A
|
dam
Smith, David Ricardo, Robert Maltus, John Maynard Keynes, Milton Friedman adalah
nama-nama besar, para pemikir sistim ekonomi di Barat. Sistim kapitalisme
(Barat) saat ini menjadi salah satu sistem ekonomi yang diadopsi hampir
mayoritas negara di dunia.
Meski dengan berbagai variasinya dianggap sistem
ekonomi terbaik namun kapitalisme ternyata juga menyimpan ancaman dalam dirinya
berupa krisis moneter yang dampaknya bisa meluluhlantakkan perekonomian sebuah
negara jika tidak diantisipasi. Berikut 10 krisis moneter terburuk sepanjang
sejarah.
1. Kepanikan Bank, 1907
Kepanikan pada 1907 terjadi karena terjun
bebasnya pasar saham Dow lebih dari 50% dibanding tahun sebelumnya. Pemicunya
adalah over-ekspansi dan spekulasi pasar yang buruk. Pasar saham jatuh pada
Maret dan terulang kembali pada Oktober, menyebabkan hilangnya kepercayaan pada
bank disusul bangkrutnya Bank Amerika Utara. Pada Februari 1908 kepercayaan
publik mulai pulih dan pada Mei, Kongress menyetujui Undang-undang
Aldrich-Vreeland Act dan membentuk Komisi Moneter Nasional untuk meredam setiap
kepanikan pasar di masa datang.
2. Hiperinflasi Jerman, 1918-1924
Meskipun hiperinflasi Jerman bukanlah yang
terburuk dalam sejarah, tapi memiliki dampak paling hebat. Pada 1914, nilai
tukar USD terhadap Mark Jerman sekitar 1 berbanding 4. Namun pada 1923, angka tersebut
meledak hingga menjadi 1 USD setara dengan 1 triliun (1.000.000.000.000) Mark
Jerman. Sebagai buntut dari Perang Dunia I, "sang pemenang"
membebankan biaya rekonstruksi akibat perang kepada Jerman, nilainya mencapai
sepertiga dari defisit anggaran Jerman.
Dengan memperkenalkan jenis mata uang baru pada
1923 yakni Rentenmark dan Reichsmark pada 1924, Jerman akhirnya dapat
mengontrol inflasi tersebut.
3. The Great Depression, 1929
The Great Depression adalah depresi terpanjang
dan paling parah dalam sejarah ekonomi global, berlangsung antara 1929 hingga
pecahnya Perang Dunia II (1939-1945). Awal krisis ini ditandai dengan
terpuruknya bursa Wall Street, yang menjadikannya sebagai keruntuhan paling
dahsyat dalam sejarah pasar saham. Pada 29 Oktober 1929, USD 10 miliar
(nilainya sekitar USD 95 miliar saat ini) lenyap ditelan bumi.
Pada tahun-tahun menjelang Selasa Hitam (Black Tuesday), bursa saham Dow terlahir
banyak jutawan. Pasar saham menjadi hobi bagi investor bodoh yang siap
memborong saham perusahaan (banyak fiktif) tanpa mempelajari rekam jejaknya.
4. Krisis Minyak, 1973
Dibayang-bayangi perang Yom Kippur antara Suriah
dan Mesir melawan Israel, OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak
dunia) menjadikan minyak sebagai senjata dengan cara melakukan embargo minyak
terhadap pihak yang mendukung Israel. Biaya minyak mentah meningkat sementara
produksi dipangkas, terutama untuk Amerika Serikat dan Belanda. Embargo hanya
berlangsung selama lima bulan, namun efeknya terus dirasakan hingga kini. Pasar
Saham New York kehilangan hingga USD 97 miliar.
5. Senin Hitam (Black Monday), 1987
Tidak ada yang tahu pasti apa penyebab
terjadinya Black Monday pada 19 Oktober 1987. Yang jelas secara tiba-tiba
miliaran USD hilang dari pasar saham seluruh dunia. Hong Kong kehilangan 45,8%
dari total nilai sahamnya, Inggris kehilangan 26,4%, Australia lenyap 41,8% dan
Selandia Baru drop hingga 60%. Perdagangan program, perselisihan kebijakan
moneter serta kekhawatiran akan inflasi, semuanya ditengarai menjadi penyebab
krisis ini.
6. Krisis Moneter Asia Tenggara, 1997
Awalnya banyak pengamat menyebut perekonomian
Asia sebagai Macan Asia yang sedang bangkit dan segera menggantikan dominasi
ekonomi barat. Namun tak butuh waktu lama untuk membalikkan pujian tersebut
menjadi bencana besar yang dimulai pada Juli 1997. Ini berawal dari hilangnya
kepercayaan investor pada mata uang Asia. Terjadilah efek domino, dimulai dari
Thailand dan meluas ke Filipina, Hong Kong, Malaysia dan Indonesia dan terus
menyebar hingga memicu krisis global. Pasar saham Thailand terkoreksi 75%, Hong
Kong 23% dan Singapura anjlok hingga 60% serta nilai tukar Rupiah terdevaluasi
hingga 90%.
7. Krisis Rubel, 1998
Korupsi, kebijakan reformasi ekonomi yang tidak
efektif, devaluasi nilai Rubel, dan ketidakstabilan politik membawa Rusia ke
dalam krisis moneter masif. Selain itu, posisi Rusia sebagai eksportir
sepertiga dari jumlah minyak dan gas di dunia, menyebabkan negeri beruang merah
ini sangat rentan terhadap terjadinya fluktuasi harga minyak. Ketika investor
asing menarik uangnya keluar Rusia, bank menjadi lumpuh dan dengan terpaksa
meminjam pada IMF.
8. “Dekade yang Hilang” dari Jepang, 1990-2000
Runtuhnya gelembung aset (asset bubble) di Jepang pada 1991 menyebabkan pertumbuhan ekonomi
rendah dan berkepanjangan hingga 2000. Penyebab sebenarnya dari krisis ini
adalah akibat tidak sehatnya spekulasi, tingginya angka kredit dan rendahnya
tingkat suku bunga. Ketika pemerintah mencoba mengendalikannya, kredit semakin
sulit didapat dan penyertaan modal turun drastis. Inilah penyebab melemahnya
ekspansi ekonomi sepanjang 1990-an, menjadikannya satu dekade yang hilang.
Jepang beruntung dapat menghindari depresi, tapi efek di 1991 tersebut masih
terasa sampai hari ini.
9. Resesi Hebat, 2008
Pada 2008, bangkrutnya Bank Lehman Brothers yang
memiliki aset bernilai USD600 miliar menjadi simbol dimulainya krisis moneter
paling dramatis sejak masa Depresi Hebat. Penyebabnya berkaitan dengan
dideregulasinya beberapa kebijakan sektor keuangan, kebijakan moneter yang
buruk dan runtuhnya ekonomi internasional akibat tingkat hutang tinggi di
sektor publik dan swasta. Efek yang disebabkan krisis ini begitu hebat. Hingga
Maret 2009, 45% dari kekayaan global telah lenyap akibat krisis ini.
10. Krisis Utang Sovereign Eropa, 2009 hingga kini
Inilah krisis moneter terkini yang
berlangsung sampai hari ini dan tak ada seorang pun tahu kapan krisis ini akan
berakhir. Saat ini pasar makin khawatir terhadap kemampuan sejumlah negara,
khususnya Yunani, Irlandia, Spanyol, Portugal, dan Italia, untuk membayar utang
mereka. Keterlibatan bank-bank Internasional yang terus memberi utang terhadap
negara-negara ini diduga semakin membuat jatuhnya pasar.
Demikianlah sejarah dari krisis jatuh, bangun
dan jatuhnya perjalanan sistim ekonomi konvensional. Anomali sistim ekonomi Amerika
dalam keadaan defisit - setelah era Presiden Clinton - pendapat negara masih
belum dapat menutupi hutang defisitnya sampai hari ini. Boleh dibilang ekonomi
Amerika dapat bertahan, karena keadaan ekonomi dunia (sistim transaksi) bergantung
kepada Amerika. Kekuataan Amerika berada dalam sains, teknologi, manajemen dan hukum
yang berjalan dengan baik. Begitu pula teknologi tinggi, ekonomi dunia dan
politik global masih dalam genggamannya. Allāhu ‘Alam bish-Shawab. Billahi
Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Sumber:
https://ekbis.sindonews.com/read/1312104/180/10-krisis-moneter-terburuk-sepanjang-sejarah-dunia-1528277126