KATA PENGANTAR
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal - lita’ārafū
(ta’aruf -
saling mengenal; tafahum - saling memahami; ta’awun - kerja sama; itsar - saling
membela dan tidak bertengkar). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah yang paling bertaqwa.” [QS Al-Hujarāt 49:13]
S
|
amuel P. Huntington terkenal karena
merupakan salah satu penasihat presiden Lyndon B. Johnson dalam Perang Vietnam,
termasuk penggunaan gas (bom) Napalm dan metode-metode lain untuk membunuh para
Vietkong. Tapi tentu saja tidak hanya Vietkong yang mati, rakyat biasa,
anak-anak dan wanita ikut tewas dalam pembantaian tersebut. Sehingga menjadikan
Samuel Huntington ikut bertanggung jawab atas kematian lebih dari 5 juta rakyat
Vietnam, Kambodia dan Laos. Kendatipun begitu perang dimenangi Vietnam Utara,
yang kemudiannya menyatukan Vietnam Selatan di bawah Vietnam Utara menjadi
kesatuan Vietnam dengan nama Republik Sosialis Vietnam.
Teorinya Samuel P. Huntington diuraikan
secara ilmiah dan rinci dalam bukunya yang terkenal, terbitan Simon &
Schuster, 1996: The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order.
Versi bahasa Indonesianya berjudul Benturan Antarperadaban dan Masa Depan
Politik Dunia Edisi Baru terjemahan M. Sadat Ismail, suntingan Ruslan
(Yogyakarta: Penerbit Qalam, Cetakan Keenam Januari 2003).
Apa yang Huntington maksudkan dengan
“peradaban”? Definisinya dalam bukunya agak rancu. Peradaban yang dia
jelaskan bisa terdiri dari negara dan kelompok sosial, seperti kelompok etnik
dan minoritas religius. Tapi peradaban bisa juga mengacu pada kedekatan
geografik dan persamaan bahasa. Yang tampaknya menjadi suatu kriterium utama
dalam definisinya tentang peradaban adalah agama yang paling dominan.
Berdasarkan definisinya yang agak rancu
tadi, dia mengidentifikasi beberapa peradaban utama dunia. Di antaranya,
peradaban Barat, dunia bagian Timur, dan peradaban Muslim.
Peradaban Barat mencakup beberapa
kawasan geografik. Ada Australasia, kawasan yang terdiri dari Australia,
Selandia Baru, Papua Nugini, dan pulau-pulau yang berdekatan di Samudera
Pasifik Selatan; Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada); dan Eropa (seperti
Inggris, Jerman, Perancis, Belgia, dan Belanda), termasuk Eropa Tengah dan
Eropa Timur-Tengah yang dominan Katolik. Ia mencakup juga Oseania, kawasan
geografik yang terdiri dari kebanyakan pulau yang lebih kecil di bagian barat
dan tengah Samudera Pasifik, yang mencakup juga Australia dan Selandia Baru.
Peradaban dunia bagian Timur adalah
suatu campuran peradaban penganut Buddhisme dan Hinduisme serta peradaban Sino
dan Jepang. Secara khusus, peradaban Sino terdiri dari penduduk China, Korea,
Singapura, Taiwan, dan Vietnam. Orang-orang China perantauan, terutama di Asia
Tenggara, tergolong pada peradaban Sino.
Peradaban Muslim mencakup penduduk
Timur Tengah, kecuali Armenia, Siprus, Etiopia, Georgia, Yunani, Israel,
Kazakhstan, dan Sudan. Ia mencakup juga Afrika Barat bagian utara, Albania,
Bangladesh, Brunei, Kepulauan Komoro, Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan
Kepulauan Maldives.
Huntington menolak kepercayaan luas
masyarakat Barat bahwa nilai-nilai dan sistem politik Barat bisa diterima dan
dipraktekkan di mana pun di dunia. Ini kepercayaan yang naif, tegasnya. Karena
itu, upaya tak henti-hentinya dari Barat untuk mendorong demokratisasi dan
terlaksananya norma-norma “universal” lainnya dari mereka akan menimbulkan
sikap bermusuhan peradaban-peradaban lainnya. Barat, lanjut Huntington, tidak
rela menerima sikap ini. Bukankah merekalah yang membentuk sistem
internasional, menulis undang-undangnya, dan memberi isinya dalam bentuk
Perserikatan Bangsa-Bangsa?
Huntington lalu mengidentifikasi suatu
pergeseran utama dari kekuasaan ekonomi, militer, dan politik dari Barat ke
peradaban-peradaban dunia yang lain. Pergeseran utama itu terjadi melalui
munculnya dua “peradaban penantang”: peradaban Sino dan Muslim.
Menurut Huntington, peradaban Sino di
Asia Timur tengah menegaskan diri dan nilai-nilainya dalam kaitan dengan
peradaban Barat. Apa penyebab penegasan diri peradaban Sino? Pertumbuhan
ekonominya yang cepat. Dia percaya tujuan khusus China dengan bertindak
demikian adalah untuk menegaskan kembali dirinya sebagai penguasa regional;
negara-negara lain di kawasan itu akan “membutuhkan” China. Mengapa? Sejarah
China dan negara-negara itu adalah sejarah tentang struktur komando hierarkis,
struktur yang menyiratkan pengaruh ajaran Konfusius (yang menekankan penguasaan
diri, kepatuhan pada hierarki sosial, dan ketertiban sosial dan politik)
di balik peradaban Sino. Struktur ini bertolak belakang dengan individualisme
(kepercayaan akan pentingnya kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat) dan
pluralisme yang dinilai tinggi di Barat.
Berbagai Kritik atas Teori
Huntington
Teori politik Samuel P. Huntington
tentang benturan antarperadaban mendapat berbagai kritik. Ringkasan kritik
beberapa di antaranya demikian:
- Akar benturan antarperadaban adalah afisiliasi tunggal, seperti penganut Hinduisme yang melawan penganut Muslim di India.
- Akar benturan antarperadaban adalah kepercayaan filsafati yang berbeda-beda di antara berbagai kelompok budaya atau agama.
- Teori tentang benturan antarperadaban lemah karena menunjukkan suatu geografi yang dibayangkan: Setiap struktur peradaban dibayangkan sebagai “terkurung pada dirinya” dan setiap ras memiliki takdir dan psikologi yang khusus.
- Teori Huntington menunjukkan suatu taksonomi (asas-asas pengelompokan) yang sederhana dan acak karena mengabaikan dinamika intenal dan ketegangan pendukung di dalam suatu peradaban.
- Teori itu mengabaikan fakta bahwa ada peradaban yang terpecah-pecah dan menunjukkan sedikit kesatuan internal. Contoh: Dunia Muslim yang sangat terpecah-pecah sesuai garis-garis etnik dari orang Arab, Persia, Turki, Pakistan, Kurdi, Berber, Albania, Bosnia, Afrika, dan Indonesia – masing-masing memiliki pandangan dunia yang berbeda-beda.
- Teori itu mengabaikan juga fakta bahwa dalam masyarakat Islam secara khusus, konflik timbul antara nilai-nilai agama tradisional dan “modernitas”: Nilai-nilai konsumerisme dan dunia hiburan.
Terlepas dari berbagai kritik tadi,
karya Samuel P. Huntington dipandang berisi pra-pengetahuan tentang
konflik-konflik antarperadaban yang terjadi sesudah serangan teroris di Amerika
11 September 2001. Konflik-konflik itu mencakup serangan Amerika ke
Afghanistan, pemboman Bali 2002, invasi tentara Amerika dan sekutunya ke Irak
2003, pemboman kereta api di Madrid 2004, krisis gambar kartun Nabi Muhammad saw
2006, pemboman London 2005, krisis nuklir Iran yang tengah berlangsung, konflik
Israel-Lebanon 2006, dan konflik Israel-Gaza 2008-2009.
Masa kini, tesis Huntington tentang
benturan antarperadaban bisa dipandang juga sebagai suatu nubuat yang digenapi
dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy). Gagasannya sudah
memengaruhi kaum neo-konservatif (pendukung baru dari mereka yang ingin kembali
pada nilai-nilai konservatif) Amerika sebelum 11 September 2001. Dilaporkan
bahwa banyak kelompok Islam radikal di Timur Tengah membenarkan pikiran pokok
Huntington tentang benturan antarperadaban. □
MEMBEDAH TEORI BENTURAN PERADABAN
SAMUEL HUNTINGTON
SAMUEL HUNTINGTON
Politik (as-siyasah) adalah kebijakan bernegara dan berantar negara dalam Islam adalah: “Segala aktivitas yang membuat manusia lebih dekat kepada kebaikan dan lebih jauh dari kerusakan."
PENDAHULUAN
A
|
dalah karya Samuel Huntington, Clash
of Civilization yang menjadi rujukan utama bagi paradigma kebijakan
politik hampir di seluruh dunia saat ini. Yang menurutnya pasca Perang Dingin,
dunia akan lebih banyak di dominasi oleh dinamika politik yang terjadi antara
peradaban (kultural) alih-alih konflik antara National State seperti yang
terjadi pada Perang Dingin (negara perang melawan negara, atau pakta melawan
pakta).
Clash of Civilization merupakan anti-tesis Samuel terhadap karya Francis Fukuyama dalam The End of History and the Last Man. Tesis Francis memakai teori Hegel tentang metode Dialektika Sejarah. Meskipun sangat bertentangan dengan Karl Marx tentang “the end of history” sebagai bentuk final dari evolusi sejarah dan peradaban manusia, tetapi memakai metode yang sama, berupa dialektika historikal.
Clash of Civilization merupakan anti-tesis Samuel terhadap karya Francis Fukuyama dalam The End of History and the Last Man. Tesis Francis memakai teori Hegel tentang metode Dialektika Sejarah. Meskipun sangat bertentangan dengan Karl Marx tentang “the end of history” sebagai bentuk final dari evolusi sejarah dan peradaban manusia, tetapi memakai metode yang sama, berupa dialektika historikal.
Menurut Francis bentuk finalnya adalah
demokrasi liberal ala Kapitalisme. Dunia pasca perang dingin antara komunisme
dan kapitalisme; sebagai pemenangnya tentu saja kapitalisme sebagai ideologi yg
diadopsi secara global. Namun tesis pada Francis tampaknya terlalu
tergesa-gesa, karena melihat tren pergerakan ekonomi Eropa daratan, Amerika
Utara dan Latin serta Inggris, pasca tercetusnya “The Third Way”, sudah
bergeser ke arah Sosialism Demokratik (SosDem). Nah, kalau yang ini Marx sudah
memprediksi bahwa ketika kapitalisme memasuki kegagalan sistem, maka pilihan yg
terbaik bagi manusia adalah kembali ke fitrah asal manusia: Sosialisme. Yaitu
bahwa manusia adalah sama dan sederajat.
Lalu mengapa Samuel kelihatan begitu
tergesa-gesa dalam menjawab tesis Francis? Itu karena sifat alami dari para
industrialis dalam kapitalisme yang enggan mengakui kebenaran Marx, bahwa
kapitalisme pasti akan mengalami kegagalan sistem (system failure) dan
hanya bisa disembuhkan oleh perang. Prediksi Marx terbukti ketika The Great
Depression melanda dunia pada 1929, maka satu-satunya terapi bagi
kapitalism adalah perang. Perang Dunia II, yg sebenarnya merupakan
gontok-gontokan negara imperialis dalam menata ulang pengaruh mereka terhadap
dunia. Lalu perang melawan teroris-nya Bush itu adalah penyembuh buat “economic
bubble” yang melanda Asia dan dunia para 1997-2000 (krismon).
Dan kini ketika Amerika dan dunia lagi
terkena krisis akibat kegagalan bayar kredit properti dan melambungnya harga
minyak di dunia, maka bisa dipastikan mesin perang Amerika akan tetap menderu,
menyapu manusia yang akan semakin kehilangan asa dan daya. Sekarang Irak, besok
Iran, lusa Syria dan lain- lain, sebuah perang dibutuhkan untuk menyembuhkan
kegagalan sistem kapitalisme. Dengan begitu aliran dana akan selalu terjaga
perputarannya dan investasi terus meningkat. Secara kasat mata saja, yang
untung adalah para penjual senjata dan para kontraktor-kontraktor Barat.
Samuel dan para ekonom dan ahli
kapitalisme, tentu saja akan menyamarkan pertentangan sebenarnya dari
“peradaban” manusia. Alih-alih pertentangan ideologi dan agama seperti yang
digembar-gemborkan para industrialis, sebenarnya pertentangan yang terjadi
adalah pertentangan kelas antara para kapitalis dan para buruh yang telah
dirampok hidupnya. Bush dan kawan-kawan selalu berkata, perang suci melawan
teroris Islam, tapi toh ujung-ujungnya adalah kontrak milyaran dollar terhadap
perusahaan-perusahaan konstruksi, minyak, senjata dan sebagainya.
Menurut Samuel, akan terjadi “Clash of
Civilization”, Clash berarti pertentangan atau benturan, jadi akan ada semacam
pertentangan antara peradaban yg merupakan sebuah entiti kultural menggantikan
entitas negara yang konvensional. Akan ada sekitar 8-10 peradaban besar yg
nantinya akan mendominasi dinamika politik dan konflik di dunia.
Masing-masing entitas “peradaban”
tersebut memiliki dinamika sejarah yg bergesekan dengan entiti lainnya. Barat
misalnya, memiliki persengketaan dengan dunia Islam, Sino, sedikit dengan Hindu
dan Orthodox dan sedikit sekali dengan Amerika Latin dan Afrika. Dan Islam-lah
yang memiliki hubungan persengketaan terbanyak, dengan Barat, Orthodox dan
lain-lain Pemikiran Samuel ini rupanya begitu mempengaruhi dinamika sejarah dan
politik saat ini, dimana pasca teori itu diserap ke dalam mindset Gedung Putih,
tak ada hujan tak ada angin tiba-tiba Amerika memiliki musuh baru bernama
Islam, setelah Blok Timur loyo pada akhir 1980-an.
Teori Pembenaran
P
|
emikiran Samuel ini lahir ketika dunia
sedang dilanda kecamuk perang-perang “menghabisi” Blok Timur. Di Persia, Irak disikat,
di Balkan, Yugo dipreteli dan Amerika Latin diobok-obok. Tahun 1991 Amerika
menyerbu Iraq dalam rangka menggulingkan si “Nebuchadnezzar wannabe”, Saddam
Husein. Sehingga sebagai seorang yang ikut andil dalam berbagai kebijakan luar
negeri Amerika, Samuel tentunya berupaya keras menyediakan landasan “teologis“
mengapa Amerika “harus” menyerbu Irak. Dan kebetulan Irak merupakan salah satu
negara Islam yang memiliki militer kuat. Ditambah lagi pada 1988, lahir sebuah
gerakan fundamental Islam Al-Qaeda yg didirikan oleh Usamah bin Ladin sebagai
reaksi akan penyerbuan Amerika ke negara Islam.
Trend fundamentalisme inilah yang
rupanya dibaca Samuel sebagai bangkitnya kekuatan Islam yg nantinya akan
menjelma sebagai kekuatan adidaya, sebagai sebuah peradaban. Para akademisi dan
ahli di seluruh dunia mengkritisi dan mengutuk karya tersebut sebagai pemikiran
yang meracuni dunia. Tesis Samuel yang sangat mirip dengan pemikiran kuno pada
masa Medieval (abad pertengahan) ketika dunia masih dianggap datar dan kalau
anda berlayar ke tepian dunia, maka nanti bisa jatuh ke bawah, dimakan oleh
“Buto Ijo”.
Teori Geosentris
G
|
eosentris menganggap bahwa “peradaban”
manusia terbagi menjadi dua yaitu Barat dan Timur. Peradaban Eropa
Kristen-Katholik adalah peradaban Barat, karena waktu itu belum ada kapal yang
mampu menembus cakrawala barat, karena dihalangi oleh Samudra Atlantik yang
ganas. Sedangkan kalau ke timur maka akan sampai pada peradaban-peradaban besar
seperti: Persia, Judea, Mesir, Cina, India, Jepang, Jawa dan Maluku. Dimana
rempah-rempah, kemenyan (incense), kayu manis (cinnamon), kepulaga,
sutera, batu Jade dan lain-lain diperdagangkan lewat Jalur Sutera yg telah ada
sekitar abad ke-2. Atas dasar pemikiran seperti itulah bangsa Eropa membentuk
sebuah paradigma berpikir primordial yang picik. Padahal kalau bisa
mengarungi samudra ke Barat dia juga akan sampai juga ke “Timur“. Baru abad
15-16 teori itu runtuh ketika ekspedisi-ekspedisi Bruno Diaz, Magellan dan Cano
berhasil melakukan perjalanan mengelilingi bumi (Earth Circumambulation).
Ide bahwa Eropa adalah peradaban Barat
dan Asia adalah peradaban Timur, sampai kini tetap digunakan, walau sebenarnya
hal ini sudah tidak valid lagi, belahan baratnya orang Amerika itu orang Asia
Pasifik? Bagaimana? Ide yang keliru itu juga menyangkut tentang strukturalisme
peradaban manusia, dimana juga terjadi pembagian kasar antara Barat dan Timur.
Paradigma peradaban Timur yang dipunyai oleh orang-orang Eropa adalah sebuah
peradaban yang barbarik, kejam, kanibal, idiot, terbelakang dan lain-lain.
Padahal peradaban Barat jauh tertinggal dengan peradaban besar Asia waktu itu,
bahkan banyak penemuan -penemuan berasal dari timur. Sepak bola saja sudah ada
di Cina dan Jepang, sewaktu orang Eropa masih hidup nomadik. Peradaban Barat
baru bisa unggul ketika menguasai ilmu membuat mesiu dan senapan. Hal ini turut
diperkuat oleh cerita-cerita “ngibul” yang dibawa pengelana-pengelana Eropa
yang menggambarkan Asia dengan berbagai macam versi. Yang terkenal tentu saja
si Marco Polo yang menceritakan bahwa Xanadu di Cina dipenuhi dengan
jalan-jalan emas.
Konsep Teori Benturan
Peradaban
P
|
emikiran Samuel jelas sekali
terpengaruh oleh pemikiran Arnold J. Toynbee, yang membagi dunia Barat dan
Timur, Kristen dan Pagan. Terutama kemungkinan bangkitnya kekuatan Islam
sebagai “peradaban” yang solid. Hal ini tentu saja diwarisi oleh kenangan super
pahit Eropa (terutama Inggris dan Perancis) pasca kekalahan Perang Salib
melawan pasukan Islam. Paradigma Barat-Timur-Kristen-Pagan itulah yang bahkan
tetap terjaga di dalam benak orang-orang Amerika dan Inggris, terutama pada
“the ruling Plutocracy” Kristendom. Pada PD II Eisenhower menjuluki perang
melawan NAZI adalah melawan paganis Eropa, yang padahal sebelumnya merupakan
sekutu mereka melawan Uni Soviet yang komunis.
Dan yang paling baru adalah si
bapak-anak Bush dkk yang mungkin menganggap diri mereka semacam Kristus masa
kini dengan berusaha mengalahkan negara- negara anti-Kristus macam Irak, Iran,
Islam, Cina dan Rusia. Banyak ahli menganggap karya Samuel ini tendensius,
pengingkaran dan penyangkalan historis (ahistoris), mengada-ada, terlalu
primordial, tentu saja sangat naif. Dalam dunia yang semakin mengglobal dan
bervarian, pemikiran Samuel justru terlempar jauh ke belakang seribu tahun.
Pembagian peradabannya adalah: 1) Barat: Sang pemenang dalam teori ini.
2) Islam: Semua negara yang berbau Islam. 3) Orthodox: Penganut Kristen
Orthodox. 4) Hindu: India. 5) Sino: Rumpun Cina, termasuk Cina Diaspora, Korea,
Vietnam, Singapura dan negara lain yang mayoritas merupakan etnik Cina.
6) Jepang; 7) Afrika. 8) Buddha: Thailand, Myanmar, Laos, Tibet. 9) Amerika
Latin: Katholik yang sinkretik dengan kepercayaan lokal, terutama
animisme-dinamisme. 10) Alone, solitaire dan unique
civilization, seperti Israel, Caribia dan lain-lain.
Ada beberapa kelemahan dari klasifikasi
diatas. Adalah tidak disebutkannya ideologi Kristen Protestan. Anehnya malah
disebut sebagai Barat tidak disebut sebagai peradaban Kristen, sekalipun
merupakan Kristendom terbesar di dunia, dipengaruhi secara kuat oleh
doktrin-doktrin Kristen Protestan. Hal ini sungguh aneh, mengingat Samuel
menyebutkan peradaban lain ada yang Islam, Hindu, Buddha dll. Karena menurutnya
adalah sebuah entiti kultural-ideologikal yang dipengaruhi secara kuat oleh
kredo-kredo agama, tapi kok tidak ada peradaban Protestan?
Selanjutnya adalah terminologi yang
sangat subyektif (prejudice) adalah Kristen Orthodox. Kristen Orthodox
adalah semua domain yang berbasiskan Kristen Orthodox, mulai dari Balkan sampai
Slavia. Aneh bin ajaib hampir semuanya kebetulan juga merupakan negara-negara
komunis, jadi yang benar peradaban Orthodox atau peradaban Komunis?
Sedangkan mengenai peradaban-peradaban
kultural macam Afrika, Amerika Latin dan yang lainnya, flux sejarahnya tidak
terlalu signifikan. Afrika dan Amerika Latin belum menjadi entiti yang homogen
(misal: belum terciptanya masyarakat Uni Afrika atau Uni Latin), dan dalam
sejarah hanyalah koloni-koloni peradaban lain, jadi bisa dibilang
sub-peradaban. Dan jangan lupa Samuel, sama seperti orang Eropa-Amerika, selalu
beranggapan Afrika dan Latin itu merupakan sebuah kesatuan kultural yang sama,
padahal sebenarnya, terdiri dari ras-ras dan etnik-etnik yg berbeda-beda. Dalam
hal ini Samuel menyajikan fakta yang agak keliru.
Khusus Jepang, bisa dimasukkan sebagai
sebuah peradaban (tercatat dalam sejarah memiliki dinamika sejarah yang masif
dan panjang, juga terdiri dari satu entiti kultural yang homogen), tapi yang
perlu dicatat juga adalah sepertinya Samuel bertendensi melakukan
pendiskreditan terhadap Jepang yang kini sebagai kekuatan ekonomi sebagai rival
Amerika.
RRC dan Rusia
A
|
ncaman terbesar yang nyata saat ini
sepertinya datang dari rival lawas blok Barat yaitu RRC dan Rusia. Konflik
militer seringkali dipicu oleh kedua kekuatan ini. Contohnya Irak, Iran, Afghan
dan Pakistan, biarpun merupakan negara yang berbau Islam, tetapi merupakan
sekutu alami dari Russia, terutama dalam hal pasokan senjata. Kampanye Amerika
di Asia Tengah adalah usaha untuk membuka pasar-pasar yang dulunya dikuasai
oleh Uni Soviet.
Namun demi untuk tidak secara frontal
berhadapan dengan Russia, maka Blok Barat menjadikan Islam sebagai sasaran
antara. Sampai kini krisis Iran tak kunjung padam karena Russia dan RRC menjadi
sekutu yg mendukung Iran baik secara teknis maupun politis di DK PBB. Mengapa
negara-negara Islam lebih bisa bersekutu dengan Russia? Karena masih sama-sama
tertinggal, bahwa Islam (oknum ya!) dan Russia lebih cenderung mengadopsi totaliter
atau fasisme daripada demokrasi. Di samping itu memang Sosialisme pernah
menjadi kredo populer di dunia Arab dan Islam.
RRC dan Russia mempunyai kekuatan
militer terbesar di dunia, dengan rudal balistik yang banyak yang bisa
dipasangi nuklir. Ditambah dengan semakin menguatnya industrialisasi murah
meriah di sana yang menyebabkan kemajuan ekonomi dan teknologi juga semakin
imbang. Jika Uni Soviet dan RRC Maois dulu runtuh karena keroposnya ekonomi,
kini tidak lagi, bahkan kini pertumbuhan ekonominya cenderung lebih unggul dari
negara Eropa dan Amerika Utara.
Sehingga menjadikan Russia dan RRC
sebagai negara industrialisasi yang mapan ekonominya sehingga bisa menopang
kekuatan militernya. Ditambah dengan totaliter yg masih kuat mencengkram
paradigma kenegaraan RRC dan Russia maka akan berpotensi menciptakan “NAZI
Jerman” baru yg saat membutuhkan Lebensraum maka tidak segan-segan mencaplok
teritori tetangganya. Jadi saat ini, dibanding Islam, RRC dan Russia jauh lebih
mengkuatirkan keberadaannya.
Dimana Posisi Umat Muslim
U
|
mat Muslim sendiri bagaimana? Umat saat ini
masih terjebak pada domain ras, aliran, mahzab dan kultur, belum bisa
dipersatukan secara kohesif. Sejarah politik kekuasaan Islam setelah kejatuhan Kekhalifahan Utsmaniyah tahun 1924 terbagi menjadi
beberapa domain, yaitu: Jazirah Arab, Asia Tengah, Afrika, Turki dan Melayu. Sebelumnya, penjajahan Barat ke Dunia Islam membuat politik dan ekonomi umat Muslim jatuh, setelah mendapat kemerdekaan baik, politik, ekonomi, dan pendidikan masih menyedihkan. Malah antar kelompok umat ada yang bertikai, bahkan antar negara berperang satu sama lain. Ikatan kredo yang mengikatnya tidak
terlalu kuat seperti era Khalifatur Rasyidin.
Apalagi jika sudah masuk dalam
pembahasan-pembahasan yang bersifat 'furuiyah' sulit berkompromi atau bertoleransi.
Semuamya terjadi karena faktor kultural - egoisme kelompok jauh lebih mendominasi daripada “kanonikal” -
ajaran Islam yang sebenarnya yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
KESIMPULAN
J
|
adi kesimpulannya peradaban ideologis
itu sulit tegak berdiri, selama kontroversi perbedaan tidak pernah bisa
diatasi. Namun jika melihat perkembangan kontemporer saat ini, Islam
benar-benar akan tumbuh menjadi “momok” tersendiri (bagi Barat) sebagai
potensi yang lagi menggeliat. Mengingat semakin mendekatnya Islam Syumuliyyah [1]
kepada penganutnya.
Ajaran Islam fitrahwi (moderat) yang pernah diajarkan Muhammad saw 1400 tahun lalu,
yang sempat di “destruski“ oleh pandangan kaum sufis pada abad Renaissance Eropa, menjadi sebuah filosofis yang meninabobokan kaum
Muslimin. Namun kini kesadaran dan 'kredo' ajaran Islam yang sebenarnya kembali ke semangat yang dibangun generasi pertama Islam yang mengguncang sejarah dengan kemuliaan akhlak dan ajarannya, sebagaimana dikatakan pula oleh seorang ahli pikir Perancis
bernama Dr. Gustave Le Bon (1841-1931) mengatakan:
“Dalam satu abad atau tiga keturunan, tidak
ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa
Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu
masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan
umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul (maksudnya
Muhammad Rasullullah saw)
sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan yang
tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
Jika ajaran Islam fitrahwi yang diajarkan Rasul saw dilaksanakan, maka bukan tidak
mungkin teori Toynbe, Huntington, akan menjadi self-fulfilling prophecy,
dan menjadi sebuah kebenaran, bahwa Islam akan muncul menjadi kekuatan yang
akan mendamaikan kekuatan-kekuatan peradaban lainnya sebagaimana Rasul saw
memimpin Madinah 1400 tahun yang lalu, karena Islam yang dibawa Rasul saw itu adalah Islam rahmatan
lil’ālamīn - membawa kepada kedamaian dan kesejahteraan dunia bagi semua
bangsa di dunia.
Sir George Bernard Shaw (1856-1950),
seorang dramawan Irlandia, kritikus dan polemik yang pengaruhnya terhadap
teater, budaya dan politik Barat yang berkembang dari tahun 1880 sampai
kematiannya tahun 1950, mengatakan:
- “Saya senantiasa menghormati agama Muhammad, karena potensi yang dimilikinya. Ini (Islam) adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti kristus, dia harus dipanggil “sang penyelamat kemanusiaan”.
- Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia." [The Genuine Islam - Islam yang Sebenarnya, Vol. 1, No. 8, 1936]
Pendapat Shaw diatas tidak berlebihan, karena sebagaimana juga paradigma rahmatan
lil’ālamīn dalam ajaran Islam yang melahirkan konsep azaz pandang bahwa: “Setiap
bangsa atau negara menegakkan ta’aruf (saling mengenal); tafahum (saling
memahami); ta’awun (kerja
sama); itsar (saling membela dan mendukung serta tidak bertengkar atau perang satu sama lainnya). Peradaban semacam itulah yang ditawarkan oleh Islam untuk manusia di muka bumi ini. [2] Allahu ‘alam
bish-shawab, billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Baca juga tajuk terkait dalam tulisan
ini: Pengertian Politik
Dalam Islam 2
Catatan Kami:
[1] Islam Syumiliah - Syumul maknanya atau
maksudnya adalah lengkap (comprehensive,
menyeluruh). Ini berarti dengan dikaitkan
dengan Islam, yaitu, bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang lengkap dan
sempurna serta meliputi kehidupan dunia (dalam kosakata dunia Barat disebut secular) dan akhirat (dalam kosakata
dunia Barat disebut religious).
Artinya (ajaran) Islam itu comprehensive,
lengkap atau menyeluruh yaitu mengatur atau ajaran untuk hidup di dunia selamat
dan begitu pula akhirat selamat pula, sebagai konsekwensi percaya kepada adanya
hari akhirat - hari pembalasan.
[2] “Wahai manusia! Sungguh, Kami
telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal -
lita’ārafū (ta’aruf - saling mengenal; tafahum - saling
memahami; ta’awun - kerja
sama; itsar - saling membela dan tidak bertengkar). Sungguh, yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa.” [QS Al-Hujarāt 49:13] □□
Sumber:
http://ringkasan-infoiptek21.blogspot.com
https://harmanza.wordpress.com/2010/06/04/membedah-teori-benturan-peradaban-samuel-huntington/
Dan sumber-sumber lainnya. □□□