Wednesday, February 24, 2016

Membedah Teori Benturan Peradaban Samuel Huntington



KATA PENGANTAR

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal - lita’ārafū (ta’aruf - saling mengenal; tafahum - saling memahami; ta’awun - kerja sama; itsar - saling membela dan tidak bertengkar). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa.” [QS Al-Hujarāt 49:13]
 

S
amuel P. Huntington terkenal karena merupakan salah satu penasihat presiden Lyndon B. Johnson dalam Perang Vietnam, termasuk penggunaan gas (bom) Napalm dan metode-metode lain untuk membunuh para Vietkong. Tapi tentu saja tidak hanya Vietkong yang mati, rakyat biasa, anak-anak dan wanita ikut tewas dalam pembantaian tersebut. Sehingga menjadikan Samuel Huntington ikut bertanggung jawab atas kematian lebih dari 5 juta rakyat Vietnam, Kambodia dan Laos. Kendatipun begitu perang dimenangi Vietnam Utara, yang kemudiannya menyatukan Vietnam Selatan di bawah Vietnam Utara menjadi kesatuan Vietnam dengan nama Republik Sosialis Vietnam.

Teorinya Samuel P. Huntington diuraikan secara ilmiah dan rinci dalam bukunya yang terkenal, terbitan Simon & Schuster, 1996: The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order. Versi bahasa Indonesianya berjudul Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia Edisi Baru terjemahan M. Sadat Ismail, suntingan Ruslan (Yogyakarta: Penerbit Qalam, Cetakan Keenam Januari 2003).

Apa yang Huntington maksudkan dengan “peradaban”?  Definisinya dalam bukunya agak rancu. Peradaban yang dia jelaskan bisa terdiri dari negara dan kelompok sosial, seperti kelompok etnik dan minoritas religius. Tapi peradaban bisa juga mengacu pada kedekatan geografik dan persamaan bahasa. Yang tampaknya menjadi suatu kriterium utama dalam definisinya tentang peradaban adalah agama yang paling dominan.

Berdasarkan definisinya yang agak rancu tadi, dia mengidentifikasi beberapa peradaban utama dunia. Di antaranya, peradaban Barat, dunia bagian Timur, dan peradaban Muslim. 

Peradaban Barat mencakup beberapa kawasan geografik. Ada Australasia, kawasan yang terdiri dari Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan pulau-pulau yang berdekatan di Samudera Pasifik Selatan; Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada); dan Eropa (seperti Inggris, Jerman, Perancis, Belgia, dan Belanda), termasuk Eropa Tengah dan Eropa Timur-Tengah yang dominan Katolik. Ia mencakup juga Oseania, kawasan geografik yang terdiri dari kebanyakan pulau yang lebih kecil di bagian barat dan tengah Samudera Pasifik, yang mencakup juga Australia dan Selandia Baru.

Peradaban dunia bagian Timur adalah suatu campuran peradaban penganut Buddhisme dan Hinduisme serta peradaban Sino dan Jepang. Secara khusus, peradaban Sino terdiri dari penduduk China, Korea, Singapura, Taiwan, dan Vietnam. Orang-orang China perantauan, terutama di Asia Tenggara, tergolong pada peradaban Sino.

Peradaban Muslim mencakup penduduk Timur Tengah, kecuali Armenia, Siprus, Etiopia, Georgia, Yunani, Israel, Kazakhstan, dan Sudan. Ia mencakup juga Afrika Barat bagian utara, Albania, Bangladesh, Brunei, Kepulauan Komoro, Indonesia, Malaysia, Pakistan, dan Kepulauan Maldives.

Huntington menolak kepercayaan luas masyarakat Barat bahwa nilai-nilai dan sistem politik Barat bisa diterima dan dipraktekkan di mana pun di dunia. Ini kepercayaan yang naif, tegasnya. Karena itu, upaya tak henti-hentinya dari Barat untuk mendorong demokratisasi dan terlaksananya norma-norma “universal” lainnya dari mereka akan menimbulkan sikap bermusuhan peradaban-peradaban lainnya. Barat, lanjut Huntington, tidak rela menerima sikap ini. Bukankah merekalah yang membentuk sistem internasional, menulis undang-undangnya, dan memberi isinya dalam bentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa?

Huntington lalu mengidentifikasi suatu pergeseran utama dari kekuasaan ekonomi, militer, dan politik dari Barat ke peradaban-peradaban dunia yang lain. Pergeseran utama itu terjadi melalui munculnya dua “peradaban penantang”: peradaban Sino dan Muslim.

Menurut Huntington, peradaban Sino di Asia Timur tengah menegaskan diri dan nilai-nilainya dalam kaitan dengan peradaban Barat. Apa penyebab penegasan diri peradaban Sino? Pertumbuhan ekonominya yang cepat. Dia percaya tujuan khusus China dengan bertindak demikian adalah untuk menegaskan kembali dirinya sebagai penguasa regional; negara-negara lain di kawasan itu akan “membutuhkan” China. Mengapa? Sejarah China dan negara-negara itu adalah sejarah tentang struktur komando hierarkis, struktur yang menyiratkan pengaruh ajaran Konfusius (yang menekankan penguasaan diri, kepatuhan pada hierarki sosial, dan ketertiban sosial dan politik)  di balik peradaban Sino. Struktur ini bertolak belakang dengan individualisme (kepercayaan akan pentingnya kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat) dan pluralisme yang dinilai tinggi di Barat.


Berbagai Kritik atas Teori Huntington

Teori politik Samuel P. Huntington tentang benturan antarperadaban mendapat berbagai kritik. Ringkasan kritik beberapa di antaranya demikian:
  1. Akar benturan antarperadaban adalah afisiliasi tunggal, seperti penganut Hinduisme yang melawan penganut Muslim di India. 
  2. Akar benturan antarperadaban adalah kepercayaan filsafati yang berbeda-beda di antara berbagai kelompok budaya atau agama.
  3. Teori tentang benturan antarperadaban lemah karena menunjukkan suatu geografi yang dibayangkan: Setiap struktur peradaban dibayangkan sebagai “terkurung pada dirinya” dan setiap ras memiliki takdir dan psikologi yang khusus. 
  4. Teori Huntington menunjukkan suatu taksonomi (asas-asas pengelompokan) yang sederhana dan acak karena mengabaikan dinamika intenal dan ketegangan pendukung di dalam suatu peradaban.
  5. Teori itu mengabaikan fakta bahwa ada peradaban yang terpecah-pecah dan menunjukkan sedikit kesatuan internal. Contoh: Dunia Muslim yang sangat terpecah-pecah sesuai garis-garis etnik dari orang Arab, Persia, Turki, Pakistan, Kurdi, Berber, Albania, Bosnia, Afrika, dan Indonesia – masing-masing memiliki pandangan dunia yang berbeda-beda.
  6. Teori itu mengabaikan juga fakta bahwa dalam masyarakat Islam secara khusus, konflik timbul antara nilai-nilai agama tradisional dan “modernitas”: Nilai-nilai konsumerisme dan dunia hiburan.
Terlepas dari berbagai kritik tadi, karya Samuel P. Huntington dipandang berisi pra-pengetahuan tentang konflik-konflik antarperadaban yang terjadi sesudah serangan teroris di Amerika 11 September 2001. Konflik-konflik itu mencakup serangan Amerika ke Afghanistan, pemboman Bali 2002, invasi tentara Amerika dan sekutunya ke Irak 2003, pemboman kereta api di Madrid 2004, krisis gambar kartun Nabi Muhammad saw 2006, pemboman London 2005, krisis nuklir Iran yang tengah berlangsung, konflik Israel-Lebanon 2006, dan konflik Israel-Gaza 2008-2009.

Masa kini, tesis Huntington tentang benturan antarperadaban bisa dipandang juga sebagai suatu nubuat yang digenapi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy). Gagasannya sudah memengaruhi kaum neo-konservatif (pendukung baru dari mereka yang ingin kembali pada nilai-nilai konservatif) Amerika sebelum 11 September 2001. Dilaporkan bahwa banyak kelompok Islam radikal di Timur Tengah membenarkan pikiran pokok Huntington tentang benturan antarperadaban. □


MEMBEDAH TEORI BENTURAN PERADABAN
SAMUEL HUNTINGTON

Politik (as-siyasah) adalah kebijakan bernegara dan berantar negara dalam Islam adalah: “Segala aktivitas yang membuat manusia lebih dekat kepada kebaikan dan lebih jauh dari kerusakan."


PENDAHULUAN

A
dalah karya Samuel Huntington, Clash of Civilization yang menjadi rujukan utama bagi paradigma kebijakan politik hampir di seluruh dunia saat ini. Yang menurutnya pasca Perang Dingin, dunia akan lebih banyak di dominasi oleh dinamika politik yang terjadi antara peradaban (kultural) alih-alih konflik antara National State seperti yang terjadi pada Perang Dingin (negara perang melawan negara, atau pakta melawan pakta). 

Clash of Civilization merupakan anti-tesis Samuel terhadap karya Francis Fukuyama dalam The End of History and the Last Man. Tesis Francis memakai teori Hegel tentang metode Dialektika Sejarah. Meskipun sangat bertentangan dengan Karl Marx tentang “the end of history” sebagai bentuk final dari evolusi sejarah dan peradaban manusia, tetapi memakai metode yang sama, berupa dialektika historikal.

Menurut Francis bentuk finalnya adalah demokrasi liberal ala Kapitalisme. Dunia pasca perang dingin antara komunisme dan kapitalisme; sebagai pemenangnya tentu saja kapitalisme sebagai ideologi yg diadopsi secara global. Namun tesis pada Francis tampaknya terlalu tergesa-gesa, karena melihat tren pergerakan ekonomi Eropa daratan, Amerika Utara dan Latin serta Inggris, pasca tercetusnya “The Third Way”, sudah bergeser ke arah Sosialism Demokratik (SosDem). Nah, kalau yang ini Marx sudah memprediksi bahwa ketika kapitalisme memasuki kegagalan sistem, maka pilihan yg terbaik bagi manusia adalah kembali ke fitrah asal manusia: Sosialisme. Yaitu bahwa manusia adalah sama dan sederajat.

Lalu mengapa Samuel kelihatan begitu tergesa-gesa dalam menjawab tesis Francis? Itu karena sifat alami dari para industrialis dalam kapitalisme yang enggan mengakui kebenaran Marx, bahwa kapitalisme pasti akan mengalami kegagalan sistem (system failure) dan hanya bisa disembuhkan oleh perang. Prediksi Marx terbukti ketika The Great Depression melanda dunia pada 1929, maka satu-satunya terapi bagi kapitalism adalah perang. Perang Dunia II, yg sebenarnya merupakan gontok-gontokan negara imperialis dalam menata ulang pengaruh mereka terhadap dunia. Lalu perang melawan teroris-nya Bush itu adalah penyembuh buat “economic bubble” yang melanda Asia dan dunia para 1997-2000 (krismon).

Dan kini ketika Amerika dan dunia lagi terkena krisis akibat kegagalan bayar kredit properti dan melambungnya harga minyak di dunia, maka bisa dipastikan mesin perang Amerika akan tetap menderu, menyapu manusia yang akan semakin kehilangan asa dan daya. Sekarang Irak, besok Iran, lusa Syria dan lain- lain, sebuah perang dibutuhkan untuk menyembuhkan kegagalan sistem kapitalisme. Dengan begitu aliran dana akan selalu terjaga perputarannya dan investasi terus meningkat. Secara kasat mata saja, yang untung adalah para penjual senjata dan para kontraktor-kontraktor Barat.

Samuel dan para ekonom dan ahli kapitalisme, tentu saja akan menyamarkan pertentangan sebenarnya dari “peradaban” manusia. Alih-alih pertentangan ideologi dan agama seperti yang digembar-gemborkan para industrialis, sebenarnya pertentangan yang terjadi adalah pertentangan kelas antara para kapitalis dan para buruh yang telah dirampok hidupnya. Bush dan kawan-kawan selalu berkata, perang suci melawan teroris Islam, tapi toh ujung-ujungnya adalah kontrak milyaran dollar terhadap perusahaan-perusahaan konstruksi, minyak, senjata dan sebagainya.

Menurut Samuel, akan terjadi “Clash of Civilization”, Clash berarti pertentangan atau benturan, jadi akan ada semacam pertentangan antara peradaban yg merupakan sebuah entiti kultural menggantikan entitas negara yang konvensional. Akan ada sekitar 8-10 peradaban besar yg nantinya akan mendominasi dinamika politik dan konflik di dunia.

Masing-masing entitas “peradaban” tersebut memiliki dinamika sejarah yg bergesekan dengan entiti lainnya. Barat misalnya, memiliki persengketaan dengan dunia Islam, Sino, sedikit dengan Hindu dan Orthodox dan sedikit sekali dengan Amerika Latin dan Afrika. Dan Islam-lah yang memiliki hubungan persengketaan terbanyak, dengan Barat, Orthodox dan lain-lain Pemikiran Samuel ini rupanya begitu mempengaruhi dinamika sejarah dan politik saat ini, dimana pasca teori itu diserap ke dalam mindset Gedung Putih, tak ada hujan tak ada angin tiba-tiba Amerika memiliki musuh baru bernama Islam, setelah Blok Timur loyo pada akhir 1980-an.


Teori Pembenaran

P
emikiran Samuel ini lahir ketika dunia sedang dilanda kecamuk perang-perang “menghabisi” Blok Timur. Di Persia, Irak disikat, di Balkan, Yugo dipreteli dan Amerika Latin diobok-obok. Tahun 1991 Amerika menyerbu Iraq dalam rangka menggulingkan si “Nebuchadnezzar wannabe”, Saddam Husein. Sehingga sebagai seorang yang ikut andil dalam berbagai kebijakan luar negeri Amerika, Samuel tentunya berupaya keras menyediakan landasan “teologis“ mengapa Amerika “harus” menyerbu Irak. Dan kebetulan Irak merupakan salah satu negara Islam yang memiliki militer kuat. Ditambah lagi pada 1988, lahir sebuah gerakan fundamental Islam Al-Qaeda yg didirikan oleh Usamah bin Ladin sebagai reaksi akan penyerbuan Amerika ke negara Islam.

Trend fundamentalisme inilah yang rupanya dibaca Samuel sebagai bangkitnya kekuatan Islam yg nantinya akan menjelma sebagai kekuatan adidaya, sebagai sebuah peradaban. Para akademisi dan ahli di seluruh dunia mengkritisi dan mengutuk karya tersebut sebagai pemikiran yang meracuni dunia. Tesis Samuel yang sangat mirip dengan pemikiran kuno pada masa Medieval (abad pertengahan) ketika dunia masih dianggap datar dan kalau anda berlayar ke tepian dunia, maka nanti bisa jatuh ke bawah, dimakan oleh “Buto Ijo”.


Teori Geosentris

G
eosentris menganggap bahwa “peradaban” manusia terbagi menjadi dua yaitu Barat dan Timur. Peradaban Eropa Kristen-Katholik adalah peradaban Barat, karena waktu itu belum ada kapal yang mampu menembus cakrawala barat, karena dihalangi oleh Samudra Atlantik yang ganas. Sedangkan kalau ke timur maka akan sampai pada peradaban-peradaban besar seperti: Persia, Judea, Mesir, Cina, India, Jepang, Jawa dan Maluku. Dimana rempah-rempah, kemenyan (incense), kayu manis (cinnamon), kepulaga, sutera, batu Jade dan lain-lain diperdagangkan lewat Jalur Sutera yg telah ada sekitar abad ke-2. Atas dasar pemikiran seperti itulah bangsa Eropa membentuk sebuah paradigma berpikir  primordial yang picik. Padahal kalau bisa mengarungi samudra ke Barat dia juga akan sampai juga ke “Timur“. Baru abad 15-16 teori itu runtuh ketika ekspedisi-ekspedisi Bruno Diaz, Magellan dan Cano berhasil melakukan perjalanan mengelilingi bumi (Earth Circumambulation).

Ide bahwa Eropa adalah peradaban Barat dan Asia adalah peradaban Timur, sampai kini tetap digunakan, walau sebenarnya hal ini sudah tidak valid lagi, belahan baratnya orang Amerika itu orang Asia Pasifik? Bagaimana? Ide yang keliru itu juga menyangkut tentang strukturalisme peradaban manusia, dimana juga terjadi pembagian kasar antara Barat dan Timur. Paradigma peradaban Timur yang dipunyai oleh orang-orang Eropa adalah sebuah peradaban yang barbarik, kejam, kanibal, idiot, terbelakang dan lain-lain. Padahal peradaban Barat jauh tertinggal dengan peradaban besar Asia waktu itu, bahkan banyak penemuan -penemuan berasal dari timur. Sepak bola saja sudah ada di Cina dan Jepang, sewaktu orang Eropa masih hidup nomadik. Peradaban Barat baru bisa unggul ketika menguasai ilmu membuat mesiu dan senapan. Hal ini turut diperkuat oleh cerita-cerita “ngibul” yang dibawa pengelana-pengelana Eropa yang menggambarkan Asia dengan berbagai macam versi. Yang terkenal tentu saja si Marco Polo yang menceritakan bahwa Xanadu di Cina dipenuhi dengan jalan-jalan emas.


Konsep Teori Benturan Peradaban

P
emikiran Samuel jelas sekali terpengaruh oleh pemikiran Arnold J. Toynbee, yang membagi dunia Barat dan Timur, Kristen dan Pagan. Terutama kemungkinan bangkitnya kekuatan Islam sebagai “peradaban” yang solid. Hal ini tentu saja diwarisi oleh kenangan super pahit Eropa (terutama Inggris dan Perancis) pasca kekalahan Perang Salib melawan pasukan Islam. Paradigma Barat-Timur-Kristen-Pagan itulah yang bahkan tetap terjaga di dalam benak orang-orang Amerika dan Inggris, terutama pada “the ruling Plutocracy” Kristendom. Pada PD II Eisenhower menjuluki perang melawan NAZI adalah melawan paganis Eropa, yang padahal sebelumnya merupakan sekutu mereka melawan Uni Soviet yang komunis.

Dan yang paling baru adalah si bapak-anak Bush dkk yang mungkin menganggap diri mereka semacam Kristus masa kini dengan berusaha mengalahkan negara- negara anti-Kristus macam Irak, Iran, Islam, Cina dan Rusia. Banyak ahli menganggap karya Samuel ini tendensius, pengingkaran dan penyangkalan historis (ahistoris), mengada-ada, terlalu primordial, tentu saja sangat naif. Dalam dunia yang semakin mengglobal dan bervarian, pemikiran Samuel justru terlempar jauh ke belakang seribu tahun. Pembagian peradabannya adalah: 1)  Barat: Sang pemenang dalam teori ini. 2) Islam: Semua negara yang berbau Islam. 3) Orthodox: Penganut Kristen Orthodox. 4) Hindu: India. 5) Sino: Rumpun Cina, termasuk Cina Diaspora, Korea, Vietnam, Singapura dan negara  lain yang mayoritas merupakan etnik Cina. 6) Jepang; 7) Afrika. 8) Buddha: Thailand, Myanmar, Laos, Tibet. 9) Amerika Latin: Katholik yang sinkretik dengan kepercayaan lokal, terutama animisme-dinamisme. 10) Alone, solitaire dan unique civilization, seperti Israel, Caribia dan lain-lain.

Ada beberapa kelemahan dari klasifikasi diatas. Adalah tidak disebutkannya ideologi Kristen Protestan. Anehnya malah disebut sebagai Barat tidak disebut sebagai peradaban Kristen, sekalipun merupakan Kristendom terbesar di dunia, dipengaruhi secara kuat oleh doktrin-doktrin Kristen Protestan. Hal ini sungguh aneh, mengingat Samuel menyebutkan peradaban lain ada yang Islam, Hindu, Buddha dll. Karena menurutnya adalah sebuah entiti kultural-ideologikal yang dipengaruhi secara kuat oleh kredo-kredo agama, tapi kok tidak ada peradaban Protestan?

Selanjutnya adalah terminologi yang sangat subyektif (prejudice) adalah Kristen Orthodox. Kristen Orthodox adalah semua domain yang berbasiskan Kristen Orthodox, mulai dari Balkan sampai Slavia. Aneh bin ajaib hampir semuanya kebetulan juga merupakan negara-negara komunis, jadi yang benar peradaban Orthodox atau peradaban Komunis?

Sedangkan mengenai peradaban-peradaban kultural macam Afrika, Amerika Latin dan yang lainnya, flux sejarahnya tidak terlalu signifikan. Afrika dan Amerika Latin belum menjadi entiti yang homogen (misal: belum terciptanya masyarakat Uni Afrika atau Uni Latin), dan dalam sejarah hanyalah koloni-koloni peradaban lain, jadi bisa dibilang sub-peradaban. Dan jangan lupa Samuel, sama seperti orang Eropa-Amerika, selalu beranggapan Afrika dan Latin itu merupakan sebuah kesatuan kultural yang sama, padahal sebenarnya, terdiri dari ras-ras dan etnik-etnik yg berbeda-beda. Dalam hal ini Samuel menyajikan fakta yang agak keliru.

Khusus Jepang, bisa dimasukkan sebagai sebuah peradaban (tercatat dalam sejarah memiliki dinamika sejarah yang masif dan panjang, juga terdiri dari satu entiti kultural yang homogen), tapi yang perlu dicatat juga adalah sepertinya Samuel bertendensi melakukan pendiskreditan terhadap Jepang yang kini sebagai kekuatan ekonomi sebagai rival Amerika.


RRC dan Rusia

A
ncaman terbesar yang nyata saat ini sepertinya datang dari rival lawas blok Barat yaitu RRC dan Rusia. Konflik militer seringkali dipicu oleh kedua kekuatan ini. Contohnya Irak, Iran, Afghan dan Pakistan, biarpun merupakan negara yang berbau Islam, tetapi merupakan sekutu alami dari Russia, terutama dalam hal pasokan senjata. Kampanye Amerika di Asia Tengah adalah usaha untuk membuka pasar-pasar yang dulunya dikuasai oleh Uni Soviet.

Namun demi untuk tidak secara frontal berhadapan dengan Russia, maka Blok Barat menjadikan Islam sebagai sasaran antara. Sampai kini krisis Iran tak kunjung padam karena Russia dan RRC menjadi sekutu yg mendukung Iran baik secara teknis maupun politis di DK PBB. Mengapa negara-negara Islam lebih bisa bersekutu dengan Russia? Karena masih sama-sama tertinggal, bahwa Islam (oknum ya!) dan Russia lebih cenderung mengadopsi totaliter atau fasisme daripada demokrasi. Di samping itu memang Sosialisme pernah menjadi kredo populer di dunia Arab dan Islam.

RRC dan Russia mempunyai kekuatan militer terbesar di dunia, dengan rudal balistik yang banyak yang bisa dipasangi nuklir. Ditambah dengan semakin menguatnya industrialisasi murah meriah di sana yang menyebabkan kemajuan ekonomi dan teknologi juga semakin imbang. Jika Uni Soviet dan RRC Maois dulu runtuh karena keroposnya ekonomi, kini tidak lagi, bahkan kini pertumbuhan ekonominya cenderung lebih unggul dari negara Eropa dan Amerika Utara.

Sehingga menjadikan Russia dan RRC sebagai negara industrialisasi yang mapan ekonominya sehingga bisa menopang kekuatan militernya. Ditambah dengan totaliter yg masih kuat mencengkram paradigma kenegaraan RRC dan Russia maka akan berpotensi menciptakan “NAZI Jerman” baru yg saat membutuhkan Lebensraum maka tidak segan-segan mencaplok teritori tetangganya. Jadi saat ini, dibanding Islam, RRC dan Russia jauh lebih mengkuatirkan keberadaannya.


Dimana Posisi Umat Muslim

U
mat Muslim sendiri bagaimana? Umat saat ini masih terjebak pada domain ras, aliran, mahzab dan kultur, belum bisa dipersatukan secara kohesif. Sejarah politik kekuasaan Islam setelah kejatuhan Kekhalifahan Utsmaniyah tahun 1924 terbagi menjadi beberapa domain, yaitu: Jazirah Arab, Asia Tengah, Afrika, Turki dan Melayu. Sebelumnya, penjajahan Barat ke Dunia Islam membuat politik dan ekonomi umat Muslim jatuh, setelah mendapat kemerdekaan baik, politik, ekonomi, dan pendidikan masih menyedihkan. Malah antar kelompok umat ada yang bertikai, bahkan  antar negara berperang satu sama lain. Ikatan kredo yang mengikatnya tidak terlalu kuat seperti era Khalifatur Rasyidin.

Apalagi jika sudah masuk dalam pembahasan-pembahasan yang bersifat 'furuiyah' sulit berkompromi atau bertoleransi. Semuamya terjadi karena faktor kultural - egoisme kelompok jauh lebih mendominasi daripada “kanonikal” - ajaran Islam yang sebenarnya yang ada dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.


KESIMPULAN

J
adi kesimpulannya peradaban ideologis itu sulit tegak berdiri, selama kontroversi perbedaan tidak pernah bisa diatasi. Namun jika melihat perkembangan kontemporer saat ini, Islam benar-benar akan tumbuh menjadi “momok” tersendiri (bagi Barat) sebagai potensi yang lagi menggeliat. Mengingat semakin mendekatnya Islam Syumuliyyah [1] kepada penganutnya.

Ajaran Islam fitrahwi (moderat) yang pernah diajarkan Muhammad saw 1400 tahun lalu, yang sempat di “destruski“ oleh pandangan kaum sufis pada abad Renaissance Eropa, menjadi sebuah filosofis yang meninabobokan kaum Muslimin. Namun kini kesadaran dan 'kredo' ajaran Islam yang sebenarnya kembali ke semangat yang dibangun generasi pertama Islam yang mengguncang sejarah dengan kemuliaan akhlak dan ajarannya, sebagaimana dikatakan pula oleh seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bon (1841-1931) mengatakan:

“Dalam satu abad atau tiga keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul (maksudnya Muhammad Rasullullah saw) sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.

Jika ajaran Islam fitrahwi yang diajarkan Rasul saw dilaksanakan, maka bukan tidak mungkin teori Toynbe, Huntington, akan menjadi self-fulfilling prophecy, dan menjadi sebuah kebenaran, bahwa Islam akan muncul menjadi kekuatan yang akan mendamaikan kekuatan-kekuatan peradaban lainnya sebagaimana Rasul saw memimpin Madinah 1400 tahun yang lalu, karena Islam yang dibawa Rasul saw itu adalah Islam rahmatan lil’ālamīn - membawa kepada kedamaian dan kesejahteraan dunia bagi semua bangsa di dunia. 

Sir George Bernard Shaw (1856-1950), seorang dramawan Irlandia, kritikus dan polemik yang pengaruhnya terhadap teater, budaya dan politik Barat yang berkembang dari tahun 1880 sampai kematiannya tahun 1950, mengatakan: 
  • “Saya senantiasa menghormati agama Muhammad, karena potensi yang dimilikinya. Ini (Islam) adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti kristus, dia harus dipanggil “sang penyelamat kemanusiaan”.
  • Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia." [The Genuine Islam - Islam yang Sebenarnya, Vol. 1, No. 8, 1936]
Pendapat Shaw diatas tidak berlebihan, karena sebagaimana juga paradigma rahmatan lil’ālamīn dalam ajaran Islam yang melahirkan konsep azaz pandang bahwa: “Setiap bangsa atau negara menegakkan ta’aruf (saling mengenal); tafahum (saling memahami); ta’awun (kerja sama); itsar (saling membela dan mendukung serta tidak bertengkar atau perang satu sama lainnya). Peradaban semacam itulah yang ditawarkan oleh Islam untuk manusia di muka bumi ini. [2] Allahu ‘alam bish-shawab, billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM


Baca juga tajuk terkait dalam tulisan ini: Pengertian Politik Dalam Islam 2


Catatan Kami:
[1] Islam Syumiliah - Syumul maknanya atau maksudnya adalah lengkap (comprehensive, menyeluruh).  Ini berarti dengan dikaitkan dengan Islam, yaitu, bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang lengkap dan sempurna serta meliputi kehidupan dunia (dalam kosakata dunia Barat disebut secular) dan akhirat (dalam kosakata dunia Barat disebut religious). Artinya (ajaran) Islam itu comprehensive, lengkap atau menyeluruh yaitu mengatur atau ajaran untuk hidup di dunia selamat dan begitu pula akhirat selamat pula, sebagai konsekwensi percaya kepada adanya hari akhirat - hari pembalasan. 
[2] “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal - lita’ārafū (ta’aruf - saling mengenal; tafahum - saling memahami; ta’awun - kerja sama; itsar - saling membela dan tidak bertengkar). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa.” [QS Al-Hujarāt 49:13]  □□


Sumber:
http://ringkasan-infoiptek21.blogspot.com
https://harmanza.wordpress.com/2010/06/04/membedah-teori-benturan-peradaban-samuel-huntington/
Dan sumber-sumber lainnya. □□□