maka kewajiban tersebut masih ada dan menjadi tanggung jawab keseluruhan untuk mencukupinya.


Makna Dan Hakekat Memiliki Ilmu

M
enuntut ilmu adalah hal yang wajib yang dilakukan manusia untuk memperluas wawasan sehingga derajat kita pun bisa terangkat. Ilmu juga membantu memecahkan kebutuhan dan persoalan hidupnya. Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang artinya:

Menuntut ilmu diwajibkan diatas orang Islam laki-laki maupun perempuan”.

Imam Syafi’i  mengatakan:

Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedang pena adalah pengikatnya. Maka ikatlah dengan tali yang kuat.

Diandai bahwa pengetahuan yang tidak dituliskan (dijadikan buku) yang diungkapkannya seperti berikut ini: Alangkah bodohnya jika kamu mendapatkan kijang, namun kamu tidak mengikatnya, hingga akhirnya binatang buruan itu lepas ditengah-tengah manusia.


Al-Qur’an Tentang Perlunya Ilmu

A
l-Qur’an - yang merupakan firman-firman Allah Ta’ala - Tentang Perlunya Ilmu. Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarahkan agar umatnya mau menuntut ilmu, seperti firman Allah swt dalam Al-Qur’an yang artinya:

Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu beberapa derajat. [QS Al-Mujādalah 58:11]

Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia; (demikian pula) para Malaikat dan Orang Yang Berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [QS Āli ‘Imrān 3:18]

dan katakanlah (berdo’a lah), “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku”. [QS Thāhā 20:114]

Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu)”. [QS Az-Zumar 39:9]


Hadits Tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

A
dapun salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dan hadits Abu Hurairah ra yang membahahas menuntut ilmu, sesungguhnya Nabi saw besabda yang artinya:

“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka umtuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan kesurga. Tiadalah suatu kaum yang berkumpul diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajari, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.”

Dari Abullah bin Mas’ud ra, Nabi Muhammad pernah bersabda yang artinya:

“Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan yang melimpah dan ia membelanjakannya secara benar. Kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berperilaku sesuai dengannya, dan mengajarkan kepada orang lain”. [HR Bukhari]

Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu”

“Mencari Ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. [HR Ibnu Abdil Barr]

Hadits “Menginginkan Kebahagian Dunia Akhirat Harus Wajib dengan ilmu”

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan Dunia, maka wajib baginya memiliki Ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib memiliki Ilmu. Dan barangsiapa menghendaki keduanya, maka wajib baginya memiliki Ilmu. [HR Turmudzi].

Hadits “Keutamaan Mencari Ilmu”

Barangsiapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang.” [HR Turmudzi]

Hadits “Kewajiban dan Keutamaan Menuntut Ilmu”

Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga.” [HR Turmudzi]

Hadits “Menuntut Ilmu”

Carilah Ilmu sejak dari buaian hingga keliang lahat” [Al-Hadits]

Hadits “Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an”

Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”. [HR Bukhari]

Hadits “Keutamaan Membaca Al-Qur’an”

Bacalah bagi kamu sekalian Al-Qur’an karena sesungguhnya Al-Qur’an itu akan datang pada Hari Kiamat sebagai penolong bagi para pembacanya.” [HR Ahmad dan Muslim].


Keutamaan Ilmu Pengetahuan

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang mene­rangkan bukti-bukti mengenai hal keutamaan ilmu pengeta­huan.  Diantaranya ialah firman  Allah ‘azza  wa  jalla yang artinya:

“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksanan”. [QS Āli ‘Imrān 3:18].

Perhatikanlah ayat diatas, bukankah untuk kesaksian itu dimulainya dengan Dirinya sendiri (maksudnya Allah), setelah itu golongan  malaikat, dan berikut orang-orang yang berilmu pengetahuan. Ini saja sudah cukup sebagai hal yang menunjukkan kemuliaan Allah ‘azza wa jalla dan keutamaan mereka (malaikat dan orang-orang yang berilmu).

Allah swt berfirman yang artinya:

“Allah mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”.  [QS Al-Mujadālah 58:11].

Katakanlah: “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu pengetahuan) dan orang-orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu pengetahuan)”. [QS Az-Zumar 39:9].

“Di antara hamba­-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama (scholar, orang-orang yang berilmu dan berilmu pengetahuan kebesaran dan kekuasaan Allah)”. [QS Fāthir 35:28].

Allah Ta’ala berfirman lagi yang artinya:

(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri (yang jujur dan berilmu pengetahuan) diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). [QS An-Nisā’ 4:83]

Jadi mengenai hukumnya dalam segala kejadian yang berlangsung senantiasa dikembalikan kepada orang-orang yang berilmu pengetahuan itu, bahkan martabat mereka itu disusulkan setingkat kemudian sesudah martabat para nabi dalam mengkasyafkan (menyingkapkan tabir) hukum Allah Ta’ala.

Adapun hadits-haditsnya yang berkenaan dengan keutamaan ilmu pengetahuan itu, diantaranya ialah sabda Rasulullah saw yang artinya:

“Barangsiapa  yang dikehendaki  baik oleh   Allah,  maka   ia dicerdaskan  dalam  hal  keagamaan  dan  diilhami  oleh-Nya  kepan­daian dalam hal itu”.

Diriwayatkan  oleh  Bukhari  dan  Muslim  dan  tambahan  kata-kata, “diilhami oleh-Nya kepandaian” itu  diriwayatkan oleh Thabrani.

Juga sabda beliau saw yang artinya:

“Para alim ulama (scholar, orang yang berilmu) adalah pewaris para nabi”. [Diriwayatkan  oleh  Abu  Dawud,  Tirmidzi,  Ibnu  Majah  dan  Ibnu Hibban].

Sudah  jelaslah   bahwa tiada  lagi   pangkat  yang  lebih tinggi  diatas  pangkat kenabian itu  dan  tiada kemuliaan yang  lebih tinggi    diatas pangkat  sebagai pewaris  beliau­ beliau itu.

Rasulullah  saw bersabda  pula yang artinya:

­“Apabila  aku didatangi oleh sesuatu hari dan aku tidak ber­tambah  ilmuku  pada  hari itu  yang dapat mendekatkan  diriku kepada Allah ‘azza wa jalla, maka tidak ada keberkahan untukku dalam terbitnya matahari pada hari itu”.

Diriwayatkan oleh Thabrani, Abu Na’im dan lbnu Abdilbar yang artinya: Dalam menjelaskan bahwa ilmu pengetahuan itu lebih utama dari pada ibadat dan penyaksian, Rasulullah saw bersabda:

“Keutamaan seorang alim diatas seorang ‘abid (orang yang beribadah) sebagaimana keutamaanku diatas serendah-rendah orang dari golongan sahabat-sahabatku”. [Diriwayatkan oleh Tirmidzi]

Cobalah perhatikan dengan seksama, betapa bernilai ilmu pengetahuan itu sehingga diseiringi de­ngan derajat kenabian. Dan betapa pula kerendahan sesuatu amalan yang luput dari  ilmu  pengetahuan, semestinya  yang beramal ibadah yang baik itu tentunya tidak boleh lepas dari pengetahuan cara beribadah yang senantiasa ia  kerjakan, sebab andaikata tanpa  pengetahuan perihal cara  peribadatan itu, pastilah  bukan ibadah  namanya.

Juga  sabda Rasulullah saw yang artinya:

Keutamaan orang yang berilmu diatas orang yang ber­ibadah itu seperti keutamaan bulan purnama diatas seluruh bin­tang-bintang lainnya”.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa-i dan lbnu Hib­ban: Salah satu diantara berbagai-bagai wasiat yang disampaikan oleh Lukman kepada puteranya ialah yang artinya:

Wahai anakku, pergaulilah para ‘Alim Ulama (Scholar) dan rapatilah - mereka itu dengan kedua lututmu, sebab sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menghidupkan hati dengan cahaya hikmat sebagaimana Dia menghidupkan bumi dengan hujan lebat dari langit”.


TUJUAN ILMU

P
ada dasarnya tujuan ilmu dalam (ajaran) Islam terdiri setidaknya ada 4 pokok utama yaitu sebagai berikut:

1.  Ilmu merupakan sarana dan alat untuk mengenal Allah swt Pencipta Manusia dan Alam sebagaimana yang disebutkan firman-Nya dalam Kitab Suci Al-Qur’an yang artinya:

“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu”. [QS Muhammad 47:19].

2. Ilmu akan menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan, sebagaimana sebuah Hadits yang diriwayatkan Turmudzi yang artinya sebagai berikut:

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan Dunia, maka wajib baginya memiliki Ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat, maka wajib memiliki Ilmu. Dan barangsiapa menghendaki keduanya, maka wajib baginya memiliki Ilmu.

3. Ilmu merupakan syarat utama diterimanya seluruh amalan seorang hamba, maka orang yang beramal tanpa ilmu akan tertolak seluruh amalannya. Sebagaimana sabda Nabi saw: “Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada perintah (ilmu)-nya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. [HR Muslim dari ‘Aisyah binti Abu Bakar].

4. Ilmu sebagai alat manusia khalifah [1] yang beribadah [2] kepada-Nya dengan tugas sebagai pemakmur bumi [3] yang dengan itu membangun peradaban agar manusia mendapat kebaikan hidup di dunia dan akhirat [4]. Sebagaimanan firman-Nya dalam Kitab Suci Al-Qur’an yang artinya:

[1] Dia (Allah)-lah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi. [QS Fāthir 35:39]

[2] Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan  agar mereka beribadah kepada-Ku (Allah) [QS Ath-Thūr 52:56]

[3] Dia (Allah) telah menciptakanmu dari Bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. [QS Hūd 11:61]

[4] Dan diantara mereka ada yang berdoa: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat, ...” [QS Al-Baqarah 2:201]


KESIMPULAN

D
alam pandangan Islam ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.

Ilmu yang benar menurut syari’at Islam adalah ilmu yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah (sabda dan perilaku Nabi saw) serta tanda-tanda kekuasaan Allah swt di alam semesta ini (ayat-ayat Kauniyah - yang di pelajari dan dibukukan sebagai Ilmu pengetahuan- sains).

Selanjutnya, dalam Al-Qur’an maupun As-Sunah kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk menuntut ilmu dan dihukumi wajib. Karena sesungguhnya ilmu merupakan syarat utama diterimanya suatu amalan.

Fungsi dan peran ilmu tiga di antaranya adalah sebagai sarana dan alat untuk mengenal Allah swt, sebagai penunjuk jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan, sebagai syarat utama diterimanya amalan suatu hamba.

Jadi, seorang ustadz, kiyai, guru dan profesor tidak dapat dikatakan sebagai seorang yang berilmu apabila tidak memiliki ciri-ciri berikut:
  • Memiliki rasa takut dan khasyyah yang tinggi kepada Allah swt, 
  • Selalu beramal sesuai ilmunya, 
  • Menyebarkan ilmu yang dimilikinya (tidak menyembunyikannya),
  • Tidak menjadikan ilmunya (dan ilmu agama) untuk mendapat  keuntungan dunia dengan cara yang diharamkan oleh agama,
  •  Selalu mengikuti yang terbaik dari apa yang didapatkan dan selalu mencari yang paling mendekati kebenaran, 
  • Ilmu sebagai alat mengembangkan teknologi yang dengan itu memperoleh alat dan cara untuk manusia dapat memakmurkan hidupnya di dunia (bumi).

Baik pula diketengahkan disini sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Hibban:

“Sungguh, malaikat akan meletakkan sayapnya (menaungi) para pencari ilmu kerana menyukai apa yang sedang dituntutnya. Orang berilmu selalu dimintai ampunkan oleh apa yang ada di langit dan dibumi sampai oleh ikan di air (sekali) pun”.

“Keutamaan orang berilmu dibanding dengan orang yang banyak beribadah seperti keutamaan bulan purnama dibanding dengan semua bintang. Para ulama pewaris nabi, mereka tidak mewarisi dinar dan dirham tetapi mereka mewarisi ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya berarti ia mendapat keuntungan yang banyak”.


Demikianlah uraian Ilmu Dalam Pandangan Islam, keutamaan dan manfaatnya bagi umat muslimin khususnya dan dampak baiknya yang diperoleh umat manusia pada umumnya. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM


Sumber Rujukan:
islamadalahrahmah.blogspot.co.id
masteralungsangpenaberbicara.blogspot.co.id
uharsputra.wordpress.com
annisawally0208.blogspot.com
dan sumber-sumber lainnya □□