Saturday, May 21, 2016

10 Hikmah Dibalik Puasa Ramadhan








·         Yā ayyuhal ladzīna āmanu kutiba ‘alaykumush shiyāmu kamā kutiba ‘alal ladzīna min qablikum la’allakum tattaqūna.


·         “Wahai orang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana diwajibkan pada umat umat sebelummu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.” [QS Al-Baqarah 2: 183]



S
etiap tahun Ramadhan datang, bagaikan pengunjung setia dan rutin. Boleh jadi dengan kerutinan puasa Ramadhan yang kita lakukan, banyak hikmah yang ia berikan sering terabaikan. Sebenarnya banyak hikmah yang terkandung dalam setiap bulan Ramadhan. Untuk meyegarkan kembali daya ingat atau kesadaran diri, mari kita dalami lagi hikmah dibalik Puasa Ramadhan ini. Mudah-mudahan puasa yang akan kita kerjakan ini insya Allah bukan hanya lapar dan hausnya saja yang kita rasakan, namun dibalik itu ada hikmah yang sangat berharga sekali dapat diambil bagi pendidikan mental dan jiwa, apakah itu ditinjau dari segi individu maupun dari segi sosial kemasyarakatan. Khususnya hidupnya kita ditengah masyarakat, hendaknya masyarakat pun dalam berinteraksi hidup sesama anggota masyarakat, sehat pula. Kesepuluh hikmah itu, diantaranya adalah:

1. Bulan Ramadhan bulan melatih diri untuk disiplin waktu.

Dalam dua puluh sembilan atau tiga puluh hari kita dilatih disiplin sebagaimana layaknya tentara, waktu bangun kita bangun, waktu makan kita makan, waktu shalat datang kita sholat, waktu berbuka kita berbuka, waktu sholat tarawih kita tarawih, waktu iktikaf 10 hari terakhir bulan Ramadhan datang kita iktikaf, baca kitab al-Qur'an kita lakukan sesuai waktunya khatam 30 juz. Bukankah itu disiplin waktu namanya? Ya kita dilatih dengan sangat disiplin, kecuali orang tidak mau ikut latihan ini.

2. Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup.
 
Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah, dan amal-amal sunat. Artinya kita dapat mengendalikan diri atas satu pekerjaan yang rutin tapi dapat melalai beribadah kepada-Nya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, shalat, dan makan sering terabaikan.

Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama teman atau keluarga. Shalatnya, menjadi tertinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan dan Ibadah. Seimbang dalam bekerja untuk kepentingan memelihara hidup  di Dunia (hablum minan n
ās) dan Ibadah untuk kepentingan memelihara hidup di Akhirat (habblum minallāh).

3. Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya arti persaudaraan, dan silaturahmi.

Di keluarga orang yang tidak mengerti akan arti persaudaraan. Persaudaraan di keluarga tidak begitu akrab, adik beradik bertengkar, Ibu dan Ayah kadang saling tidak memperhatikan. Persaudaraan atas satu kelompok, satu bangsa, satu tanah air, hanya slogan dan nama, kurang sekali mendapat makna. Malah seringkali terjadi "gap" dan nafsi-nafsi (sendiri-sendiri). Satu dan lainnya tidak peduli.

Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada di bulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa. Shalat bersama di Masjid, memberi ilmu Islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid. Semuanya didapat dengan kerelaan bagi yang memberinya. Sesama muslim saling bersalaman, bercengkrama saling menanyakan kabar.

Sama-sama shalat tarawih, tadarus, dengan saling mengajarkan al-Qur'an, dan banyak makanan potluck yaitu kontribusi makan untuk dimakan bersama di Masjid. Ya tentunya tanpa di pungut bayaran alias gratis. Persaudaraan sesama Muslim sebenarnya punya pelajaran dan bab khusus, ada ayat al-Qur'an tentang persaudaraan, ada banyak hadits nabi membicarakan persaudaraan, tetapi jarang diperhatikan orang betapa pentingnya arti persaudaraan itu. Tetapi dibulan Ramadhan ia akan tampak dengan sendirinya.

4. Bulan Ramadhan mengajarkan agar peduli pada orang lain yang lemah.

Di bulan Ramadhan kita puasa, merasaka lapar dan dahaga, mengingatkan kita betapa sedihnya nasib orang yang tidak berpunya, orang terlantar, anak yatim yang tiada orang tuanya, fakir miskin yang hidup di tempat yang tidak layak. Apakah kita tidak merasa prihatin, sehingga kita peduli untuk membantu saudara-saudara kita yang kelaparan?

Baik karena kondisi ekonomi, atau disebabkan bencana Alam. Allah menyindir orang yang tidak peduli pada nasib orang lain yang miskin sebagai pendusta Agama. Juga Allah mengatakan orang yang tidak peduli dengan nasib fakir miskin dan anak yatim sebagai orang yang tidak mempergunakan potensi pancaindranya untuk melihat keadaan sekelilingnya dan hatinya untuk merasakan. Orang yang tidak peduli dengan orang lain juga disebut sebagai orang yang salah menilai atau memandang kehidupan. Bahkan di surat
al-Mā’ūn disebutkan orang yang mendustakan arti agama yang musti care each other, yang mestinya tidak lalai dari makna shalatnya yang dilakukannya kecuali hanya riya' dan kikir serta egois. Nah, agama mengingatkan itu semua sebagai kewajiban pergaulan dalam bermasyarakat dalam ajaran Islam. Sesungguhnya kita diciptakan-Nya untuk lita'ārafū - saling mengenal [QS Al-Hujarāt 49:13] dan “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” [QS Al-Maidah  5:2].




5. Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan.

Di bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah, menetapkan niat yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tujuan puasa adalah untuk melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.


6. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah.

Setiap langkah kaki menuju Masjid, ibadah; Menolong orang, ibadah; Berbuat adil pada manusia, ibadah; Tersenyum pada saudara, ibadah; Membuang duri di jalan, ibadah; Bahkan sampai tidurnya orang puasa, ibadah. Sehingga dengan itu, segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.


7. Bulan Ramadhan melatih diri kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap perbuatan, terutama yang mengandung dosa.

Dibulan Ramadhan kita berpuasa. Kita menahan lapar dan dahaga. Bukan itu saja. Tetapi juga menahan segala yang dapat membatalkan puasa, juga segala yang dapat merusak puasa. Terutama hal-hal yang dapat menimbulkan dosa. Sehingga di dalam bulan Ramadhan kita dapat terbiasa dan terlatih untuk menghindari dosa-dosa kita agar kita senantiasa bersih dari perbuatan yang dapat menimbulkan dosa.

Latihan ini menimbulkan kemajuan dan kebiasaan positif bagi kita. Kelak nantinya diamalkan juga  diluar bulan Ramadhan. Seselesainya bulan Ramadhan  kita bisa dan dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, curang, korupsi, menipu, memfitnah, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.


8. Bulan Ramadhan melatih kita untuk selalu tabah dalam berbagai halangan dan rintangan.

Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa.

Dengan Sabar hasutan Syeitan diluar bulan Ramadhan untuk memperuncing konflik menjadi gagal. Kitalah pemenangnya dari godaan Syeitan tersebut. Masalah orang menggunjing, memfitnah, biarlah (setelah diingati masih tetap saja melakukannya)  itu jadi dosa-dosanya, janganlah kita ikut-ikutan melakukannya.


9. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan sederhana.

Setiap hari kita membeli kue dan minuman untuk berbuka puasa. Dari sekian banyak kue dan minuman yang kita beli. Hanya minuman segelas teh buatan kita sendiri yang diminum. Yang lain banyak tertinggal dan sebagian terbuang keesokan harinya.

Hal ini menyadarkan kita, bahwa apa yang kita beli banyak-banyak sebelum berbuka, hanyalah hawa nafsu saja. Kebutuhan kita hanyalah segelas teh manis! Mengapa kita harus membeli banyak-banyak minuman dan kue-kue yang akhirnya tidak kita makan? Hal ini menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli sekedar yang dibutuhkan. Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita sedekahkan bagi yang lebih membutuhkan.


10. Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita, atas nikmat-nikmat yang diberikan pada kita.
 
Rasa syukur kita akan adanya nikmat makanan yang telah kita punyai terasa ketika kita puasa. Kita merasakan lapar, tetapi kita masih mempunyai makanan. Bagaimana dengan orang yang merasakan lapar tetapi bukan karena ia juga puasa, tetapi karena memang tidak punya makanan? Kita sakit, kita dapat makan obat ketika buka, tetapi bagaimana dengan orang yang tidak punya obat, ketika ia sakit?

Kita enak, ketika kita puasa merasa lapar dan haus, kita lengahkan dengan menonton televisi atau hal-hal lainnya seperti internet dan telepon genggam. Bagaimana dengan orang ketika ia lapar dan haus mereka lengahkan lapar dan hausnya dengan bekerja memenuhi tuntutan majikannya? Bukan karena memang tidak punya televisi atau internet, tetapi karena tuntutan hidup, yang mengharuskan ia bekerja untuk makan hari ini dan hari ketika ia tidak bekerja. Tidakkah harusnya kita bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan pada kita?

Inilah barangkali beberapa hikmah yang didapat di bulan yang penuh hikmah dan berkah ini. Lain orang lain pula hikmah yang telah ia dapat. Allāh Al-Rahīm, Allāh Al-Rāziq, Allāh Al-Khobīr, Allāh Al-Hakīm.

Semoga puasa kita nanti di kategorikan kepada puasa yang memenuhi kriteria ibadah sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Juga di ijabah dengan mendapat pahala dan keridhaan-Nya. Semoga uraian yang sederhana ini bermanfaat jualah hendaknya bagi kita semua. Āmīn, Allāhumma Āmīn. □ AFM


Sumber: Semangat Islam